JAKARTA - Hujan disertai angin kencang yang melanda perairan Selat Bali pada hari Rabu 19 MARET 2025 mengakibatkan penutupan sementara aktivitas pelayaran di jalur penyeberangan Ketapang-Gilimanuk. Penutupan ini dimulai pada pukul 13.50 WIB dan menyebabkan terhentinya seluruh operasional kapal yang menghubungkan Pelabuhan Ketapang di Banyuwangi, Jawa Timur, dan Pelabuhan Gilimanuk di Bali.
Ini bukan pertama kalinya penutupan terjadi pada hari tersebut. Sebelumnya, arus penyeberangan di kedua pelabuhan tersebut juga sempat dihentikan sementara pada pukul 08.13 WIB hingga 08.55 WIB, juga karena kondisi cuaca yang buruk, terutama angin kencang yang memengaruhi keselamatan pelayaran.
Penyebab Penutupan Sementara
Menurut pihak otoritas pelabuhan, kondisi cuaca ekstrem dengan hujan deras disertai angin kencang menjadi penyebab utama penutupan jalur penyeberangan Ketapang-Gilimanuk. Angin kencang yang melanda kawasan Selat Bali diketahui dapat membahayakan keselamatan kapal yang beroperasi di rute tersebut, baik dari segi kestabilan kapal maupun faktor visibilitas yang sangat terbatas bagi para nahkoda.
Keterangan dari Otoritas Pelabuhan
Ketua UPTD Pelabuhan Ketapang, Abdul Rahman, menjelaskan bahwa penutupan tersebut dilakukan demi menjaga keselamatan para penumpang dan kapal. "Kami melakukan penutupan sementara ini untuk memastikan keselamatan pelayaran, mengingat kondisi cuaca yang tidak mendukung. Kami akan terus memantau perkembangan cuaca, dan akan membuka kembali jalur penyeberangan segera setelah kondisi memungkinkan," ujarnya dalam keterangannya kepada media.
Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Bali, I Made Sudarsa, juga menegaskan hal serupa. "Keputusan untuk menutup pelabuhan ini adalah langkah yang tepat demi keselamatan, terutama bagi kapal-kapal yang melintasi Selat Bali. Keadaan cuaca yang ekstrem bisa sangat membahayakan, baik bagi kapal besar maupun kapal feri yang biasa mengangkut kendaraan dan penumpang," kata Sudarsa.
Dampak pada Aktivitas Pelayaran dan Penumpang
Penutupan pelabuhan ini berdampak pada ribuan penumpang yang biasanya melakukan perjalanan antara Pulau Jawa dan Bali. Tidak hanya penumpang pribadi, tetapi juga transportasi barang dan logistik yang biasa mengandalkan jalur penyeberangan Ketapang-Gilimanuk turut terhenti.
Menurut laporan, arus lalu lintas barang dari dan ke Bali melalui jalur laut terganggu sementara, yang dapat berpotensi menyebabkan penundaan pengiriman barang, termasuk barang kebutuhan pokok dan bahan bakar. Namun, pihak Pelabuhan Ketapang dan Gilimanuk memastikan bahwa pihaknya telah melakukan koordinasi dengan para pengusaha angkutan dan penumpang untuk memberikan informasi terkait penutupan ini agar mereka bisa mencari alternatif perjalanan lain.
Prosedur Keamanan Pelayaran Selama Cuaca Ekstrem
Dalam menghadapi cuaca ekstrem seperti ini, pihak otoritas pelabuhan mengikuti prosedur standar operasional untuk menutup sementara jalur pelayaran demi mencegah kecelakaan. Meskipun rute ini merupakan jalur utama yang menghubungkan dua pulau besar, yakni Jawa dan Bali, keselamatan penumpang dan kapal adalah prioritas utama.
"Keputusan untuk menutup pelabuhan sudah sesuai dengan prosedur yang ada. Kami terus berkoordinasi dengan BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) untuk memastikan bahwa keputusan ini diambil berdasarkan data cuaca terkini. Kami juga terus memberikan informasi yang jelas kepada masyarakat agar mereka bisa mempersiapkan perjalanan mereka dengan baik," kata Abdul Rahman.
Kondisi Cuaca yang Tidak Menentu
Berdasarkan laporan dari BMKG, cuaca buruk di Selat Bali diperkirakan masih akan berlangsung dalam beberapa hari ke depan. Gelombang tinggi dan angin kencang diprediksi masih akan melanda kawasan tersebut. Oleh karena itu, pihak otoritas pelabuhan mengimbau kepada seluruh masyarakat yang hendak melakukan perjalanan laut agar selalu memperhatikan informasi terkini terkait kondisi cuaca, dan memastikan perjalanan mereka aman.
BMKG juga memberikan peringatan dini mengenai kemungkinan adanya hujan lebat disertai angin kencang yang dapat berlangsung hingga beberapa hari mendatang. Kondisi ini tentu akan terus memengaruhi jalur-jalur pelayaran lainnya di wilayah sekitar Selat Bali.
Penutupan Kedua dalam Sehari
Penutupan sementara jalur Ketapang-Gilimanuk pada pukul 13.50 WIB adalah yang kedua kalinya terjadi dalam satu hari. Sebelumnya, penutupan pertama dilakukan antara pukul 08.13 WIB hingga 08.55 WIB, dengan alasan yang sama, yakni kondisi cuaca buruk. Kejadian ini menunjukkan ketidakstabilan cuaca yang semakin memburuk di perairan Selat Bali. Meskipun demikian, pihak Pelabuhan Ketapang dan Gilimanuk memastikan bahwa mereka siap untuk terus memantau situasi dan memberikan informasi kepada penumpang.
"Penutupan sementara ini memang menjadi kali kedua dalam sehari, namun keselamatan tetap menjadi prioritas utama. Kami berkomitmen untuk membuka kembali jalur pelayaran begitu cuaca membaik dan situasi sudah memungkinkan," ujar Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Banyuwangi, Sugeng Prasetyo.
Alternatif Transportasi dan Rencana Pemulihan
Bagi penumpang yang hendak melanjutkan perjalanan antara Bali dan Jawa, pihak otoritas pelabuhan menyarankan untuk mencari alternatif transportasi lain, seperti melalui jalur udara atau jalur darat, sambil menunggu kondisi cuaca yang lebih kondusif.
Selain itu, pihak Pelabuhan Ketapang dan Gilimanuk berjanji akan segera memberikan informasi terbaru kepada publik mengenai pembukaan kembali penyeberangan begitu angin kencang mereda dan kondisi pelayaran dinyatakan aman.
Fokus pada Keselamatan Penumpang
Penutupan sementara aktivitas pelayaran di Ketapang-Gilimanuk akibat angin kencang yang terjadi pada 19 Maret 2025 menjadi langkah yang tepat untuk memastikan keselamatan para penumpang dan kapal. Pihak berwenang terus memantau kondisi cuaca dan akan membuka jalur penyeberangan kembali segera setelah situasi memungkinkan. Masyarakat diimbau untuk selalu memantau perkembangan cuaca dan mengikuti arahan dari otoritas pelabuhan demi keselamatan bersama.