JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatatkan peningkatan signifikan dalam penyaluran kredit produk buy now pay later (BNPL) atau yang lebih dikenal dengan istilah paylater, yang mencapai angka Rp 22,78 triliun pada Maret 2025. Angka ini menunjukkan lonjakan yang signifikan, yakni meningkat sebesar 32,18 persen secara tahunan jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Peningkatan Kredit Paylater: Faktor Pendorong dan Dampaknya pada Sektor Keuangan
Perkembangan layanan BNPL yang semakin meluas di kalangan masyarakat ini turut mengundang perhatian, baik dari pihak regulator maupun pelaku industri keuangan. Seiring dengan meningkatnya tren transaksi digital, produk BNPL telah menjadi pilihan populer bagi konsumen yang menginginkan kemudahan dalam melakukan pembelian barang atau layanan tanpa harus langsung membayar penuh di awal.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, mengungkapkan bahwa penyaluran kredit paylater ini semakin menunjukkan angka yang signifikan, meskipun secara keseluruhan, porsi kredit paylater terhadap total kredit perbankan masih terbilang kecil. “Porsi kredit paylater dalam keseluruhan kredit perbankan hanya sekitar 0,29 persen. Meskipun demikian, pertumbuhannya yang terus berlanjut secara tahunan menandakan adanya peningkatan permintaan terhadap produk ini,” ujar Dian.
Peningkatan angka kredit BNPL ini semakin menggambarkan besarnya potensi pasar produk paylater di Indonesia. Fenomena ini semakin menguatkan bahwa masyarakat lebih cenderung memilih kemudahan pembayaran secara cicilan dengan bunga yang lebih rendah, tanpa perlu memenuhi syarat administrasi yang rumit, seperti yang biasanya diterapkan pada produk kredit tradisional.
Bagaimana BNPL Berperan dalam Ekonomi Digital Indonesia
Kehadiran BNPL sebagai alternatif pembayaran ini sejalan dengan tren digitalisasi yang semakin pesat di Indonesia. Sebagai negara dengan jumlah pengguna internet yang besar, Indonesia menjadi pasar yang sangat potensial bagi layanan seperti paylater. Banyak sektor yang mulai mengadopsi BNPL sebagai metode pembayaran, mulai dari e-commerce, layanan transportasi, hingga sektor hiburan.
Di samping memberikan kemudahan bagi konsumen, produk BNPL ini juga memberikan keuntungan bagi sektor bisnis dengan meningkatkan volume transaksi. Konsumen yang mungkin sebelumnya enggan melakukan pembelian dalam jumlah besar, kini merasa lebih terjangkau karena dapat mencicil pembayaran tanpa beban yang terlalu besar di awal. Model pembayaran yang fleksibel ini menjadi daya tarik tersendiri, terutama bagi generasi milenial dan Gen Z yang sangat akrab dengan teknologi dan pembayaran digital.
Namun, Dian Ediana Rae juga mengingatkan pentingnya pengawasan terhadap produk paylater agar tidak menimbulkan potensi risiko bagi konsumen dan industri perbankan. “Kami terus memantau pertumbuhan penyaluran kredit paylater ini agar tetap berada dalam koridor yang sehat, mengingat adanya risiko terhadap kemampuan konsumen dalam melakukan pembayaran cicilan jika tidak dikelola dengan baik,” tegas Dian.
Regulasi OJK Terkait Kredit Paylater: Menjaga Keseimbangan
OJK menyadari bahwa meskipun produk BNPL menawarkan banyak keuntungan, namun di sisi lain ada risiko yang perlu diwaspadai. Salah satunya adalah risiko over-indebtedness atau ketergantungan terhadap utang yang dapat timbul akibat penggunaan produk ini secara berlebihan. Untuk itu, OJK telah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk memastikan praktik penyaluran kredit BNPL berjalan sesuai dengan prinsip kehati-hatian.
Di antara kebijakan tersebut adalah pembatasan terhadap jumlah kredit yang dapat diberikan kepada konsumen, serta penerapan kewajiban bagi penyedia layanan paylater untuk memberikan informasi yang jelas dan transparan terkait bunga, biaya tambahan, dan ketentuan pembayaran cicilan. Hal ini bertujuan untuk melindungi konsumen dari jebakan utang yang berlebihan, serta memastikan agar layanan BNPL tidak disalahgunakan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.
Dian Ediana Rae menjelaskan, “Kami tidak hanya fokus pada pertumbuhan sektor ini, tetapi juga memastikan bahwa produk BNPL diterapkan dengan prinsip-prinsip yang mengutamakan perlindungan konsumen. Kami berharap dengan regulasi yang tepat, layanan ini dapat memberikan manfaat tanpa menimbulkan dampak negatif dalam jangka panjang.” OJK juga terus berkoordinasi dengan lembaga keuangan lainnya untuk memastikan adanya keselarasan dalam regulasi produk BNPL.
Potensi Masa Depan dan Tantangan Produk BNPL
Ke depan, OJK memproyeksikan bahwa penyaluran kredit BNPL akan terus tumbuh seiring dengan semakin berkembangnya ekonomi digital dan adopsi teknologi finansial (fintech) di Indonesia. Peningkatan penetrasi smartphone dan akses internet yang semakin merata di berbagai daerah di Indonesia turut mempercepat adopsi layanan digital seperti BNPL.
Namun, produk paylater juga menghadapi tantangan terkait pengelolaan risiko kredit. Salah satunya adalah potensi gagal bayar dari konsumen yang tidak mampu memenuhi kewajiban cicilannya. Untuk mengurangi risiko tersebut, penyedia layanan BNPL diwajibkan untuk memiliki mekanisme penilaian kelayakan kredit yang lebih matang serta pengelolaan data yang transparan dan aman.
Di sisi lain, semakin banyaknya pemain baru yang masuk ke dalam pasar BNPL turut memperketat persaingan antar penyedia layanan. Masing-masing perusahaan berlomba-lomba menawarkan kemudahan akses dan bunga rendah guna menarik konsumen. Ini tentu akan membawa dampak positif bagi konsumen yang semakin mendapat pilihan, namun tetap membutuhkan pengawasan ketat agar praktik tidak sehat seperti pemotongan bunga atau penyalahgunaan data konsumen dapat diminimalisir.
Penyaluran Kredit BNPL yang Terus Meningkat dan Tantangan yang Harus Dihadapi
Secara keseluruhan, OJK mencatatkan bahwa penyaluran kredit BNPL terus menunjukkan pertumbuhan yang menggembirakan, mencapai Rp 22,78 triliun pada Maret 2025, atau meningkat 32,18 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Namun, penting bagi regulator dan pelaku industri untuk terus menjaga keseimbangan antara pertumbuhan sektor ini dengan perlindungan terhadap konsumen. Produk BNPL yang terus berkembang pesat di Indonesia membuka peluang besar bagi perekonomian digital, namun juga menghadirkan tantangan dalam hal pengelolaan risiko kredit dan perlindungan konsumen.
OJK berkomitmen untuk terus mengawasi dan memperkuat regulasi terkait layanan BNPL, dengan harapan bahwa produk ini dapat terus memberikan manfaat yang optimal bagi perekonomian Indonesia, tanpa menimbulkan risiko yang membahayakan stabilitas finansial masyarakat.