Harga Minyak Turun, Batu Bara dan CPO Menguat

Kamis, 18 September 2025 | 09:31:27 WIB
Harga Minyak Turun, Batu Bara dan CPO Menguat

JAKARTA - Pasar komoditas internasional kembali menunjukkan pergerakan beragam pada penutupan perdagangan Rabu (17 September 2025). Minyak mentah bersama logam dasar seperti nikel dan timah tertekan di zona merah, sementara komoditas energi lain seperti batu bara serta minyak kelapa sawit (CPO) justru mengalami penguatan tipis.

Pergerakan ini dipengaruhi berbagai faktor, mulai dari rilis data persediaan energi di Amerika Serikat hingga kebijakan moneter bank sentral AS, Federal Reserve.

Minyak Mentah Melemah 0,76 Persen

Harga minyak mentah global ditutup melemah setelah laporan menunjukkan adanya peningkatan stok solar di Amerika Serikat. Kondisi tersebut menimbulkan kekhawatiran baru terkait potensi melambatnya permintaan bahan bakar di pasar terbesar dunia.

Di sisi lain, kebijakan Federal Reserve AS yang memangkas suku bunga sesuai ekspektasi pasar belum cukup memberi dorongan pada harga minyak.

Minyak mentah Brent berjangka ditutup turun 52 sen atau 0,76 persen ke level USD 68,22 per barel.

Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun 47 sen atau 0,73 persen ke posisi USD 64,05 per barel.

Pelemahan ini menunjukkan masih adanya tekanan pada sentimen pasar minyak, terutama ketika pasokan lebih besar dibanding perkiraan permintaan jangka pendek.

Batu Bara Naik Lebih dari 1 Persen

Berbeda dengan minyak, harga batu bara justru mencatat kenaikan. Menurut catatan bursa ICE Newcastle (Australia), kontrak pengiriman Oktober 2025 ditutup naik 1,05 persen menjadi USD 106,55 per ton.

Kenaikan ini memperlihatkan bahwa kebutuhan energi berbasis batu bara masih tetap tinggi di tengah transisi energi global. Permintaan kuat dari negara-negara Asia, terutama untuk pembangkit listrik, menjadi salah satu faktor pendorongnya.

CPO Ikut Menguat Tipis

Selain batu bara, komoditas crude palm oil (CPO) juga ditutup menguat. Data dari Tradingeconomics mencatat harga CPO naik 0,07 persen menjadi MYR 4.448 per ton.

Penguatan ini meski kecil, tetap mencerminkan stabilitas pasar minyak nabati di tengah fluktuasi harga komoditas energi dan logam. Selain faktor permintaan domestik dan ekspor, harga CPO juga dipengaruhi tren substitusi terhadap minyak nabati lain yang relatif lebih mahal.

Nikel dan Timah Melemah

Di kelompok logam dasar, tren pelemahan masih membayangi.

Harga nikel di London Metal Exchange (LME) ditutup turun 0,15 persen menjadi USD 15.405 per ton.

Harga timah juga mengalami koreksi lebih tajam, melemah 1,54 persen ke level USD 34.345 per ton.

Pelemahan logam dasar ini dipicu kombinasi faktor, termasuk ketidakpastian ekonomi global, potensi perlambatan permintaan dari sektor industri, serta fluktuasi nilai tukar yang memengaruhi aktivitas perdagangan.

Pasar Komoditas Bergerak Campuran

Jika dilihat secara keseluruhan, pasar komoditas pada Rabu (17 September 2025) memperlihatkan arah campuran. Minyak mentah masih dalam tekanan akibat kekhawatiran permintaan energi, sedangkan batu bara dan CPO mendapat dukungan permintaan yang relatif stabil. Sementara itu, logam dasar seperti nikel dan timah tetap tertekan oleh sentimen makroekonomi global.

Perkembangan ini menegaskan bahwa pasar komoditas sangat rentan dipengaruhi oleh dinamika global, baik faktor pasokan, permintaan, maupun kebijakan ekonomi negara besar. Investor pun terus mencermati arah kebijakan The Fed, data persediaan energi, serta proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia yang akan menentukan tren harga ke depan.

Implikasi untuk Indonesia

Sebagai negara yang memiliki peran besar di pasar komoditas, Indonesia ikut merasakan dampak dari fluktuasi ini.

Pelemahan harga minyak bisa menjadi kabar baik bagi defisit neraca perdagangan migas, tetapi bisa menekan penerimaan negara dari sektor energi.

Kenaikan harga batu bara dan CPO justru memberi angin segar bagi ekspor, mengingat keduanya merupakan komoditas unggulan Indonesia.

Di sisi lain, pelemahan logam dasar seperti nikel dan timah patut dicermati karena kedua komoditas tersebut sedang diproyeksikan menjadi tulang punggung hilirisasi industri dalam negeri.

Dengan kondisi pasar yang terus bergerak dinamis, strategi diversifikasi ekspor dan penguatan industri hilir menjadi kunci agar Indonesia tetap bisa memperoleh manfaat optimal dari perdagangan komoditas global.

Terkini

Ini Daftar Suku Bunga KPR CIMB Niaga 2025

Kamis, 18 September 2025 | 23:51:25 WIB

Discounted Cash Flow Adalah: Fungsi, Rumus & Contohnya

Kamis, 18 September 2025 | 23:51:24 WIB

21 Ide Usaha Sampingan di Rumah, Bisa Untung Banyak!

Kamis, 18 September 2025 | 23:51:24 WIB