Stefano Pioli Kecam VAR yang Dinilai Dorong Pemain Diving

Senin, 20 Oktober 2025 | 10:30:32 WIB
Stefano Pioli Kecam VAR yang Dinilai Dorong Pemain Diving

JAKARTA - Stefano Pioli melontarkan kritik tajam terhadap sistem Video Assistant Referee (VAR) usai Fiorentina tumbang 1-2 dari AC Milan. Dalam pandangan pelatih berpengalaman itu, VAR justru memberi ruang bagi pemain untuk memanipulasi situasi pertandingan lewat aksi akting dan simulasi.

Kemarahan Pioli meledak setelah insiden penalti kontroversial yang menjadi titik balik dalam laga tersebut. Ia merasa keputusan wasit yang mengandalkan VAR sangat merugikan timnya. Pioli pun mempertanyakan keadilan serta konsistensi penggunaan teknologi yang seharusnya memberi kepastian, bukan justru melahirkan ketimpangan.

“Jika kita berperilaku seperti ini, maka kita mendorong pemain untuk terus melakukan simulasi,” ujar Pioli kepada DAZN.
“Memegangi wajah dan berteriak, karena mereka tahu itu membuahkan hasil, dan mereka dihargai untuk itu.”

Sistem yang Justru Menguntungkan Tukang Akting

Kritik Pioli tidak berhenti pada satu keputusan saja. Ia menyoroti fenomena yang menurutnya semakin sering terjadi dalam sepak bola modern—pemain dengan sengaja melebih-lebihkan kontak fisik demi menarik perhatian wasit dan VAR.

Bagi Pioli, VAR yang seharusnya menjadi alat bantu menegakkan keadilan, kini justru kerap menjadi instrumen yang menguntungkan mereka yang pandai berakting di lapangan. Ia khawatir tren ini akan merusak esensi sportivitas sepak bola.

“Para pemain tahu sekarang bahwa dengan sedikit sentuhan, mereka bisa menjatuhkan diri, memegang wajah, dan berteriak—lalu menunggu VAR ikut campur,” keluh Pioli.
“Sistem ini memberi mereka imbalan untuk akting, bukan menghukumnya.”

Kemarahan Pioli semakin memuncak karena penalti yang diberikan kepada Milan dianggap sangat meragukan. Ia merasa kontak yang terjadi terlalu ringan untuk diganjar penalti, apalagi di laga penting seperti itu.

Pertanyakan Konsistensi Protokol VAR

Pioli juga menagih janji dari pihak otoritas Serie A dan perangkat pertandingan. Ia mengingatkan bahwa VAR semestinya hanya digunakan untuk mengoreksi kesalahan yang benar-benar fatal, bukan untuk mengintervensi situasi yang bersifat interpretatif dan abu-abu.

“Mereka bilang VAR hanya akan digunakan untuk kesalahan yang jelas dan fatal. Tapi kenyataannya, kita melihat hal yang berbeda,” tegas Pioli.
“Ketika kontak kecil seperti itu dianggap pelanggaran berat, lalu di mana letak konsistensinya?”

Menurutnya, penggunaan VAR yang tidak konsisten hanya akan membuat pemain semakin berani melakukan simulasi. Bahkan, ia menyebut ada pergeseran budaya dalam permainan: yang jujur tidak mendapatkan keuntungan, sementara yang pintar berakting justru diuntungkan.

Kemarahan yang Berakar dari Kekecewaan

Kekesalan Pioli sangat dipahami jika melihat konteks pertandingan. Fiorentina sempat unggul lebih dulu lewat gol Robin Gosens, namun dua gol Rafael Leao—salah satunya dari titik penalti—membalikkan keadaan untuk AC Milan.

Hasil ini makin memperpanjang puasa kemenangan La Viola dan membuat posisi mereka tetap terjebak di papan bawah klasemen. Tekanan terhadap Pioli pun semakin besar, terutama karena hasil buruk ini datang bertepatan dengan momen spesial: laga ke-500 Pioli di Serie A.

“Kami bekerja keras sepanjang pertandingan, menghadapi tim yang ada di puncak klasemen, tapi keputusan seperti ini benar-benar menyakitkan,” kata Pioli.

Bagi pelatih 59 tahun itu, bukan hanya skor akhir yang membuatnya marah, melainkan bagaimana sistem VAR memainkan peran penting dalam hasil pertandingan.

VAR dan Dilema Sepak Bola Modern

Kritik Pioli mencerminkan perdebatan besar yang kini tengah mengemuka di sepak bola dunia. Teknologi VAR awalnya dimaksudkan untuk mengurangi kesalahan manusia dan memberikan keadilan. Namun dalam praktiknya, tidak sedikit pihak menilai VAR sering kali menjadi sumber kontroversi baru.

Banyak pelatih dan pemain berpendapat bahwa VAR memberi tekanan pada wasit, mengubah ritme pertandingan, dan — seperti yang dikatakan Pioli — mendorong perilaku tidak sportif. Ketika sebuah keputusan bisa berubah hanya karena satu gestur dramatis dari pemain, maka integritas permainan ikut dipertaruhkan.

“Ini bukan lagi soal keadilan. Ini soal siapa yang bisa tampil paling dramatis di lapangan,” sindir Pioli.

Tekanan Kian Berat bagi Fiorentina dan Pioli

Kekalahan dari Milan membuat situasi Pioli di Fiorentina semakin tidak mudah. Timnya masih belum mencatat kemenangan, dan kini terpuruk di zona degradasi. Tekanan publik serta media semakin besar, sementara atmosfer di ruang ganti juga diuji.

Meski demikian, Pioli tetap berusaha menunjukkan tanggung jawab sebagai pelatih. Ia tidak menyalahkan pemainnya dan menegaskan bahwa fokus utama tetap pada perbaikan performa tim, bukan sekadar mencari kambing hitam.

“Saya sadar tanggung jawab ada di tangan saya. Tapi saya juga harus bicara soal keadilan. Kami tidak meminta perlakuan istimewa, hanya keputusan yang konsisten,” ungkapnya.

Pioli dan Seruan untuk Evaluasi VAR

Kritik pedas Stefano Pioli terhadap VAR menyoroti masalah mendasar dalam penggunaan teknologi ini. Bagi sang pelatih, VAR seharusnya menjaga sportivitas, bukan justru memupuk budaya diving dan akting di lapangan.

Pertanyaan tentang konsistensi, transparansi, dan keadilan dalam penggunaan VAR menjadi semakin relevan setelah laga penuh kontroversi ini. Jika tidak ada evaluasi menyeluruh, bukan tidak mungkin VAR akan terus memicu perdebatan panjang di dunia sepak bola.

Bagi Fiorentina, laga ini menjadi pelajaran pahit. Namun bagi Pioli, ini adalah momen untuk bersuara lantang demi perubahan yang lebih adil bagi semua tim.

Terkini