Freeport Percepat Transisi Energi Lewat Konversi PLTU ke LNG

Minggu, 12 Oktober 2025 | 14:20:58 WIB
Freeport Percepat Transisi Energi Lewat Konversi PLTU ke LNG

JAKARTA - Upaya transisi menuju pertambangan hijau semakin dipercepat oleh PT Freeport Indonesia (PTFI). Perusahaan tambang tembaga dan emas terbesar di Tanah Air itu kini tengah melakukan langkah besar dengan mengonversi pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) captive berbahan bakar batu bara menjadi pembangkit berbasis Liquefied Natural Gas (LNG). 

Transformasi ini tidak hanya berorientasi pada efisiensi energi, tetapi juga menjadi tonggak penting dalam komitmen dekarbonisasi jangka panjang Freeport.

Presiden Direktur PTFI Tony Wenas menyebut langkah ini diyakini mampu memangkas emisi karbon perusahaan secara signifikan. Bahkan, realisasinya diproyeksikan melebihi target penurunan emisi sebesar 30 persen pada tahun 2030 yang telah ditetapkan perusahaan.

“Kami sedang mengubah atau mengkonversi power plant kami yang menggunakan batu bara akan menjadi menggunakan LNG. Ini tentu saja akan mengurangi emisi karbon itu sangat signifikan. Target kami 2030 berkurang 30 persen, tapi nampaknya bisa bahkan lebih dari 30 persen,” ujar Tony di sela-sela Indonesia International Sustainability Forum (IISF) di Jakarta.

Transisi Energi Jadi Pendorong Utama

Freeport telah mencatatkan capaian penurunan emisi karbon sebesar 28 persen dibandingkan baseline awal. Perubahan sumber energi PLTU menjadi LNG diharapkan dapat mendongkrak capaian tersebut secara drastis dalam waktu dekat.

“Sekarang sudah 28 persen, jadi kalau kami mengganti PLTU batu bara kami dengan LNG power plant itu akan menurunkan emisi yang sangat signifikan,” paparnya.

Langkah konversi ini juga menjadi bagian penting dari strategi dekarbonisasi Freeport secara menyeluruh. LNG dinilai memiliki emisi karbon yang jauh lebih rendah dibandingkan batu bara, sehingga dapat mempercepat pencapaian target keberlanjutan sekaligus memperkuat posisi perusahaan dalam agenda transisi energi nasional.

Selain aspek teknis, transformasi ini juga mencerminkan keseriusan perusahaan dalam mendukung kebijakan energi bersih pemerintah Indonesia. Dengan menurunkan emisi secara signifikan, Freeport menempatkan diri sebagai bagian dari solusi menuju ekonomi rendah karbon.

Reklamasi dan Mangrove Jadi Pilar Keberlanjutan

Upaya perusahaan dalam menjaga keberlanjutan tidak berhenti pada transisi energi. Freeport juga terus memperluas kegiatan pengelolaan lingkungan, termasuk reklamasi dan rehabilitasi ekosistem di sekitar area operasi.

Hingga saat ini, PTFI telah melakukan reklamasi lahan seluas lebih dari 4.000 hektare. Selain itu, penanaman mangrove juga telah mencapai lebih dari 1.500 hektare dari target 10.000–12.000 hektare. Program ini menjadi bagian dari strategi perusahaan dalam mengembalikan fungsi ekologis lahan bekas tambang dan memperkuat ketahanan lingkungan di wilayah pesisir.

Langkah ini sekaligus menunjukkan bahwa keberlanjutan bagi Freeport tidak hanya soal menekan emisi karbon, tetapi juga tentang memastikan ekosistem sekitar tambang tetap terjaga dan berfungsi dengan baik.

Tembaga untuk Transisi Energi Nasional

Dalam kesempatan yang sama, Tony juga menegaskan peran strategis Freeport dalam penyediaan tembaga—salah satu mineral kritis yang sangat dibutuhkan untuk mendukung pengembangan energi terbarukan dan transisi menuju ekonomi hijau di Indonesia.

“Dan juga tadi saya sampaikan bahwa ketersediaan tembaga yang menjadi produk utama untuk men-transport energi bersih dan energi terbarukan itu menjadi tersedia di dalam negeri,” lanjutnya.

Tembaga merupakan komponen vital dalam infrastruktur energi bersih, mulai dari jaringan listrik pintar (smart grid), kendaraan listrik, hingga panel surya. Dengan produksi yang kuat di dalam negeri, Indonesia berpeluang mempercepat pembangunan rantai pasok energi hijau tanpa bergantung sepenuhnya pada impor.

Melampaui Target, Memperkuat Komitmen Global

PTFI sebelumnya telah menargetkan pengurangan emisi karbon sebesar 30 persen pada tahun 2030. Namun dengan beralih ke LNG, perusahaan optimistis dapat melampaui angka tersebut dalam kurun waktu yang lebih singkat.

Transformasi PLTU menjadi pembangkit LNG ini juga sejalan dengan tren global di industri pertambangan, yang semakin mengedepankan praktik berkelanjutan untuk menekan jejak karbon dan meningkatkan efisiensi operasi.

Dengan langkah ini, Freeport juga memperkuat posisinya di tengah tekanan internasional terhadap industri ekstraktif untuk memperhatikan aspek lingkungan dan keberlanjutan. Perubahan sistem energi ini bukan hanya soal kepatuhan terhadap regulasi, tetapi juga strategi jangka panjang perusahaan untuk tetap kompetitif di pasar global yang semakin ketat terhadap isu ESG (environmental, social, governance).

Dekarbonisasi Tambang sebagai Pilar Ekonomi Hijau

Langkah Freeport ini menjadi salah satu contoh bagaimana sektor pertambangan dapat mengambil peran aktif dalam mendukung transisi energi Indonesia. Konversi PLTU ke LNG bukan hanya akan menekan emisi, tetapi juga menjadi model bagi industri lain untuk mengadopsi energi yang lebih bersih.

Dengan menurunkan emisi hingga di atas target 30 persen dan memperkuat pengelolaan lingkungan, Freeport menunjukkan bahwa sektor tambang dapat bertransformasi menjadi bagian dari solusi menuju masa depan energi bersih.

Transisi ini juga sejalan dengan arah kebijakan nasional yang mendorong Indonesia menuju ekonomi hijau dan net zero emission di tahun-tahun mendatang. Peran sektor industri berat seperti pertambangan menjadi sangat penting dalam memastikan target tersebut dapat tercapai secara nyata.

Tony menegaskan, agenda keberlanjutan Freeport tidak berhenti pada konversi energi. Perusahaan juga akan terus memperkuat program lingkungan, memperluas reklamasi, dan mendukung pengembangan energi terbarukan melalui penyediaan bahan baku strategis.

Dengan pendekatan menyeluruh ini, Freeport berupaya memastikan bahwa operasinya tidak hanya menguntungkan secara ekonomi, tetapi juga memberi dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat.

Terkini