Marketplace Biomassa PLN Perkuat Pasokan Energi Bersih Nasional

Senin, 01 Desember 2025 | 11:25:22 WIB
Marketplace Biomassa PLN Perkuat Pasokan Energi Bersih Nasional

JAKARTA - Upaya mempercepat penggunaan energi bersih kembali ditegaskan PLN melalui langkah digitalisasi rantai pasok biomassa. 

Pendekatan baru ini tidak hanya menargetkan pengurangan konsumsi batu bara, tetapi juga membangun ekosistem pasokan biomassa yang lebih terukur dan berkelanjutan. Lewat platform marketplace khusus, PLN memperluas peran biomassa sebagai penopang cofiring di berbagai PLTU.

Langkah tersebut menjadi bagian penting dari strategi dekarbonisasi nasional, sekaligus menjawab tantangan utama sektor pembangkit yang selama ini masih bergantung pada batu bara.

Marketplace Biomassa untuk Stabilisasi Pasokan

PT PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) memperkuat rantai pasok biomassa sebagai bahan bakar pembangkit dengan menghadirkan aplikasi marketplace. Platform ini dipersiapkan sebagai instrumen utama untuk mengurangi konsumsi batu bara (cofiring) dan memastikan bahan bakar alternatif tersedia dalam volume yang konsisten.

Direktur Manajemen Pembangkitan PT PLN (Persero), Rizal Calvary Marimbo menegaskan bahwa cofiring kini menjadi jembatan penting menuju dekarbonisasi pada pembangkit yang sudah beroperasi. Untuk mendukungnya, dibutuhkan pasokan biomassa yang bersumber dari limbah dengan kualitas terstandar.

“Kuncinya ada pada kepastian pasokan, standardisasi kualitas, dan efisiensi logistik," kata Rizal, Jumat (28/11/2025).

Melalui marketplace, alur suplai biomassa akan disinkronkan antara petani, BUMDes, koperasi, dan agregator dengan kebutuhan pembangkit. Sistem ini meminimalkan mismatch kualitas, memperluas partisipasi lokal, serta menjaga keandalan operasi pembangkit dalam menurunkan emisi dan mendorong ekonomi sirkular.

Digitalisasi Hulu Pasokan Biomassa

Dari sisi hulu, Direktur Biomassa PLN EPI, Hokkop Situngkir menjelaskan bahwa platform tersebut dilengkapi fitur penting seperti registrasi pemasok, penawaran harga dan volume, quality gate di hub, hingga tracking pengiriman sampai diterima di pembangkit. Digitalisasi ini memungkinkan proses suplai direplikasi di seluruh jaringan PLN.

“Melalui skema hub, sub hub, main hub membuat suplai lebih transparan dan terstandar. Tidak semua material hayati layak bakar karena itu kriteria mutu diseragamkan agar mendekati spesifikasi batu bara, sehingga faktor kapasitas pembangkit tetap terjaga,” jelasnya.

Implementasi awal marketplace dilakukan di PLTU Adipala berkapasitas 660 MW, pembangkit supercritical yang ditargetkan memiliki pasokan cofiring lebih stabil. Menurut Direktur Operasi Pembangkit Batubara PLN Indonesia Power, Hanafi Nur Rifa'i, digitalisasi bukan sekadar peningkatan efisiensi, tetapi strategi besar membangun ekosistem energi inklusif.

“Dengan teknologi supercritical dan penerapan cofiring, PLTU Adipala siap menyongsong target Net Zero,” ujarnya.

Program ini juga memutar ekonomi lokal lewat keterlibatan petani, BUMDes, dan UMKM biomassa yang kini memiliki kepastian pasar dan pembayaran melalui sistem digital end-to-end.

Peran Biomassa dalam Transisi Pembangkit Batu Bara

Di tingkat nasional, biomassa semakin vital karena dua alasan: kebutuhan pasokan listrik stabil dan tuntutan pengurangan emisi. 

Direktur Teknologi PT Datong Jaya Indonesia, Bayu Aji Prakoso, menjelaskan dalam 91st IEA–Fluidized Bed Conversion Technology Collaboration Programme di Bandung bahwa PLTU masih bisa beroperasi dengan dukungan biomassa yang terus ditingkatkan porsinya.

“Kami melihat biomassa itu bukan pengganti total batu bara, tapi penyelamat di masa transisi. Batu bara masih dibutuhkan untuk stabilitas energi, tetapi biomassa memberi ruang untuk menurunkan emisi tanpa mematikan industri yang sudah ada,” ujar Bayu, Kamis.

Ia menegaskan bahwa keberhasilan cofiring sangat bergantung pada ketersediaan bahan baku biomassa.

“Yang paling krusial itu ketersediaan bahan baku dan harga yang masuk akal. Kalau supply biomassa bisa terjamin, PLTU di Indonesia sebenarnya siap untuk cofiring secara bertahap,” jelasnya.

PLTU batu bara telah menjadi andalan nasional selama bertahun-tahun, namun di era dekarbonisasi tidak bisa lagi bergantung pada satu jenis bahan bakar. Teknologi multifuel memungkinkan PLTU menggunakan biomassa, limbah kota (RDF), limbah cair, gas buangan industri, hingga bahan bakar alternatif lainnya.

Pendekatan multifuel dinilai paling realistis untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) 2060 tanpa mengorbankan stabilitas energi atau mematikan industri batu bara secara tiba-tiba.

Teknologi CFB sebagai Motor Transformasi PLTU Modern

Transformasi PLTU turut didukung teknologi Circulating Fluidized Bed (CFB), yang menjadi salah satu fondasi pembangkit modern. Teknologi pembakaran ini lebih fleksibel terhadap variasi bahan bakar, menjaga stabilitas pembakaran, dan meningkatkan efisiensi—sesuai dengan kondisi batu bara dan biomassa saat ini.

Meski awalnya kapasitas CFB hanya di bawah 150 MW, perkembangan teknologi kini memungkinkan pembangkit CFB berkapasitas 660 MW di China bahkan hingga 1 GW per unit di Korea.

Dengan kata lain, CFB menjadi jembatan agar PLTU tetap beroperasi tetapi lebih bersih dan modern, sekaligus mampu memanfaatkan limbah perkotaan, biomassa kering, tandan kosong sawit, limbah cair, hingga sludge industri sebagai sumber energi.

PLN juga menyiapkan transformasi lahan kritis seluas 1,7 juta hektare menjadi kawasan produktif untuk menopang ekosistem biomassa pertanian terpadu.

Terkini