KORPORASI

Proyeksi Penerbitan Obligasi Korporasi 2025 Capai Rp160 Triliun, Tumbuh 12,11 Persen dari 2024

Proyeksi Penerbitan Obligasi Korporasi 2025 Capai Rp160 Triliun, Tumbuh 12,11 Persen dari 2024
Proyeksi Penerbitan Obligasi Korporasi 2025 Capai Rp160 Triliun, Tumbuh 12,11 Persen dari 2024

JAKARTA - Mandiri Sekuritas memproyeksikan bahwa penerbitan obligasi korporasi rupiah pada tahun 2025 dapat mencapai angka yang sangat signifikan, yakni Rp160 triliun. Angka ini diperkirakan akan tumbuh hampir 12,11 persen dibandingkan dengan nilai penerbitan pada tahun 2024 yang tercatat sebesar Rp142,72 triliun.

Proyeksi optimis ini didasarkan pada data pengumpulan dana (fundraising) yang sudah tercatat dalam dua bulan pertama tahun 2025, yang menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan. Menurut Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas, Handy Yunianto, pada periode Januari hingga Februari 2025, total dana yang dihimpun melalui penerbitan obligasi korporasi sudah mencapai Rp20 triliun. Angka ini menunjukkan pertumbuhan yang cukup signifikan, yakni sekitar 50 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2024.

Handy Yunianto mengungkapkan, jika tren positif ini terus berlanjut, nilai penerbitan obligasi pada 2025 berpotensi untuk terus tumbuh sepanjang tahun. "Jika tren penghimpunan dana ini tetap berlanjut, maka kami yakin nilai penerbitan obligasi akan terus berkembang sepanjang 2025. Ini menunjukkan minat yang besar terhadap obligasi korporasi sebagai instrumen investasi yang aman dan menguntungkan," ujar Handy dalam wawancara dengan media pada Rabu, 19 Maret 2025.

Penerbitan Obligasi Korporasi Sebagai Solusi Pembiayaan Perusahaan

Penerbitan obligasi korporasi memang menjadi salah satu cara utama bagi perusahaan untuk memperoleh pembiayaan yang relatif lebih stabil. Apalagi, dengan banyaknya perusahaan yang membutuhkan dana untuk ekspansi dan pengembangan usaha, pasar obligasi korporasi menjadi pilihan utama. Proyeksi pertumbuhan penerbitan obligasi yang pesat ini sejalan dengan kebutuhan perusahaan untuk melakukan refinancing, serta untuk membayar utang yang jatuh tempo.

"Karena banyak perusahaan yang memiliki kewajiban utang yang jatuh tempo, mereka akan lebih cenderung untuk menerbitkan obligasi untuk refinancing utang mereka. Apalagi, suku bunga yang relatif stabil dan pasar obligasi yang berkembang memungkinkan mereka untuk mendapatkan pendanaan dengan biaya yang lebih efisien," jelas Handy.

Selain itu, sektor-sektor yang berpotensi besar untuk terlibat dalam penerbitan obligasi pada 2025, seperti sektor keuangan, energi, dan infrastruktur, diperkirakan akan semakin mendominasi pasar. Sektor-sektor ini umumnya memerlukan dana yang besar untuk mendukung ekspansi dan pengembangan proyek jangka panjang. Sebagai contoh, sektor energi yang berkaitan erat dengan pembangunan proyek-proyek infrastruktur energi baru dan terbarukan menjadi salah satu sektor yang sangat membutuhkan pembiayaan melalui obligasi.

Data Penerbitan Obligasi Hingga Maret 2025

Berdasarkan data yang dihimpun oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) per 14 Maret 2025, total dana yang telah dihimpun melalui penerbitan obligasi korporasi di bursa mencapai Rp27,9 triliun. Dari total dana tersebut, terdapat 23 emisi obligasi yang berasal dari 18 penerbit, atau biasa disebut sebagai Emisi Bursa Efek Surabaya (EBUS).

Dengan masih adanya pipeline emisi yang cukup besar, diperkirakan bahwa angka penerbitan obligasi korporasi pada tahun ini akan terus mengalami peningkatan. “Di pipeline, kami masih memiliki 31 emisi obligasi yang terdiri dari 25 penerbit yang menunggu waktu penerbitan,” tambah Handy.

Sektor-sektor yang menjadi kontributor utama dalam penerbitan obligasi di Indonesia selama ini adalah sektor finansial, energi, bahan baku dasar, infrastruktur, dan konsumer non-siklikal. Pada tahun 2025, diperkirakan sektor-sektor ini akan kembali mendominasi pasar obligasi korporasi.

Pemetaan Sektor Penerbit Obligasi di Indonesia

Lebih rinci lagi, pada tahun 2025, sebanyak 11 perusahaan yang berasal dari sektor finansial di Indonesia diperkirakan akan terlibat dalam penerbitan obligasi. Sektor ini menjadi sektor dengan kontribusi terbesar dalam penerbitan obligasi korporasi, mengingat banyaknya perusahaan di sektor ini yang membutuhkan dana untuk meningkatkan daya saing serta memenuhi kewajiban finansial mereka.

Selain itu, ada juga empat perusahaan yang berasal dari sektor energi, yang terus melihat pentingnya investasi dalam proyek-proyek infrastruktur energi, terutama energi terbarukan dan penyimpanan energi. Selain itu, sektor bahan baku dasar juga diperkirakan akan berperan penting dalam penerbitan obligasi, dengan tiga perusahaan yang berencana untuk melakukan penerbitan pada 2025. Sektor ini sangat terkait dengan investasi di sektor konstruksi dan manufaktur yang membutuhkan pasokan bahan baku yang terus meningkat.

Di sektor infrastruktur, dua perusahaan terdaftar dalam pipeline penerbitan obligasi, diikuti oleh dua perusahaan dari sektor konsumer non-siklikal yang juga terdaftar. Sektor-sektor ini berperan penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi melalui pembangunan infrastruktur yang membutuhkan pembiayaan dalam jumlah besar.

Selain itu, satu perusahaan yang bergerak di sektor transportasi dan logistik juga diperkirakan akan terlibat dalam penerbitan obligasi korporasi pada tahun ini. Sektor ini penting dalam mendukung kelancaran distribusi barang dan pengembangan infrastruktur logistik, yang semakin menjadi fokus utama dalam mendukung kegiatan ekonomi Indonesia.

Optimisme Pasar Obligasi Korporasi di 2025

Penerbitan obligasi korporasi memang menjadi bagian dari solusi yang efektif bagi perusahaan yang membutuhkan dana segar. Pasar obligasi Indonesia juga terus berkembang, dengan semakin banyak investor institusional dan individu yang tertarik berpartisipasi. Hal ini tidak terlepas dari stabilitas makroekonomi Indonesia yang relatif terjaga dan suku bunga yang masih cukup menarik untuk berinvestasi di pasar obligasi.

Dengan proyeksi yang positif, diharapkan pasar obligasi korporasi Indonesia akan semakin menarik bagi perusahaan-perusahaan yang membutuhkan pembiayaan jangka panjang. Di sisi lain, bagi para investor, pasar obligasi menjadi alternatif yang menarik dengan tingkat pengembalian yang lebih stabil dibandingkan dengan investasi saham yang cenderung berisiko lebih tinggi.

“Jika proyeksi ini terus terjaga, kami yakin pasar obligasi korporasi Indonesia akan terus tumbuh, memberikan peluang investasi yang lebih besar bagi para investor dan membantu perusahaan-perusahaan yang membutuhkan dana untuk ekspansi dan pengembangan usaha mereka,” tutup Handy Yunianto.

Dengan proyeksi penerbitan yang tumbuh signifikan, pasar obligasi korporasi Indonesia diperkirakan akan terus berkembang di tahun 2025, memberikan dampak positif bagi perekonomian Indonesia secara keseluruhan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index