UMKM

Efisiensi Anggaran Pemda Sungailiat Tekan Pendapatan Pedagang Kecil: Kisah Ibu Risna Kehilangan Pelanggan

Efisiensi Anggaran Pemda Sungailiat Tekan Pendapatan Pedagang Kecil: Kisah Ibu Risna Kehilangan Pelanggan
Efisiensi Anggaran Pemda Sungailiat Tekan Pendapatan Pedagang Kecil: Kisah Ibu Risna Kehilangan Pelanggan

JAKARTA - Kebijakan efisiensi anggaran yang diterapkan Pemerintah Daerah (Pemda) Sungailiat, Bangka Belitung, membawa dampak tak terduga bagi pelaku usaha kecil di sekitar lingkungan perkantoran pemerintahan. Salah satu yang merasakan langsung imbasnya adalah Ibu Risna, pedagang minuman ringan yang telah bertahun-tahun berjualan di dekat kantor Pemda Sungailiat. Lapak sederhananya, yang biasanya ramai dikunjungi pegawai kontrak, kini sepi pembeli akibat pengurangan jam kerja dan kebijakan penghematan anggaran.

Dampak Kebijakan: Lapak Ibu Risna Sepi Pembeli

Sebelum kebijakan efisiensi diberlakukan, usaha minuman ringan Ibu Risna menjadi tumpuan ekonomi keluarganya. Lokasi lapak yang strategis, tepat di dekat kantor Pemda Sungailiat, menjadikannya langganan para pegawai kontrak, terutama saat jam istirahat siang. Minuman seperti es teh, kopi, dan jus buah yang dijual dengan harga terjangkau selalu laris manis. Namun, sejak Pemda menerapkan pengurangan jam kerja bagi tenaga kontrak dan memangkas anggaran operasional, jumlah pelanggan Ibu Risna turun drastis.

“Dulu sehari bisa jual sampai 50 gelas, kadang lebih pas ada rapat di kantor. Sekarang paling 10-15 gelas, itu pun kalau ramai,” keluh Ibu Risna saat ditemui di lapaknya, Senin 14 APRIL 2025. “Pegawai kontrak yang biasa beli sekarang jarang kelihatan, mungkin karena jam kerja mereka dipotong.”

Kebijakan efisiensi anggaran ini merupakan bagian dari upaya Pemda Sungailiat untuk mengoptimalkan belanja daerah di tengah tekanan ekonomi. Selain pengurangan jam kerja tenaga kontrak, beberapa kegiatan dinas yang biasanya melibatkan konsumsi dari pedagang lokal juga dikurangi. Akibatnya, para pedagang kecil seperti Ibu Risna kehilangan peluang pendapatan yang sebelumnya menjadi tulang punggung usaha mereka.

Realitas Pedagang Kecil di Tengah Efisiensi

Ibu Risna bukan satu-satunya pedagang yang terdampak. Berdasarkan pantauan di lapangan, pedagang makanan dan minuman lain di sekitar kantor Pemda Sungailiat juga melaporkan penurunan omset hingga 40% dalam beberapa bulan terakhir. Kebijakan ini, meski bertujuan menyehatkan anggaran daerah, ternyata menciptakan efek domino bagi ekonomi mikro di lingkungan sekitar.

“Efisiensi anggaran memang perlu, tapi kami harap pemerintah juga memikirkan dampaknya ke pedagang kecil seperti kami,” ujar Bapak Jamal, pedagang gorengan yang berjualan tak jauh dari lapak Ibu Risna. “Kalau pegawai sepi, otomatis pembeli juga ikut sepi.”

Menurut data Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Bangka, terdapat lebih dari 50 pedagang kecil yang menggantungkan pendapatan dari aktivitas di sekitar kantor-kantor pemerintahan di Sungailiat. Mayoritas dari mereka adalah pedagang makanan, minuman, dan jasa kecil lainnya yang mengandalkan pegawai dan pengunjung kantor sebagai pelanggan utama.

Tanggapan Pemda dan Harapan Solusi

Pemda Sungailiat menyadari bahwa kebijakan efisiensi anggaran dapat memengaruhi ekosistem ekonomi lokal. Kepala Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Sungailiat, Anita Sari, menjelaskan bahwa langkah ini diambil untuk mematuhi arahan pemerintah pusat terkait pengelolaan anggaran yang lebih hemat dan tepat sasaran.

“Kami sedang mencari cara agar dampak ke pedagang lokal bisa diminimalkan. Salah satunya, kami dorong dinas terkait untuk tetap melibatkan UMKM dalam kegiatan yang masih memungkinkan,” kata Anita saat diwawancarai, Senin 14 APRIL 2025. “Kami juga berencana mengadakan pelatihan untuk pedagang agar bisa menjangkau pasar yang lebih luas, seperti melalui platform digital.”

Namun, bagi Ibu Risna, solusi seperti pelatihan digital masih terasa jauh dari jangkauan. Dengan modal terbatas dan pengetahuan teknologi yang minim, ia hanya berharap situasi segera membaik. “Saya cuma ingin pembeli balik lagi seperti dulu. Kalau sepi terus, susah buat bayar kebutuhan sehari-hari,” ujarnya dengan nada prihatin.

Langkah ke Depan: Dukungan untuk UMKM

Dinas Koperasi dan UMKM setempat kini tengah menyusun program untuk membantu pedagang kecil yang terdampak. Selain pelatihan pemasaran digital, rencana bazar UMKM dan kerja sama dengan aplikasi ojek online untuk distribusi produk juga sedang dipertimbangkan. Langkah ini diharapkan dapat membuka peluang baru bagi pedagang seperti Ibu Risna untuk bertahan di tengah perubahan kebijakan.

Sementara itu, para pedagang kecil di Sungailiat terus berupaya bertahan. Beberapa di antaranya mulai mencoba berjualan di lokasi lain, seperti pasar malam atau kawasan ramai, meski persaingan yang ketat menjadi tantangan tersendiri. “Saya masih buka lapak tiap hari, siapa tahu ada rezeki,” tutur Ibu Risna dengan semangat.

Panggilan untuk Perhatian Lebih

Kisah Ibu Risna mencerminkan tantangan nyata yang dihadapi pelaku usaha kecil di tengah kebijakan efisiensi anggaran. Meski bertujuan positif, Pemda Sungailiat perlu memastikan bahwa langkah penghematan tidak justru mematikan roda ekonomi mikro yang menjadi tumpuan banyak keluarga. Dukungan konkret, seperti fasilitasi pasar baru atau subsidi sementara, bisa menjadi jembatan hingga pedagang mampu beradaptasi.

Bagi masyarakat, kisah ini juga menjadi pengingat untuk terus mendukung UMKM lokal. Membeli segelas es teh dari lapak Ibu Risna mungkin terlihat sederhana, namun dampaknya besar bagi keberlangsungan usaha kecil di tengah badai ekonomi.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index