JAKARTA - Dalam upaya mempercepat transisi energi hijau dan mengurangi ketergantungan pada batu bara, perusahaan tambang asal Thailand, Banpu, mengumumkan rencana investasi sebesar 3 miliar Dolar AS selama enam tahun ke depan. Langkah ini merupakan bagian dari strategi besar perusahaan untuk bertransformasi menjadi pemain utama dalam industri energi berkelanjutan dengan fokus pada energi terbarukan, penangkapan karbon, dan kendaraan listrik.
CEO Banpu, Sinon Vongkusolkit, menjelaskan bahwa perusahaan akan mengalihkan fokus operasionalnya dari energi fosil menuju solusi energi yang lebih bersih dan ramah lingkungan. Salah satu langkah utama yang dilakukan adalah melalui inisiatif yang dinamakan Energy Symphonics, yang bertujuan menjadikan Banpu sebagai perusahaan terdepan dalam mendorong masa depan yang rendah karbon dan lebih berkelanjutan.
Strategi Energy Symphonics: Membangun Masa Depan Energi yang Berkelanjutan
Dalam konferensi pers yang digelar pada Selasa, 18 Maret 2025, Sinon Vongkusolkit menegaskan bahwa strategi Energy Symphonics akan membantu Banpu meningkatkan keamanan energi dan memastikan perusahaan berperan besar dalam dekarbonisasi global. “Kami yakin strategi Energy Symphonics akan menjadikan Banpu sebagai pemain utama dalam meningkatkan keamanan energi, mendorong masa depan rendah karbon, dan memberikan nilai berkelanjutan bagi pemegang saham,” ujar Sinon.
Banpu, yang didirikan pada 1983 sebagai kontraktor swasta untuk tambang batu bara di Thailand utara, kini telah berkembang pesat dan beroperasi di sekitar 10 negara, termasuk Amerika Serikat, China, dan Indonesia. Transformasi besar ini menunjukkan komitmen perusahaan untuk menyeimbangkan kebutuhan energi global dengan keberlanjutan lingkungan.
Investasi Besar untuk Energi Terbarukan dan Penangkapan Karbon
Dengan investasi sebesar 3 miliar Dolar AS yang direncanakan dalam enam tahun, Banpu akan memperkuat posisinya dalam industri energi terbarukan, yang merupakan bagian dari upaya global untuk mencapai dekarbonisasi. Salah satu area fokus utama adalah energi terbarukan, termasuk pengembangan proyek-proyek pembangkit energi surya dan angin, yang diprediksi akan menjadi sumber utama energi dunia di masa depan.
Selain itu, Banpu juga berencana untuk mempercepat implementasi teknologi penangkapan karbon (carbon capture), yang memungkinkan emisi karbon dioksida yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil dapat ditangkap dan disimpan agar tidak mencemari atmosfer. Teknologi ini diharapkan menjadi salah satu solusi utama untuk mengurangi dampak negatif dari emisi karbon, terutama bagi perusahaan yang masih mengoperasikan tambang batu bara.
“Banpu bertanggung jawab untuk menemukan solusi yang menyeimbangkan permintaan energi dengan produksi yang stabil dan keberlanjutan,” tambah Sinon. Upaya tersebut, lanjutnya, akan sejalan dengan komitmen Thailand untuk mencapai netral karbon pada tahun 2050, yang juga diikuti oleh Banpu dengan target untuk mencapai nol emisi gas rumah kaca pada tahun yang sama.
Inovasi Kendaraan Listrik dan Tuk-Tuk Ramah Lingkungan
Sebagai bagian dari upayanya menuju energi hijau, Banpu juga telah mulai mengembangkan layanan taksi tuk-tuk listrik di Thailand, yang telah digunakan oleh hampir 17.000 orang per hari. Inovasi ini merupakan langkah kecil namun signifikan dalam memperkenalkan kendaraan listrik kepada masyarakat, sekaligus mengurangi ketergantungan pada kendaraan bermesin bensin dan diesel.
Proyek tuk-tuk listrik ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya transisi ke kendaraan ramah lingkungan dan memberikan contoh nyata bagaimana energi terbarukan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, Banpu juga aktif berinovasi di sektor kendaraan listrik lainnya yang lebih besar, dengan mengembangkan infrastruktur pengisian daya yang diperlukan untuk mendukung penggunaan kendaraan listrik di seluruh Thailand.
Tantangan dan Peluang dalam Dekarbonisasi Global
Meskipun upaya dekarbonisasi semakin mendapatkan perhatian, tantangan besar tetap ada, terutama dengan adanya ketidakpastian kebijakan di negara-negara besar, seperti Amerika Serikat. Beberapa tahun lalu, di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump, AS mengurangi dukungan untuk inisiatif-inisiatif pengurangan emisi karbon, yang sedikit menghambat upaya global dalam menghadapi perubahan iklim.
Namun, Sinon Vongkusolkit menyatakan bahwa meskipun ada penurunan dukungan dari beberapa negara, dekarbonisasi tetap akan menjadi agenda global yang terus berlanjut. “Upaya dekarbonisasi akan terus berlanjut secara global, meskipun ada beberapa tantangan politik. Kami yakin bahwa transisi ini adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dan harus terus didorong,” ujar Sinon.
Dengan komitmen jangka panjang untuk mengurangi dampak lingkungan, Banpu berharap dapat mempercepat transisi energi hijau dan menjadi salah satu pemain utama dalam industri energi yang lebih berkelanjutan di masa depan.
Banpu Berkompetisi dengan Pemain Global dalam Energi Hijau
Selain Banpu, beberapa perusahaan besar lainnya juga mulai beralih ke energi hijau. Fortescue Metals Group, misalnya, baru saja menginvestasikan 35 juta Dolar AS untuk membangun pabrik energi hijau di Amerika Serikat. Begitu pula dengan Rio Tinto, yang mengakuisisi produsen lithium, Arcadium Lithium, sebagai bagian dari strategi mereka untuk memperkuat portofolio energi terbarukan dan kendaraan listrik.
Langkah-langkah yang diambil oleh Banpu dan perusahaan-perusahaan lainnya ini menunjukkan bahwa transisi menuju energi hijau tidak hanya menjadi agenda perusahaan tambang di Thailand, tetapi juga merupakan tren global yang semakin menguat. Investasi besar-besaran dalam energi terbarukan, penangkapan karbon, dan kendaraan listrik menunjukkan komitmen nyata para pemain industri terhadap keberlanjutan dan dekarbonisasi.
Tantangan Ke Depan: Mengatasi Ketergantungan pada Batu Bara
Meskipun langkah besar telah diambil oleh Banpu dan perusahaan lainnya, tantangan terbesar tetaplah mengurangi ketergantungan pada batu bara, yang masih menjadi sumber utama energi di banyak negara. Industri batu bara telah lama menjadi sumber utama pendapatan bagi banyak perusahaan tambang, dan transisi menuju energi hijau memerlukan investasi yang sangat besar serta perubahan struktural dalam industri pertambangan.
Namun, dengan rencana investasi yang matang dan strategi yang jelas, Banpu berkomitmen untuk terus berinovasi dan memimpin perubahan menuju industri energi yang lebih hijau dan berkelanjutan. “Kami percaya bahwa melalui upaya ini, kami dapat memberikan kontribusi nyata dalam mewujudkan dunia yang lebih hijau dan bebas karbon,” ujar Sinon Vongkusolkit menutup diskusi.
Dengan investasi sebesar 3 miliar Dolar AS yang direncanakan untuk jangka waktu enam tahun, Banpu bertujuan untuk mengukir masa depan yang lebih ramah lingkungan sekaligus memastikan kelangsungan operasionalnya dalam industri energi global yang semakin berfokus pada keberlanjutan.