Danantara Siap Jadi Penyokong Likuiditas Pasar Modal Indonesia dengan Strategi Dividen BUMN

Selasa, 15 April 2025 | 11:41:04 WIB
Danantara Siap Jadi Penyokong Likuiditas Pasar Modal Indonesia dengan Strategi Dividen BUMN

JAKARTA - Badan Pengelolaan Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) mengumumkan komitmennya untuk memperkuat pasar modal Indonesia dengan menjadi liquidity provider atau pemasok likuiditas. Langkah ini diambil sebagai bagian dari strategi untuk mendukung pengembangan ekosistem pasar modal nasional, sekaligus memanfaatkan akumulasi dividen dari perusahaan-perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang dikelola Danantara.

Chief Investment Officer (CIO) Danantara, Pandu Sjahrir, menyampaikan bahwa pihaknya siap menjalankan peran strategis ini dengan mengoptimalkan dana dividen BUMN. “Danantara siap menjadi liquidity provider atau pemasok likuiditas bagi pasar modal Indonesia,” kata Pandu di Jakarta, kemarin, menegaskan kesiapan institusinya untuk berkontribusi pada stabilitas dan pertumbuhan pasar modal.

Strategi Likuiditas Berbasis Dividen BUMN

Menurut Pandu, pasokan likuiditas yang akan disalurkan ke pasar modal berasal dari akumulasi dividen yang dikumpulkan dari berbagai perusahaan BUMN di bawah naungan Danantara. Dana ini, kata dia, akan dialokasikan secara strategis untuk memenuhi kebutuhan likuiditas di pasar publik, sekaligus mendukung proyek-proyek investasi lainnya yang telah dirancang.

“Nanti kita lihat dari hasil dividen kita parking dimana, bisa saja salah satunya disana (pasar modal), kurang lebih gitu. Nanti dividen baru akhir bulan ini masuk ke kami (Danantara). Dari situ harus mulai dialokasikan kemana, tentu yang paling cepat ya pertama di public market, tapi tentu kita sudah ada proyek-proyek,” ungkap Pandu, menjelaskan alur pengelolaan dana yang akan diterapkan.

Pandu menambahkan bahwa dividen dari BUMN diperkirakan mulai mengalir ke Danantara pada akhir bulan ini. Dana tersebut akan menjadi modal awal untuk mendukung likuiditas pasar, terutama di pasar saham dan obligasi, yang selama ini menjadi tulang punggung pasar modal Indonesia. Dengan likuiditas yang lebih terjamin, diharapkan aktivitas perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) akan semakin dinamis, menarik lebih banyak investor domestik maupun asing.

Pentingnya Likuiditas untuk Pasar Modal

Likuiditas merupakan salah satu pilar utama dalam menjaga kesehatan pasar modal. Pasar yang likuid memungkinkan transaksi jual-beli saham, obligasi, dan instrumen keuangan lainnya berjalan lancar tanpa hambatan signifikan. Ketika likuiditas terjaga, harga aset cenderung lebih stabil, dan investor merasa lebih percaya diri untuk berpartisipasi.

Namun, pasar modal Indonesia masih menghadapi tantangan dalam hal likuiditas, terutama pada saham-saham di luar indeks utama seperti LQ45 atau IDX30. Banyak emiten kecil dan menengah yang kesulitan menarik minat investor karena volume perdagangan yang rendah. Inisiatif Danantara sebagai liquidity provider diharapkan dapat mengatasi masalah ini dengan menyediakan dana yang mampu meningkatkan aktivitas perdagangan.

Menurut data BEI, rata-rata nilai transaksi harian di pasar saham Indonesia pada 2024 mencapai Rp12,5 triliun. Meski angka ini menunjukkan pertumbuhan dibandingkan tahun sebelumnya, likuiditas masih terkonsentrasi pada saham-saham unggulan. Dengan masuknya Danantara sebagai penyokong likuiditas, pelaku pasar berharap distribusi likuiditas dapat lebih merata, memberikan dampak positif bagi emiten kecil dan menengah.

Peran Danantara dalam Ekosistem Investasi

Danantara, sebagai entitas di bawah Kementerian BUMN, memiliki mandat untuk mengelola aset dan investasi BUMN secara optimal. Selain fokus pada pasar modal, Danantara juga memiliki sejumlah proyek strategis di sektor infrastruktur, energi, dan teknologi. Namun, Pandu menegaskan bahwa pasar modal tetap menjadi prioritas utama dalam alokasi dana jangka pendek, mengingat potensi pertumbuhan yang signifikan di sektor ini.

“Kami melihat pasar modal sebagai salah satu kanal investasi yang paling cepat memberikan hasil, terutama dalam hal likuiditas dan stabilitas. Tapi, tentu saja, kami juga harus seimbang dalam mendukung proyek-proyek lain yang memiliki dampak jangka panjang,” jelas Pandu.

Komitmen Danantara ini juga sejalan dengan arahan pemerintah untuk memperkuat pasar modal sebagai salah satu sumber pembiayaan ekonomi nasional. Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah terus mendorong BUMN untuk lebih aktif di pasar modal, baik melalui penawaran saham perdana (IPO) maupun penerbitan obligasi. Kehadiran Danantara sebagai liquidity provider diharapkan dapat mempercepat realisasi tujuan tersebut.

Dampak bagi Investor dan Pelaku Pasar

Kehadiran Danantara sebagai penyokong likuiditas disambut positif oleh pelaku pasar. Analis pasar modal dari PT Samuel Sekuritas Indonesia, Budi Rustanto, menyatakan bahwa langkah ini dapat meningkatkan kepercayaan investor terhadap pasar modal Indonesia. “Dengan likuiditas yang lebih baik, investor akan lebih nyaman untuk masuk, terutama pada saham-saham yang selama ini kurang dilirik. Ini juga bisa mendorong emiten baru untuk melantai di bursa,” ujar Budi.

Sementara itu, dari sisi emiten, likuiditas yang lebih baik dapat membantu meningkatkan valuasi saham mereka. Perusahaan-perusahaan BUMN yang sahamnya tercatat di BEI, seperti PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), dan PT Pertamina, diperkirakan akan menjadi salah satu penerima manfaat utama dari strategi ini.

Bagi investor ritel, yang jumlahnya terus bertambah di Indonesia, likuiditas yang lebih tinggi berarti peluang untuk mendapatkan harga yang lebih kompetitif saat bertransaksi. Berdasarkan laporan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), jumlah investor ritel di pasar modal Indonesia telah melampaui 12 juta orang pada akhir 2024, dengan mayoritas berinvestasi di saham. Langkah Danantara dapat menjadi katalis untuk mempercepat pertumbuhan basis investor ini.

Tantangan dan Harapan ke Depan

Meski inisiatif Danantara menjanjikan, sejumlah tantangan tetap harus dihadapi. Salah satunya adalah memastikan bahwa alokasi dana dividen dilakukan secara transparan dan efisien. Pandu menegaskan bahwa Danantara akan menerapkan prinsip tata kelola yang baik (good corporate governance) dalam setiap keputusan investasi. “Kami ingin memastikan bahwa setiap rupiah yang kami kelola memberikan manfaat maksimal, baik untuk pasar modal maupun untuk ekonomi nasional secara keseluruhan,” katanya.

Selain itu, Danantara juga perlu berkoordinasi dengan otoritas pasar modal, seperti Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan BEI, untuk memastikan bahwa strategi likuiditas ini selaras dengan regulasi yang berlaku. OJK sendiri telah menyatakan dukungannya terhadap upaya peningkatan likuiditas pasar, dengan menargetkan pertumbuhan rata-rata transaksi harian hingga Rp15 triliun pada 2025.

Di sisi lain, pelaku pasar berharap langkah Danantara tidak hanya berfokus pada penyediaan likuiditas jangka pendek, tetapi juga pada pengembangan instrumen keuangan baru yang dapat menarik lebih banyak investor. Misalnya, penerbitan exchange-traded fund (ETF) berbasis saham BUMN atau obligasi hijau (green bonds) bisa menjadi opsi menarik untuk memperluas cakupan pasar modal Indonesia.

Terkini

7 Jenis Tabungan BCA, Biaya Admin, dan Bunganya

Rabu, 10 September 2025 | 18:39:08 WIB

Alasan Shopee PayLater Tidak Bisa Digunakan dan Solusinya

Rabu, 10 September 2025 | 18:39:08 WIB

Asuransi Mobil All Risk: Manfaat, Jenis, dan Keutungannya

Rabu, 10 September 2025 | 18:39:08 WIB

10 Makanan Pencegah Kanker, Pasti Dibenci Sel Tumor Ganas!

Rabu, 10 September 2025 | 18:39:08 WIB

12 HP Gaming Murah 2025, Andal tanpa Mahal

Rabu, 10 September 2025 | 18:39:08 WIB