Garuda–Citilink Optimalkan Rute Demi Efisiensi Jaringan

Selasa, 02 Desember 2025 | 11:41:15 WIB
Garuda–Citilink Optimalkan Rute Demi Efisiensi Jaringan

JAKARTA - Persaingan ketat di industri penerbangan membuat konsolidasi internal menjadi langkah penting bagi maskapai nasional. 

Hal itu pula yang mendorong Garuda Indonesia dan Citilink melakukan penataan ulang rute agar kedua maskapai tidak beroperasi di jalur yang sama dan justru memakan pangsa pasar satu sama lain. Dengan jaringan yang lebih tertata, Garuda Group berharap dapat memperkuat daya saing serta meningkatkan efisiensi operasional.

Upaya ini juga menjadi bagian dari transformasi besar yang sedang dijalankan pasca masuknya suntikan dana Danantara yang memperkuat posisi keuangan Garuda Indonesia.

Penataan Rute untuk Hindari Kanibalisasi

Wakil Direktur Utama Garuda Indonesia, Thomas Sugiarto Oentoro, menegaskan bahwa penyelarasan jaringan rute Garuda dan Citilink menjadi keharusan. Dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR, Senin, ia menyampaikan tujuan utama langkah tersebut.

“Ini kami lakukan agar Garuda dan Citilink tidak saling kanibalisasi dan dapat memberikan pelayanan yang lebih komprehensif kepada pelanggan,” ujarnya.

Menurut Thomas, kondisi pasar penerbangan saat ini semakin kompetitif, baik di rute domestik maupun internasional. Karena itu, segmentasi layanan harus diterapkan dengan jelas agar tidak menimbulkan tumpang tindih. Garuda diposisikan sebagai layanan premium, sedangkan Citilink fokus pada segmen Low-Cost Carrier (LCC).

“Kami harus melihat pasar mana yang cocok untuk premium service, dan mana yang cocok untuk LCC,” katanya. Dengan tekanan daya beli masyarakat akibat tingginya tarif penerbangan, optimalisasi armada menjadi semakin penting bagi efisiensi biaya.

Tantangan Bahan Bakar hingga Rantai Pasok Armada

Selain isu kanibalisasi, Thomas menjelaskan bahwa industri penerbangan menghadapi tantangan lain yang turut menekan biaya operasional. Mulai dari fluktuasi harga bahan bakar, hingga masalah rantai pasok global yang memengaruhi ketersediaan armada.

Garuda bahkan menerapkan efisiensi penggunaan satu mesin saat proses taxi untuk menekan penggunaan bahan bakar. Strategi ini menjadi salah satu langkah taktis yang mendukung penghematan biaya operasional.

Pada saat yang sama, perusahaan juga mempersiapkan transformasi di bidang pelayanan, operasional, dan digital. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan daya saing Garuda Indonesia tidak hanya di pasar domestik, tetapi juga di pasar regional dan global.

Rute Bertumpuk Masih Terlihat di Lapangan

Hasil pengecekan Bisnis melalui aplikasi pencarian tiket menunjukkan bahwa tumpang tindih rute Garuda dan Citilink masih terjadi pada sejumlah destinasi populer. Misalnya, rute CGK–YIA yang dipatok Garuda sekitar Rp3,6 juta, sementara Citilink menawarkan harga di bawah Rp1 juta.

Duplikasi juga terlihat pada rute CGK–DPS, CGK–SUB, dan beberapa jalur penting lainnya. Kondisi ini menjadi bukti bahwa penataan ulang jaringan masih diperlukan agar perbedaan segmentasi harga dan layanan lebih jelas.

Sebaliknya, Citilink memiliki rute yang tidak dilayani Garuda, seperti YIA–Balikpapan dan Denpasar–Balikpapan. Ini menunjukkan adanya peluang segmentasi pasar yang dapat dioptimalkan untuk memperkuat strategi keduanya.

Dengan penyelarasan rute yang lebih efektif, Garuda dan Citilink berharap dapat membangun jaringan yang saling melengkapi dan berkelanjutan.

Suntikan Dana Dorong Stabilitas dan Perluasan Kapasitas

Transformasi Garuda semakin menemukan momentumnya setelah perusahaan memperoleh dana besar dari Danantara. Dana tersebut menjadi fondasi bagi stabilisasi operasional dan perbaikan struktur keuangan Garuda Indonesia.

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) kini mengoperasikan total 90 unit pesawat usai menerima injeksi dana sebesar Rp23,7 triliun. Thomas menjelaskan bahwa modal tersebut difokuskan untuk menjaga reliabilitas layanan dan memulihkan kapasitas produksi.

Dana sekitar Rp11,2 triliun dialokasikan untuk penyehatan dan pemeliharaan armada PT Citilink Indonesia, sementara Rp8,7 triliun dipakai untuk pemeliharaan armada Garuda Indonesia. Upaya ini berhasil meningkatkan jumlah pesawat beroperasi menjadi 90 unit, dengan Garuda mengoperasikan 58 pesawat dan Citilink 32 per November 2025.

“Dengan dukungan dari pemerintah dan pemegang saham, transformasi Garuda ini memiliki ruang bertumbuh yang memadai, baik untuk menjaga keberlanjutan operasional maupun ruang pertumbuhan yang lebih baik,” ujar Thomas.

Penguatan Struktur Permodalan dan Kewajiban Usaha

Setoran dana tersebut mencakup shareholder loan (SHL) sebesar US$405 juta dan penyertaan modal tunai US$1 miliar. Dana ini dialokasikan untuk kebutuhan operasional yang bersifat kritikal.

Sebagian modal digunakan untuk membayar kewajiban utang Citilink kepada Pertamina senilai US$225 juta. Aksi korporasi ini juga memperkuat struktur modal dan menjaga free float saham publik di angka 8%.

Jumlah saham beredar bertambah menjadi 407 miliar saham dan modal dasar diperkuat menjadi Rp100 triliun. Perubahan tersebut memberikan ruang lebih besar bagi Garuda untuk bergerak di tengah kondisi industri yang menantang.

Dengan suntikan dana dan strategi penataan ulang rute, Garuda dan Citilink kini berada pada fase penting untuk memastikan masa depan bisnis yang lebih stabil dan kompetitif.

Terkini