Penyebrangan

Kapal Penyeberangan Hanyut Akibat Banjir, Anak-anak Muara Lesan Kesulitan Akses Sekolah, Pemerintah Siapkan Solusi Infrastruktur Jangka Panjang

Kapal Penyeberangan Hanyut Akibat Banjir, Anak-anak Muara Lesan Kesulitan Akses Sekolah, Pemerintah Siapkan Solusi Infrastruktur Jangka Panjang
Kapal Penyeberangan Hanyut Akibat Banjir, Anak-anak Muara Lesan Kesulitan Akses Sekolah, Pemerintah Siapkan Solusi Infrastruktur Jangka Panjang

JAKARTA – Dampak banjir besar yang melanda Kecamatan Kelay, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, masih dirasakan hingga kini. Salah satu yang terdampak signifikan adalah akses pendidikan anak-anak di Kampung Muara Lesan. Kapal penyeberangan yang menjadi satu-satunya sarana transportasi pelajar menuju sekolah hanyut terbawa arus banjir, menyisakan kesulitan besar bagi para siswa yang ingin menimba ilmu.

Pantauan di lapangan pada Rabu (9/4/2025), sejumlah pelajar terlihat tertahan di tepi Sungai Kelay. Mereka tak bisa menyeberang lantaran ketiadaan kapal yang selama ini digunakan secara gratis untuk mengantar ke sekolah. Kini, satu-satunya alternatif adalah menggunakan ketinting milik warga yang dikenai biaya.

“Kapalnya hanyut saat banjir beberapa waktu lalu. Anak-anak tidak bisa pergi ke sekolah untuk belajar,” ujar James Edwin, warga setempat yang juga merupakan guru di SDN 001 Muara Lesan.

Edwin menambahkan, selama ini kapal kayu tersebut berperan vital sebagai alat transportasi harian pelajar secara cuma-cuma. Kehilangannya membuat aktivitas pendidikan terganggu dan menambah beban ekonomi masyarakat yang kini harus membayar jasa ketinting.

“Kapal tenggelam saat banjir besar kemarin. Sekarang alternatifnya pakai ketinting warga,” tambah Edwin.

Pemerintah kampung pun tidak tinggal diam. Kepala Kampung Muara Lesan, Jamrah, membenarkan bahwa kapal tersebut merupakan milik pribadi warga yang selama ini menyediakan jasa penyeberangan secara gratis bagi pelajar. Ia menyebut pihaknya siap mengambil alih pengelolaan jika kapal diserahkan secara resmi ke pemerintah kampung.

“Kami dari pemerintah ini masih menunggu, saya tidak ingin tumpang tindih. Jika diserahkan ke pemerintah kampung, kami siap tindak lanjuti. Tapi jika pemilik ingin melanjutkan usahanya, itu juga perlu dibicarakan,” jelas Jamrah.

Jamrah juga menegaskan bahwa kapal tersebut memang awalnya berbayar, namun digratiskan bagi siswa sebagai bentuk dukungan terhadap pendidikan anak-anak di wilayah terpencil itu.

“Iya berbayar, karena itu infonya usaha mandiri. Tapi anak sekolah gratis,” imbuhnya.

Sementara itu, guna memperbaiki kondisi infrastruktur secara menyeluruh, Pemerintah Kabupaten Berau melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) telah mengalokasikan anggaran signifikan untuk pembangunan akses jalan dan jembatan di Kecamatan Kelay pada tahun 2025.

Kepala Bidang Preservasi Jalan dan Jembatan DPUPR Berau, Junaidi, menyampaikan bahwa pembangunan jembatan di Kampung Muara Lesan akan menjadi salah satu prioritas dengan total anggaran sebesar Rp17,2 miliar.

“Pembangunan jembatan ini menjadi bagian penting dalam interkoneksi antar wilayah, agar akses masyarakat semakin mudah dan lancar,” terang Junaidi.

Tak hanya itu, peningkatan akses jalan juga dilakukan pada beberapa jalur penting, termasuk Jalan Poros Kampung Merabu (Rp11 miliar), serta Jalan Poros Panaan, Merapun Ujung, dan lingkar luar Kecamatan Kelay. Secara keseluruhan, proyek pembangunan jalan lingkar luar Kelay ditargetkan rampung dalam dua tahun dengan kebutuhan anggaran mencapai Rp60 miliar.

“Saat ini, kami sedang melanjutkan pembangunan Jalan Poros Kelay lingkar luar yang menghubungkan Kampung Merasa dan Kampung Muara Lesan. Tahun ini merupakan tahun ketiga dari proyek ini, dengan anggaran sekitar Rp33 miliar,” ujarnya.

Menurut Junaidi, jalur lingkar luar tersebut juga akan menghubungkan wilayah-wilayah terpencil lainnya seperti Kampung Tumbit Dayak, Long Lanuk, dan Merabu. DPUPR menilai proyek ini sebagai upaya jangka panjang untuk menjawab tantangan aksesibilitas di kawasan geografis yang kompleks seperti Berau.

“Semua pekerjaan yang akan dilakukan di Kecamatan Kelay sudah masuk dalam alokasi anggaran,” tambahnya.

Dengan berbagai rencana infrastruktur yang tengah berjalan, harapannya akses pendidikan di wilayah pedalaman seperti Muara Lesan dapat kembali normal. Namun hingga jembatan selesai dibangun, anak-anak masih harus menghadapi tantangan besar untuk bisa sampai ke sekolah.

Warga berharap agar solusi jangka pendek, seperti penyediaan kapal penyeberangan darurat, bisa segera diwujudkan sembari menunggu pembangunan infrastruktur jangka panjang rampung.

Apakah kamu ingin berita ini disiapkan juga dalam bentuk ringkasan atau infografik?

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index