Pengertian discovery learning adalah hasil dari proses panjang pengembangan metode belajar yang terus disempurnakan oleh banyak pihak.
Dalam pendekatan ini, baik pengajar maupun peserta didik diharapkan terlibat secara aktif selama kegiatan belajar berlangsung agar hasil pendidikan yang dihasilkan bisa menjadi lebih optimal.
Proses belajar dengan metode discovery learning menekankan pada kebiasaan peserta didik untuk menemukan sendiri pengetahuan dari materi yang telah disampaikan oleh guru.
Dengan demikian, siswa didorong untuk lebih mandiri dan memiliki rasa tanggung jawab dalam memperoleh pemahaman. Itulah inti dari pengertian discovery learning yang saat ini banyak digunakan dalam dunia pendidikan modern.
Pengertian Discovery Learning
Pengertian discovery learning merujuk pada suatu pendekatan pembelajaran yang mendorong siswa untuk secara aktif menggunakan seluruh kemampuan berpikir mereka dalam menelusuri dan menyelidiki suatu permasalahan secara sistematis, kritis, serta logis.
Tujuannya adalah agar peserta didik mampu menemukan dan membangun sendiri pemahaman, sikap, dan keterampilan sebagai bagian dari transformasi perilaku mereka.
Berbeda dengan pendekatan pembelajaran konvensional yang cenderung terpusat pada peran guru, metode ini justru menempatkan siswa sebagai pusat utama dari proses belajar.
Dalam penerapannya, pengalaman langsung siswa dan tahapan proses pembelajaran menjadi hal yang paling diutamakan, bukan sekadar pencapaian hasil akhir.
Pendekatan ini memberikan ruang lebih luas bagi siswa untuk mengalami, menggali, dan memahami secara mandiri berbagai konsep atau pengetahuan yang dipelajari.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa discovery learning merupakan salah satu metode pembelajaran yang mendorong siswa untuk terlibat secara aktif dalam mengeksplorasi, mengalami, serta menemukan pengetahuannya sendiri.
Proses ini memberikan pengalaman edukatif yang mampu membentuk perubahan perilaku dan memaksimalkan potensi mereka secara menyeluruh.
Sejumlah pakar pendidikan juga telah memberikan pandangannya mengenai metode belajar ini. Berikut adalah beberapa pemikiran dari para ahli terkait model pembelajaran discovery learning.
Arends
Model pembelajaran ini menitikberatkan pada keterlibatan aktif peserta didik dalam proses belajar, di mana mereka menjadi pusat dari kegiatan tersebut.
Dalam pelaksanaannya, siswa diarahkan untuk menemukan sendiri serta mengemukakan pandangan atau ide yang berkaitan dengan materi yang sedang dibahas.
Rusman
Menurut Rusman, metode belajar ini memberikan ruang bagi individu maupun kelompok untuk memperoleh pemahaman berdasarkan pengalaman langsung yang mereka alami, sehingga pengetahuan muncul dari hasil eksplorasi mereka sendiri.
Karim dan Daryanto
Kedua tokoh ini memaparkan bahwa metode ini merupakan pendekatan yang dilakukan oleh pengajar dengan merancang alur kegiatan belajar secara sistematis.
Tujuannya adalah agar siswa bisa memperoleh informasi atau wawasan baru bukan dari penjelasan langsung, melainkan lewat proses pencarian secara mandiri.
Saefudin dan Berdiati
Mereka mendeskripsikan metode belajar ini sebagai suatu pendekatan yang memungkinkan siswa untuk tidak langsung menerima informasi dalam bentuk akhir, melainkan harus melewati tahapan proses pencarian untuk memahaminya sendiri.
Richard
Richard menekankan pentingnya peran guru dalam menciptakan suasana belajar yang mendorong siswa untuk lebih terlibat.
Ia menyarankan agar pengajar memfasilitasi aktivitas seperti diskusi, seminar, atau kajian mandiri terhadap literatur agar peserta didik terdorong belajar secara aktif dan mandiri.
Langkah Menuju Model Pembelajaran Discovery Learning
Seperti halnya metode pembelajaran lainnya, pendekatan discovery learning memiliki urutan sistematis yang dikenal dengan istilah fase-fase pembelajaran.
Setiap fase mencerminkan tahapan pelaksanaan model ini dalam kegiatan belajar. Berikut penjelasan dari masing-masing tahap tersebut:
Pemberian rangsangan
Langkah awal dapat dimulai melalui berbagai cara, misalnya dengan menyampaikan pertanyaan, memberikan tugas membaca, atau mengarahkan peserta didik pada aktivitas tertentu yang merangsang mereka untuk mulai berpikir dan mempersiapkan diri dalam menyelesaikan suatu persoalan.
Menemukan permasalahan
Setelah tahap pertama dilewati, peserta didik diberi peluang untuk mengamati serta mengidentifikasi berbagai persoalan yang relevan dengan topik yang sedang dipelajari.
Dari berbagai permasalahan tersebut, salah satunya dipilih dan disusun dalam bentuk dugaan awal atau hipotesis sebagai jawaban sementara dari masalah yang diajukan.
Pengumpulan informasi
Jika hipotesis telah ditentukan, peserta didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan berbagai data atau informasi yang berkaitan dengan topik tersebut.
Informasi yang dihimpun digunakan sebagai bahan pembuktian dari hipotesis yang sudah dirumuskan sebelumnya.
Pengolahan informasi
Setelah data berhasil dikumpulkan, tahap berikutnya adalah mengorganisasikannya ke dalam suatu sistem penyimpanan informasi untuk dianalisis.
Proses ini juga melibatkan validasi data yang dapat dilakukan melalui observasi, wawancara, atau cara lainnya, lalu ditafsirkan berdasarkan temuan yang ada.
Verifikasi
Interpretasi terhadap data yang telah melalui proses validasi akan diperiksa secara menyeluruh untuk memastikan kebenaran atau ketidakbenaran hipotesis yang diajukan.
Proses ini bertujuan menguji secara objektif apakah data yang diperoleh mendukung atau menolak dugaan awal tersebut.
Penarikan kesimpulan
Tahap akhir dari proses ini adalah menyusun suatu kesimpulan berdasarkan hasil pembuktian sebelumnya.
Kesimpulan tersebut berbentuk prinsip umum yang dapat diterapkan pada situasi serupa, dengan mempertimbangkan hasil verifikasi yang telah dilakukan secara sistematis.
Penerapan Discovery Learning dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Setelah memahami tahapan yang harus dilakukan dalam memulai proses belajar dengan pendekatan discovery, berikut ini contoh penerapan model Discovery Learning dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP):
1. Tahap Stimulasi
Langkah ini dimulai dengan guru yang memberikan stimulus melalui pertanyaan, contoh konkret, atau referensi singkat lainnya yang mengarah pada proses pemecahan masalah.
Tujuannya adalah menciptakan suasana yang mendukung kegiatan eksplorasi materi oleh peserta didik.
Pada tahap ini, siswa diajak untuk menghadapi persoalan atau pertanyaan yang sesuai dengan topik pembelajaran, guna menumbuhkan semangat menyelidiki dan menemukan jawaban secara mandiri.
2. Tahap Identifikasi Masalah
Di tahap ini, guru memberi ruang bagi siswa untuk menyampaikan pendapat atau dugaan awal mengenai topik yang sedang dibahas. Aktivitas ini bertujuan mendorong kemampuan berpikir kritis dan menumbuhkan rasa ingin tahu yang lebih dalam.
3. Tahap Pengumpulan Informasi
Pada tahap ini, siswa diberikan kesempatan untuk mengumpulkan sebanyak mungkin data atau informasi yang relevan. Tujuannya untuk menilai apakah asumsi awal mereka dapat dibuktikan secara valid.
Cara yang digunakan bisa melalui membaca sumber buku, melakukan pengamatan langsung, eksperimen, atau menelusuri referensi daring yang berkaitan dengan materi pelajaran.
4. Tahap Pengolahan Informasi
Informasi yang telah dikumpulkan kemudian diolah dan dianalisis secara sistematis. Aktivitas ini memungkinkan siswa menafsirkan data yang telah mereka kumpulkan agar dapat disusun menjadi argumen atau penjelasan yang logis.
5. Tahap Pembuktian
Tahap ini diisi dengan kegiatan presentasi hasil analisis data oleh setiap kelompok siswa di depan kelas. Kelompok lain diberi kesempatan untuk memberikan tanggapan berupa kritik, saran, maupun pertanyaan yang bersifat membangun.
6. Tahap Penarikan Kesimpulan
Pada tahap ini, siswa diberikan kesempatan untuk merumuskan kesimpulan dari pembelajaran yang telah mereka lakukan, tentunya dengan pendampingan dari guru.
Hasil ini merupakan ringkasan dari proses diskusi dan penemuan, yang dapat memberikan jawaban umum atas permasalahan yang telah dikaji dan disepakati bersama.
7. Tahap Penutup
Tahap akhir ini berfungsi untuk meninjau kembali materi yang telah dibahas bersama, memberikan evaluasi terhadap proses yang berlangsung, serta menyampaikan rekomendasi yang berguna untuk pembelajaran berikutnya.
Dengan menerapkan tahapan-tahapan tersebut, pendekatan ini tidak hanya mendorong keaktifan siswa dalam pembelajaran, tetapi juga membantu mereka dalam mengembangkan cara berpikir analitis dan mandiri.
Kelebihan dan Kelemahan Discovery Learning
Setelah memahami secara menyeluruh mengenai metode pembelajaran penemuan dan tahapan-tahapan yang perlu dijalani, penting pula untuk mengetahui apa saja keunggulan serta kekurangan dari pendekatan ini.
Dengan memahaminya, proses pembelajaran diharapkan dapat berjalan lebih optimal karena pendidik dan peserta didik sudah memahami hal-hal yang perlu dikembangkan serta tantangan yang mungkin dihadapi. Keunggulan metode ini antara lain:
- Membantu siswa dalam mengasah kesiapan dan keterampilan berpikir secara logis dan sistematis.
- Peserta didik mendapatkan pemahaman yang bersifat pribadi karena proses perolehan informasi dilakukan secara mandiri, membuatnya lebih mudah dipahami dan diingat.
- Dapat memicu semangat belajar serta meningkatkan antusiasme peserta didik untuk terus mengeksplorasi materi pembelajaran.
- Memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkembang sesuai minat dan potensi masing-masing.
- Meningkatkan rasa percaya diri peserta didik karena proses pencarian pengetahuan dilakukan secara aktif dan mandiri, dengan peran guru yang lebih sebagai fasilitator.
Namun, pendekatan ini juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain:
- Membutuhkan kesiapan mental dan kemauan dari siswa untuk mengeksplorasi lingkungan serta memahami situasi secara mendalam.
- Tidak mudah untuk menerapkan metode ini dalam praktik, terutama jika kondisi pendukungnya kurang memadai.
- Ketika jumlah siswa dalam kelas terlalu banyak, guru akan kesulitan mengawasi dan membimbing seluruh proses belajar secara menyeluruh, sehingga hasilnya kurang optimal.
- Guru maupun siswa yang terbiasa dengan metode belajar tradisional mungkin akan mengalami kesulitan dan merasa kewalahan dalam menerapkan pendekatan baru ini.
Terdapat pula pandangan kritis yang menyebut bahwa metode ini terlalu menitikberatkan pada proses pemahaman materi, sementara pengembangan sikap dan keterampilan peserta didik berisiko kurang mendapat perhatian yang cukup.
Tujuan Pelaksanaan Model Pembelajaran Discovery Learning
Dengan mempertimbangkan keunggulan maupun kekurangannya, penting untuk memahami bahwa ada sejumlah sasaran utama yang perlu dicapai agar kegiatan belajar tetap terarah.
Berikut merupakan sejumlah sasaran khusus dari pendekatan pembelajaran discovery learning.
- Memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk ikut serta secara aktif dalam proses belajar.
- Dalam pelaksanaannya, metode ini diharapkan mampu meningkatkan keterlibatan sebagian besar siswa dalam kegiatan belajar.
- Peserta didik diajak untuk mengidentifikasi pola dari situasi nyata maupun abstrak, serta membuat prediksi berdasarkan informasi yang tersedia.
- Peserta didik diajarkan untuk mengembangkan teknik bertanya yang tepat dan memanfaatkan aktivitas bertanya guna menggali informasi yang mendukung proses pemahaman.
- Metode ini juga mendukung terbentuknya kerja sama tim yang baik, dengan peserta didik saling bertukar informasi, menerima, serta mengadaptasi gagasan dari sesama.
Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa kemampuan, konsep, dan prinsip yang diperoleh lewat pendekatan ini cenderung lebih dalam maknanya.
Kemampuan yang diperoleh dari contoh kasus pun lebih mudah diterapkan dalam situasi dan kegiatan belajar lainnya yang berbeda.
Bagaimana Pandangan Pemerintah Mengenai Discovery Learning?
Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan turut memberikan penjabaran terkait pelaksanaan Kurikulum 2013 yang tertuang dalam Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses.
Di dalamnya dijelaskan tiga pendekatan pembelajaran yang bertujuan untuk membentuk karakter ilmiah, sosial, dan menumbuhkan rasa ingin tahu. Ketiga pendekatan tersebut meliputi:
Model Pembelajaran Melalui Peningkatan/Penemuan (Discovery/Inquiry Learning)
Strategi pembelajaran yang berorientasi pada penggalian dan penemuan ini bertujuan untuk membantu peserta didik memahami makna, konsep, dan keterkaitan melalui proses berpikir intuitif hingga mampu menarik suatu kesimpulan.
Proses penemuan berlangsung ketika seseorang secara aktif menggunakan kemampuan kognitifnya untuk mengidentifikasi konsep atau prinsip tertentu.
Tahapan dalam metode ini meliputi pengamatan, pengelompokan, penilaian, perkiraan, penetapan, serta pembuatan simpulan.
Seluruh kegiatan tersebut merupakan bagian dari proses berpikir yang mendalam, sementara hasil akhirnya disebut sebagai pemahaman atas prinsip yang ditemukan di dalam pikiran.
Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning/PBL)
Pendekatan ini dirancang untuk menyusun perangkat penilaian berbasis proyek yang berakar dari model pembelajaran penemuan, sehingga dapat dimanfaatkan secara efektif dalam proses pengembangan evaluasi proyek yang lebih konkret dan operasional.
Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning/PJBL)
Pendekatan berbasis proyek ini bertujuan menyusun alat evaluasi proyek yang memanfaatkan prinsip-prinsip penemuan sebagai dasar, dengan harapan mendukung proses penilaian proyek yang lebih terstruktur dan dapat diterapkan dengan baik di kelas.
Selain tiga model yang disebutkan dalam Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016, pendidik juga diperkenankan mengadaptasi berbagai metode pembelajaran lainnya di kelas, seperti Cooperative Learning yang mencakup berbagai strategi, di antaranya Jigsaw, Numbered Head Together (NHT), Make a Match, Think-Pair-Share (TPS), Example not Example, Picture and Picture, dan teknik lainnya.
Melalui metode Discovery Learning, siswa didorong untuk menggali dan menemukan solusi terhadap tantangan pengetahuan yang dihadapi.
Pembelajaran berpusat pada siswa, dengan tujuan untuk menggabungkan informasi baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya, sehingga tercipta pemahaman yang lebih kuat dan menyeluruh.
Perbedaan Hasil Belajar Menggunakan Model Discovery Learning dan Problem Based Learning
Pembelajaran discovery learning merupakan pendekatan yang mendorong siswa untuk aktif dalam proses belajar dengan menemukan sendiri pengetahuan yang mereka butuhkan.
Sementara itu, Problem Based Learning adalah model pembelajaran yang menuntut partisipasi aktif siswa dalam memahami konsep melalui pemecahan masalah yang mereka hadapi.
Contoh Pembelajaran Discovery Learning dalam Pembelajaran Tematik Bermuatan IPA
Kompetensi yang diperlukan di abad ke-21 meliputi kemampuan berpikir kritis dan menyelesaikan masalah, keterampilan komunikasi, kemampuan berinovasi dan berkreasi, serta keterampilan dalam bekerja sama.
Untuk mencapai hal tersebut, guru perlu mampu menggunakan model pembelajaran yang sesuai. Salah satu pendekatan yang bisa digunakan adalah pembelajaran berbasis masalah melalui discovery learning.
Dalam pendekatan discovery learning, siswa diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan yang berhubungan langsung dengan kehidupan sehari-hari (berbasis konteks).
Artinya, model ini mengarahkan peserta didik untuk berpikir kritis dan analitis, sekaligus melatih mereka mencari serta memanfaatkan sumber pembelajaran yang relevan dalam menyelesaikan suatu persoalan.
Meskipun demikian, penerapan metode ini masih menghadapi tantangan. Salah satu contohnya terjadi di kelas VI SDN Banjarejo, Kecamatan Boja, Kabupaten Kendal, yang bisa menjadi bahan evaluasi.
Pada pembelajaran Tema I Subtema I Muatan IPA tentang materi perkembangbiakan tumbuhan, proses belajar mengajar terasa kurang bermakna.
Siswa tampak tidak antusias, bahkan enggan menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Selama kegiatan belajar, guru tampak tidak memperhatikan proses berpikir siswa.
Penyampaian materi dilakukan secara deduktif, dimulai dari penjelasan teori melalui ceramah, pemberian tugas, lalu pembahasan, sehingga siswa cenderung menerima informasi begitu saja tanpa proses berpikir mendalam.
Padahal sebenarnya, model discovery learning mengarahkan peserta didik untuk menemukan serta menggali materi secara mandiri melalui beragam aktivitas belajar.
Dalam proses ini, peran guru lebih kepada pembimbing dan fasilitator yang membantu peserta didik mengeksplorasi pengetahuan.
Model discovery learning menekankan peran aktif siswa, sementara guru berfungsi membimbing dan memberi ruang bagi siswa untuk belajar secara mandiri dan terlibat penuh.
Karena itu, materi pembelajaran tidak disampaikan dalam bentuk final, melainkan siswa didorong untuk melakukan berbagai aktivitas seperti mengumpulkan informasi, membandingkan data, mengelompokkan informasi, menganalisis, menyusun ulang, menyatukan gagasan, hingga menarik kesimpulan sendiri.
Sebagai penutup, pengertian discovery learning menekankan pentingnya peran aktif siswa dalam menemukan pengetahuan sendiri untuk membentuk pemahaman yang lebih mendalam.