JAKARTA - Pemberdayaan warga lanjut usia (lansia) tidak lagi hanya sebatas slogan. Di Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau, Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Mekarsari menjadi contoh nyata bagaimana program pemerintah bisa membuka peluang ekonomi bagi kelompok usia lanjut.
Dalam kunjungannya ke lokasi, Wakil Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/BKKBN (Wamendukbangga), Ratu Ayu Isyana Bagoes Oka, meninjau langsung dapur SPPG yang menjadi bagian dari pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) era pemerintahan Prabowo–Gibran.
Yang menarik, SPPG Mekarsari mempekerjakan sejumlah warga lansia sebagai tenaga harian yang bertugas mencuci buah dan menyiapkan bahan makanan bergizi bagi anak-anak sekolah dan posyandu sekitar.
“Meski sudah lansia, tapi mereka tetap berdaya mendapatkan pemasukan dengan cara mencuci buah-buahan untuk menu MBG. Pekerja lansia datang pagi, lalu siang sudah bisa pulang,” ujar Wamendukbangga Isyana seusai meninjau fasilitas tersebut.
Kehadiran mereka tidak hanya membantu proses produksi, tetapi juga memberikan makna sosial bahwa usia tidak menjadi penghalang untuk tetap berkontribusi.
Pemberdayaan Lansia di Tengah Bonus Demografi
Menurut Isyana, pelibatan lansia dalam kegiatan produktif seperti di SPPG Mekarsari merupakan langkah penting dalam menjaga kesejahteraan masyarakat di tengah bonus demografi yang kini dihadapi Indonesia.
Ia menegaskan bahwa peningkatan populasi lansia di Tanah Air tidak boleh membuat mereka terpinggirkan, melainkan perlu terus diberdayakan agar tetap merasa dibutuhkan dan mandiri.
“Lansia harus tetap diberdayakan. Kalau kita lihat di negara tetangga seperti Singapura, lansia masih bekerja mencari pemasukan, misalnya dengan mengelap meja dan lainnya,” katanya.
Bagi para pekerja lansia di SPPG Mekarsari, kesempatan ini menjadi sumber kebahagiaan dan kemandirian baru. Mereka tidak lagi bergantung penuh pada anak-anaknya, karena memiliki aktivitas dan penghasilan sendiri dari hasil kerja mereka setiap hari.
“Warga lansia di sini merasa bersyukur karena bisa ikut membantu dalam program MBG. Selain menambah pemasukan, mereka juga merasa tetap dihargai,” jelas Isyana.
Dorong Ekonomi Lokal Lewat Suplai Pangan Daerah
Selain melibatkan pekerja lansia, Wamendukbangga juga menyoroti bagaimana program Makan Bergizi Gratis di Tanjungpinang telah menghidupkan ekonomi masyarakat setempat. Hampir seluruh kebutuhan bahan pangan untuk dapur SPPG Mekarsari dipasok dari hasil pertanian lokal.
“Secara tak langsung, MBG ini menggerakkan roda ekonomi masyarakat sekaligus menyerap produksi pangan lokal,” ucap Isyana.
Bahan-bahan seperti sayur, buah, dan lauk pauk sebagian besar berasal dari petani di Kota Tanjungpinang dan sebagian dari Kabupaten Bintan. Dengan demikian, program MBG tidak hanya menekan angka kekurangan gizi, tetapi juga menjadi katalis bagi pertumbuhan ekonomi berbasis masyarakat.
Isyana menambahkan bahwa peran perempuan dalam kegiatan dapur MBG juga sangat signifikan. Banyak pekerja perempuan terlibat dalam persiapan makanan bergizi, yang tidak hanya memberikan tambahan pendapatan bagi keluarga, tetapi juga memperkuat solidaritas sosial di tingkat komunitas.
“Program ini bukan hanya soal gizi, tetapi juga soal kemandirian ekonomi dan pemberdayaan masyarakat, terutama perempuan,” imbuhnya.
Jaga Standar Kualitas Gizi dan Kebersihan
Dalam kunjungannya, Wamendukbangga Isyana juga meninjau langsung proses pengolahan dan penyajian makanan di dapur SPPG Mekarsari. Ia memastikan seluruh prosedur operasional standar (SOP) dijalankan dengan benar untuk menjaga kualitas gizi dan keamanan pangan.
Ia memantau area penyimpanan bahan makanan, sistem penyaringan air, hingga ruang pencucian yang telah dilengkapi filter air bersih. Selain itu, ia memberikan arahan khusus agar pengelola memperhatikan aspek kebersihan lingkungan dapur.
“Saya minta pengelola SPPG memperbanyak alat penangkap serangga guna mencegah hal-hal yang tidak diinginkan terjadi, misalnya keracunan MBG akibat terkontaminasi bakteri,” tegasnya.
Menurutnya, keberhasilan program MBG tidak hanya diukur dari seberapa banyak anak yang mendapatkan makanan bergizi, tetapi juga dari kualitas penyajiannya yang aman dan higienis.
“MBG ini program yang sangat baik. Maka itu, SOP penyajiannya harus dipatuhi betul-betul guna memastikan kualitas gizi dan kelancaran program tersebut,” ujar Isyana.
SPPG Mekarsari sendiri setiap harinya memproduksi sekitar 3.525 porsi makanan bergizi, yang didistribusikan ke empat sekolah (dua SD dan dua SMP) serta satu posyandu di wilayah sekitar.
Proses produksi berjalan disiplin dan melibatkan berbagai lapisan masyarakat — mulai dari petani, pekerja dapur, hingga relawan lokal — yang semuanya memiliki peran penting dalam memastikan anak-anak penerima manfaat mendapatkan makanan sehat sesuai standar gizi nasional.
Bukti Nyata Sinergi Sosial dan Pemerintah
Kunjungan Wamendukbangga Ratu Ayu Isyana Bagoes Oka ke dapur SPPG Mekarsari menunjukkan bahwa program Makan Bergizi Gratis tidak hanya sekadar kebijakan gizi, tetapi juga sebuah gerakan sosial yang mempersatukan berbagai kelompok masyarakat.
Melalui pemberdayaan lansia, perempuan, dan petani lokal, MBG membuktikan diri sebagai program yang inklusif dan berkelanjutan. Di sisi lain, sinergi antara pemerintah pusat dan daerah menjadi kunci keberhasilan dalam menjaga kualitas pelaksanaan di lapangan.
Dengan keterlibatan aktif semua pihak, diharapkan program ini dapat menjadi model nasional bagi pengentasan masalah gizi sekaligus pemberdayaan ekonomi masyarakat dari tingkat bawah.
“MBG bukan hanya tentang memberi makan, tapi juga tentang memberi makna — bahwa setiap warga, termasuk lansia, punya peran dalam membangun bangsa,” tutup Isyana.