Rupiah Tertekan di Awal Pekan, Pasar Pantau Sinyal BI

Senin, 01 Desember 2025 | 09:41:52 WIB
Rupiah Tertekan di Awal Pekan, Pasar Pantau Sinyal BI

JAKARTA - Memasuki pekan pertama Desember 2025, rupiah kembali dibayangi tekanan nilai tukar meski otoritas moneter menegaskan komitmennya menjaga stabilitas. 

Pada perdagangan hari ini, Senin 1 Desember 2025, rupiah diperkirakan bergerak melemah ke rentang Rp16.670–Rp16.710 per dolar AS. Proyeksi ini muncul tidak lama setelah pada akhir pekan lalu Gubernur Bank Indonesia menegaskan bahwa stabilitas menjadi prioritas utama menghadapi dinamika global.

Seperti diberitakan sebelumnya, Bank Indonesia (BI) menyebutkan stabilitas nilai tukar dan dukungan terhadap pemulihan ekonomi menjadi fokus otoritas pada tahun depan. Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan kebijakan moneter diarahkan untuk menopang pertumbuhan tanpa mengorbankan stabilitas.

"Stabilitas sangat penting bagi setiap negara untuk mencapai pertumbuhan yang tinggi dan berkelanjutan," kata Perry, akhir pekan lalu.

Arah Kebijakan BI dan Tekanan Sepanjang Tahun

Perry menyampaikan BI akan terus mencari ruang untuk menurunkan suku bunga acuan BI Rate selama inflasi tetap terkendali. BI memproyeksikan ekonomi Indonesia tumbuh 4,9%–5,7% pada 2026, dan 5,1%–5,9% pada 2027. Proyeksi tersebut lebih tinggi dibandingkan perkiraan 2025, yang diperkirakan berada di atas titik tengah rentang 4,7%–5,5%.

Sepanjang tahun ini, BI menghadapi tantangan untuk menyeimbangkan mandat stabilitas rupiah dan pertumbuhan ekonomi. Siklus penurunan suku bunga acuan sebesar 125 basis poin, termasuk tiga kali penurunan beruntun pada Juli–September, turut memberi tekanan terhadap rupiah.

Dalam keputusan bulan November, BI mempertahankan suku bunga acuan untuk bulan kedua, sementara rapat dewan gubernur berikutnya dijadwalkan pada 17 Desember. Keputusan untuk menahan suku bunga mencerminkan kehati-hatian BI di tengah volatilitas pasar global.

Pelemahan rupiah juga diperparah arus keluar dana asing dari pasar obligasi pemerintah. Rupiah tercatat melemah lebih dari 3% sepanjang tahun, menjadikannya mata uang dengan kinerja terburuk di Asia Tenggara. Sebaliknya, mata uang Malaysia dan Thailand menguat, mencerminkan perbedaan sentimen investor terhadap negara-negara kawasan.

Intervensi Pasar dan Tantangan Transmisi Kebijakan

Perry menegaskan BI akan melanjutkan langkah stabilisasi nilai tukar melalui intervensi di pasar dalam dan luar negeri. Intervensi dilakukan untuk meredam volatilitas berlebihan dan menjaga likuiditas dolar di pasar domestik, terutama ketika tekanan eksternal meningkat.

Selain itu, BI mendorong perbankan mempercepat transmisi kebijakan suku bunga agar penurunan BI Rate tercermin pada suku bunga kredit. Sejauh ini, penurunan suku bunga kredit masih terbatas meski BI telah melonggarkan kebijakan sejak September tahun lalu serta pemerintah menggelontorkan dana sekitar 12 miliar dollar AS.

Lambatnya transmisi suku bunga dianggap menjadi faktor yang menahan kecepatan pemulihan ekonomi. Perbankan dinilai masih berhati-hati dalam menyesuaikan suku bunga pinjaman, terutama karena risiko global dan ketidakpastian pasar keuangan belum sepenuhnya mereda.

Pandangan Analis dan Pergerakan Pasar Hari Ini

Sementara itu, pengamat mata uang dan komoditas dari PT Traze Andalan Futures, Ibrahim Assuaibi, mengatakan nilai tukar rupiah pada perdagangan hari ini, Senin, diperkirakan bergerak fluktuatif dan cenderung ditutup melemah. Ia memperkirakan nilai tukar rupiah hari ini bergerak dalam rentang Rp16.670–Rp16.710 per dolar AS.

Pada akhir pekan lalu, rupiah juga ditutup melemah 39 poin di posisi Rp16.675 per dolar AS. Pergerakan rupiah pada perdagangan akhir pekan dipengaruhi faktor eksternal dan internal.

Sentimen eksternal antara lain dipicu dinamika kebijakan suku bunga global serta arah kebijakan The Federal Reserve. Investor global cenderung berhati-hati menjelang serangkaian agenda ekonomi besar, termasuk jadwal FOMC yang masih menjadi sorotan hingga akhir tahun.

Faktor internal tidak kalah penting. Ekspektasi pasar terhadap langkah lanjutan BI, kondisi likuiditas dolar di pasar domestik, serta perkembangan arus modal asing turut membentuk pergerakan rupiah. Kekhawatiran mengenai perlambatan transmisi kebijakan moneter juga menahan optimisme pelaku pasar.

Di sisi lain, beberapa sektor ekonomi domestik terus menunjukkan ketahanan, namun belum cukup kuat untuk mengimbangi tekanan eksternal. Karena itu, pelaku pasar menilai pergerakan rupiah dalam beberapa minggu ke depan masih akan sangat dipengaruhi sentimen global yang bergerak cepat.

Terkini