Pemkab Purbalingga Perkuat Perkebunan Kopi untuk Petani Lokal

Minggu, 23 November 2025 | 09:55:36 WIB
Pemkab Purbalingga Perkuat Perkebunan Kopi untuk Petani Lokal

JAKARTA - Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, terus menguatkan dukungan bagi sektor perkebunan kopi. 

Dinas Pertanian (Dinpertan) setempat mendorong peningkatan produktivitas, perluasan areal tanam, dan penguatan hilirisasi, menyusul kenaikan harga kopi dalam dua tahun terakhir.

“Kami melihat gairah petani kopi terus meningkat. Pemkab Purbalingga siap memperkuat pendampingan mulai dari budi daya, pascapanen hingga pemasaran agar kesejahteraan petani naik,” ujar Kepala Dinpertan Kabupaten Purbalingga, Prayitno.

Luas Lahan dan Produksi Kopi di Purbalingga

Saat ini, luas tanaman robusta di Purbalingga mencapai 1.682 hektare dengan produksi rata-rata 188,3 kilogram per hektare. Sedangkan arabika seluas 98 hektare menghasilkan rata-rata 130,5 kilogram per hektare.

Selain itu, Dinpertan menyiapkan lahan demplot kopi seluas 1,9 hektare di Desa Cendana untuk meningkatkan kapasitas petani. Lahan ini menjadi pusat pelatihan sekaligus eksperimen bagi petani baru maupun generasi muda.

Dalam kegiatan “Rembug Kopi” yang digelar di Gasebo P4S Sawah Gunung, Desa Karanganyar, Jumat (21/11/2025), para petani menyampaikan peningkatan minat menanam kopi, termasuk di kalangan generasi muda.

Harga Kopi Menggairahkan Petani Lokal

Salah seorang petani dari Desa Gondang, Rusdi, mengaku harga kopi yang membaik telah membangkitkan kembali semangat petani. Kini harga kopi petik merah berkisar Rp75 ribu–Rp80 ribu per kilogram, sedangkan petik hijau keras sekitar Rp55 ribu–Rp65 ribu per kilogram.

“Dulu harga kopi hanya Rp18 ribu–Rp20 ribu per kilogram, petani kecewa. Bahkan ada yang membabat tanaman kopinya dan menggantinya dengan tanaman kapulaga,” katanya.

Dengan harga yang membaik, banyak petani kini kembali menanam kopi. Dukungan pemerintah diharapkan dapat memperkuat motivasi dan meningkatkan produksi serta nilai jual komoditas ini.

Inovasi dan Hilirisasi Kopi Berkelanjutan

Pegiat kopi Purbalingga, Hapsoro Paripurno, tengah menyiapkan konsep inovatif bernama “Mempertautkan Kopi, Kita, dan Bumi”. Konsep ini menekankan keberlanjutan sebagai inti dari seluruh rantai nilai kopi, mulai dari produksi hingga pascapanen dan hilirisasi.

“Kopi dijadikan medium penghubung antara manusia dan bumi. Konsep ini menghadirkan narasi multikanal melalui tur, pameran, riset, seni, media, dan pengalaman konsumsi kopi yang reflektif,” jelasnya.

Misi utama dari konsep ini adalah meningkatkan kesadaran kolektif tentang pentingnya praktik kopi berkelanjutan, mendorong praktik ramah lingkungan, dan menciptakan keadilan dalam rantai nilai. Dengan inisiatif ini, diharapkan nilai jual kopi meningkat hingga 30 persen.

Kolaborasi Petani dan Pemerintah Desa

Penasihat Kompak, Indaru Setyo Nurprojo, mendorong petani kopi untuk memanfaatkan hak pengelolaan lahan hutan di desa-desa tertentu, seperti Desa Ponjen (Kecamatan Karanganyar) dan Desa Tanalum (Kecamatan Rembang). Lahan ini bisa digunakan untuk menanam kopi, sekaligus mendukung konservasi hutan.

“Harapannya, kegiatan ini tidak hanya meningkatkan kesejahteraan petani, tetapi juga menjaga kelestarian lingkungan,” katanya.

Kolaborasi lintas sektor antara pemerintah, petani, akademisi, dan komunitas diharapkan mampu menciptakan model perkebunan kopi yang produktif, berkelanjutan, dan bernilai tinggi.

Pemkab Purbalingga Dorong Masa Depan Perkebunan Kopi

Dengan dukungan Dinpertan, program demplot, serta inisiatif hilirisasi, pemkab berupaya menjadikan kopi sebagai komoditas strategis bagi ekonomi lokal. Generasi muda pun mulai tertarik menekuni sektor ini, membuka peluang inovasi dan investasi baru.

Prayitno menekankan bahwa pendampingan tidak hanya berhenti pada produksi, tetapi mencakup pemasaran dan teknologi pascapanen. Strategi ini bertujuan agar petani kopi dapat meraih keuntungan optimal sekaligus mendorong keberlanjutan perkebunan kopi di Purbalingga.

Terkini