OJK

OJK Laporkan Pertumbuhan Piutang Pembiayaan Meningkat 6,04 Persen pada Januari 2025

OJK Laporkan Pertumbuhan Piutang Pembiayaan Meningkat 6,04 Persen pada Januari 2025
OJK Laporkan Pertumbuhan Piutang Pembiayaan Meningkat 6,04 Persen pada Januari 2025

JAKARTA - Di tengah kondisi ekonomi yang dinamis, sektor pembiayaan di Indonesia menunjukkan perkembangan positif. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengumumkan bahwa piutang pembiayaan yang dikelola oleh perusahaan pembiayaan mengalami kenaikan sebesar 6,04 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) hingga mencapai Rp504,33 triliun pada Januari 2025. Angka ini menunjukkan momentum stabil yang didukung oleh pertumbuhan pembiayaan investasi yang melonjak hingga 10,77 persen yoy.

Agusman, Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya (PVML) OJK, menyampaikan laporan tersebut pada Selasa sore. "Piutang pembiayaan perusahaan pembiayaan tumbuh sebesar 6,04 persen yoy pada Januari 2025 menjadi Rp504,33 triliun, didukung pembiayaan investasi yang meningkat sebesar 10,77 persen," ujar Agusman.

Profil Risiko Terjaga Aman

Meski mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan, profil risiko dari perusahaan pembiayaan masih dalam batas aman. Menurut Agusman, rasio pembiayaan macet atau non-performing financing (NPF) gross tercatat sebesar 2,96 persen, sementara NPF net berada di posisi 0,93 persen. Angka-angka ini menunjukkan bahwa meskipun ada peningkatan dalam piutang, manajemen risiko masih dipegang dengan baik oleh perusahaan pembiayaan.

Gebrakan lainnya adalah penurunan dalam gearing ratio, yakni rasio antara utang dan ekuitas perusahaan pembiayaan, yang turun menjadi 2,21 kali pada Januari 2025, dibandingkan dengan 2,31 kali pada Desember 2024. Hal ini masih jauh di bawah batas maksimum yang ditetapkan yaitu 10 kali. "Rasio ini menunjukkan bahwa leverage dalam perusahaan pembiayaan dikelola dengan baik, memberikan bantalan yang lebih untuk menghadapi kemungkinan lonjakan risiko di masa depan," tambah Agusman.

Modal Ventura dan Fintech P2P Lending Ikutan Tumbuh

Tak hanya pada sektor pembiayaan konvensional, sektor modal ventura juga menunjukkan pemulihan meski tahun baru. Pada Januari 2025, pertumbuhan pembiayaan modal ventura mengalami kontraksi sebesar 3,58 persen yoy, lebih baik dibandingkan kondisi pada Desember 2024 yang terkontraksi sebesar 8,65 persen yoy, dengan total pembiayaan senilai Rp15,81 triliun.

Sektor teknologi finansial, khususnya fintech peer-to-peer (P2P) lending, tidak kalah menarik. "Pada industri fintech P2P lending, outstanding pembiayaan di Januari 2025 tumbuh 29,94 persen yoy, dengan nominal senilai Rp78,50 triliun," kata Agusman. Ini merupakan kabar baik bagi ekosistem fintech di Indonesia yang terus berkembang dengan pesat.

Tingkat Risiko Kredit dalam Tren Positif

Tingkat risiko kredit macet yang diukur dengan TWP90 untuk industri fintech lending juga berada dalam kondisi stabil dan menunjukkan tren positif. Pada Januari 2025, tingkat kredit macet berada di angka 2,52 persen, turun dari 2,60 persen pada Desember 2024. Angka ini meningkatkan kepercayaan investor dan pelaku industri terhadap masa depan industri fintech di tanah air.

Dorongan Baru untuk SLIK

OJK juga menyoroti pentingnya peningkatan pelaporan untuk perusahaan di sektor ini. Diharapkan bahwa lebih banyak perusahaan pegadaian dan pembiayaan UKM akan menjadi pelapor Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK). Langkah ini diambil untuk memastikan transparansi dan keterbukaan informasi yang lebih baik dalam industri, yang akhirnya dapat meningkatkan kredibilitas dan daya saing di pasar.

Masa Depan Pembiayaan di Indonesia

Melihat data yang disampaikan oleh OJK, sektor pembiayaan di Indonesia tampaknya sedang berada dalam jalur yang solid menuju pertumbuhan yang berkelanjutan. Peningkatan dalam pembiayaan dan pengelolaan risiko yang baik menjadi landasan kuat dalam menghadapi tantangan ekonomi di masa depan.

Pengembangan lebih lanjut baik di sektor pembiayaan tradisional maupun inovatif seperti fintech dan modal ventura diharapkan akan terus didorong. Ini bakal menjadi salah satu faktor krusial dalam mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depannya.

"Ekosistem pembiayaan yang kuat dan terintegrasi dengan baik akan menjadi tulang punggung bagi pertumbuhan ekonomi yang kokoh, khususnya dalam menghadapi tantangan global yang tak menentu," tandas Agusman dalam akhir pernyataannya.

Dengan berbagai upaya yang telah dan akan terus dilakukan, harapan tinggi ditaruh pada sektor ini untuk terus mengalami kemajuan, membawa dampak positif tidak hanya bagi pelaku industri tetapi juga perekonomian nasional secara keseluruhan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index