Saham

Stabilitas Rupiah Jadi Kunci Inflow Asing ke Saham

Stabilitas Rupiah Jadi Kunci Inflow Asing ke Saham
Stabilitas Rupiah Jadi Kunci Inflow Asing ke Saham

JAKARTA - Pergerakan modal asing di pasar saham Indonesia kembali menjadi sorotan, terutama setelah nilai tukar rupiah menunjukkan tren melemah dalam beberapa waktu terakhir. Bagi investor global, stabilitas kurs rupiah bukan hanya sekadar indikator moneter, melainkan juga salah satu faktor utama yang menentukan tingkat kepercayaan untuk menempatkan dana di pasar keuangan domestik.

Di tengah dinamika tersebut, pasar saham Indonesia pada perdagangan Selasa (30/9/2025) mencatatkan net sell asing sebesar Rp1,70 triliun. Kondisi ini sejalan dengan pelemahan indeks harga saham gabungan (IHSG) yang turun 0,77% atau 62,18 poin ke level 8.061.

Stabilitas Kurs Jadi Magnet Investor

Investment Analyst Infovesta Utama, Ekky Topan, menegaskan bahwa investor asing sangat memperhatikan pergerakan kurs rupiah ketika mempertimbangkan masuk ke pasar saham Indonesia. Menurutnya, depresiasi tajam rupiah dapat langsung mengurangi potensi keuntungan dalam denominasi dolar AS.

“Maka, ketika rupiah berhasil rebound atau terjaga stabil, capital inflow berpotensi meningkat karena persepsi risiko valas menurun,” jelas Ekky, Selasa (30 September 2025).

Namun, Ekky menambahkan bahwa nilai tukar bukan satu-satunya faktor yang menjadi pertimbangan. Stabilitas fiskal, arah kebijakan suku bunga, serta konsistensi kebijakan pemerintah—khususnya pasca reshuffle kabinet dan peluncuran stimulus—juga turut menentukan arah aliran modal asing.

Prospek Hingga Akhir Tahun

Ekky menilai peluang capital inflow ke pasar saham masih terbuka hingga akhir 2025, terlebih jika Bank Sentral AS (The Fed) memberi sinyal lebih jelas mengenai arah penurunan suku bunga. Dengan dukungan fiskal yang kredibel dan stabilitas rupiah yang terjaga, investor asing diyakini akan lebih percaya diri menanamkan modal.

Meski demikian, data perdagangan menunjukkan bahwa sepanjang tahun berjalan, investor asing justru lebih banyak mencatatkan penjualan bersih. Pada perdagangan 30 September, catatan net sell asing meningkat menjadi Rp54,74 triliun sejak awal tahun.

Sebagai perbandingan, pada 2024 pasar saham Indonesia sempat menorehkan net buy asing Rp15,74 triliun, meski rupiah kala itu terdepresiasi 4,34% ke Rp16.095 per dolar AS. Ekky menilai faktor non-kurs turut memberi peran besar.

“Kalau dibandingkan dengan 2024, pengaruh nilai tukar tetap signifikan, tetapi tidak berdiri sendiri. Tahun lalu, meski rupiah juga sempat tertekan, pasar lebih optimis karena sentimen global membaik, earnings emiten stabil, dan ada kepastian arah fiskal,” tambahnya.

Faktor Kepercayaan Jadi Kunci

Menurut Ekky, perbedaan utama antara tahun ini dan 2024 terletak pada faktor kepercayaan terhadap kebijakan pemerintah. Walaupun BI dan pemerintah aktif menjaga rupiah, sebagian investor masih bersikap wait-and-see terkait efektivitas stimulus serta arah kebijakan jangka menengah pemerintahan baru.

“Jadi, perbedaan utama ada pada faktor kepercayaan dan kredibilitas kebijakan jangka menengah, bukan sekadar nilai tukar,” pungkasnya.

Pemerintah dan BI Intens Bahas Rupiah

Pemerintah pun tidak tinggal diam dalam menghadapi tren depresiasi rupiah. Awalnya, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa, serta Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dijadwalkan menggelar konferensi pers bersama pada Selasa (30/9/2025) untuk menyampaikan langkah stabilisasi nilai tukar. Namun agenda tersebut ditunda setelah Airlangga dan Purbaya menghadiri rapat bersama Presiden Prabowo Subianto di Istana.

Airlangga menuturkan, sejumlah indikator makroekonomi dan kondisi pasar sudah dibahas dalam pertemuan dengan Presiden.

“Tadi kan Pak Purbaya juga ada di istana, jadi kita sudah bahas. Termasuk juga kita mau melihat seluruh indikator makro dan juga capital market, dan tentunya juga stabilisasi daripada rupiah,” ujarnya.

Pergerakan Modal Asing di Berbagai Instrumen

Berdasarkan data BI, pada periode 22–25 September 2025 tercatat modal asing keluar bersih Rp2,71 triliun dari pasar keuangan domestik. Investor mencatatkan penjualan bersih di pasar Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) masing-masing sebesar Rp2,16 triliun dan Rp5,06 triliun.

Namun, ada juga arus masuk bersih di pasar saham senilai Rp4,51 triliun, sehingga total outflow tercatat Rp2,71 triliun. Secara kumulatif, sejak awal tahun 2025 hingga 25 September, investor asing mencatatkan net sell Rp51,34 triliun di saham dan Rp128,85 triliun di SRBI, sedangkan net buy Rp36,25 triliun di SBN.

Stabilitas Jadi Jalan Masuk Inflow

Dari keseluruhan dinamika tersebut, satu hal yang kembali ditegaskan para analis adalah bahwa stabilitas rupiah memiliki peran strategis dalam menjaga kepercayaan investor asing. Arus modal akan lebih mudah mengalir masuk ketika risiko nilai tukar berkurang, didukung oleh konsistensi kebijakan fiskal dan moneter yang jelas.

Bagi pemerintah, tantangan terbesar bukan hanya menjaga kurs di level tertentu, tetapi juga membangun persepsi kredibilitas jangka menengah agar investor yakin menanamkan modal dalam jumlah besar di pasar keuangan Indonesia.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index