Pemulihan Industri Tekstil Menguat Berkat Ekspor dan Pasar Domestik

Selasa, 02 Desember 2025 | 11:41:18 WIB
Pemulihan Industri Tekstil Menguat Berkat Ekspor dan Pasar Domestik

JAKARTA - Pemulihan industri tekstil dan produk tekstil (TPT) jelang akhir 2025 menunjukkan dinamika yang berbeda antara hulu dan hilir. 

Sektor hilir dinilai mulai mendapat angin segar, sementara bagian hulu masih harus berjibaku dengan tekanan bahan baku impor. Meski begitu, indikator pertumbuhan mengisyaratkan bahwa fondasi pemulihan mulai menguat dibanding tahun sebelumnya.

Asosiasi Garmen dan Tekstil Indonesia (AGTI) menegaskan bahwa tren membaiknya sektor hilir bukan sekadar wacana, melainkan sudah terlihat dalam berbagai data resmi. Optimisme ini ikut membentuk gambaran bahwa industri TPT memasuki fase pemulihan yang lebih stabil dan terukur.

Perbaikan Hilir Dorong Optimisme Pelaku Industri

Mengacu pada data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor TPT hingga Agustus 2025 mencapai US$8,07 miliar. Angka ini ikut mengangkat pertumbuhan industri TPT sebesar 5,92% pada triwulan III/2025, melebihi pertumbuhan ekonomi nasional yang berada di 5,04%.

Ketua Umum AGTI, Anne Patricia Sutanto, menilai berbagai indikator tersebut menunjukkan pemulihan yang bergerak menuju jalur positif. Menurutnya, dorongan utama datang dari sejumlah kategori ekspor yang terus meningkat.

“Pertumbuhan ekspor ini didorong oleh peningkatan pada produk kimia, pakaian jadi, serta kulit dan alas kaki,” kata Anne kepada Bisnis, Senin.

Dari sudut pandang hilir, permintaan domestik juga mulai menanjak. Produsen kembali berani meningkatkan kapasitas karena pasar menunjukkan sinyal stabil. Kondisi ini membuat sektor hilir jauh lebih siap merespons peluang baru.

Namun, situasi berbeda dialami sektor hulu. Ketergantungan besar pada bahan baku impor masih menahan laju pemulihan. Meski demikian, penyusunan ulang pasar dan penertiban impor ilegal membuat tekanan itu mulai mereda secara perlahan.

Stabilisasi Pasar dan Efek Penertiban Impor Ilegal

Anne menegaskan bahwa kombinasi antara kenaikan ekspor, perbaikan permintaan domestik, serta stabilisasi pasar semakin memperkuat fondasi pemulihan. Menurutnya, industri kini memasuki fase di mana perbaikan tidak lagi bersifat sporadis, tetapi mulai berlangsung konsisten.

“Dengan kombinasi peningkatan ekspor, stabilitas pasar domestik, dan data pertumbuhan yang positif, kami melihat bahwa fondasi pemulihan industri TPT sudah mulai terbentuk,” tuturnya.

Namun, ia mengakui bahwa pemulihan ini belum merata dan masih berjalan bertahap. Meski demikian, momentum positif yang terbentuk menjelang akhir tahun dianggap penting untuk menyambut 2026 dengan harapan yang lebih realistis tetapi solid.

Salah satu faktor yang paling dirasakan pelaku industri adalah penegakan impor ilegal yang semakin ketat. Dampaknya terlihat langsung di lapangan, mulai dari pasar yang lebih teratur hingga kompetisi yang kembali seimbang bagi produk lokal.

“Ini menjadi salah satu faktor yang paling dirasakan langsung oleh pelaku industri,” tambah Anne.

Peningkatan ini memperlihatkan bahwa regulasi yang dijalankan pemerintah mulai menjawab kekhawatiran pelaku industri, khususnya mengenai banjir produk impor murah yang sebelumnya menekan produsen dalam negeri.

Pasar Domestik Menguat, Konsumsi Mulai Pulih

Selain faktor ekspor dan penertiban impor ilegal, perbaikan permintaan dalam negeri menjadi katalis penting lainnya. Pelaku industri merasakan bahwa permintaan di segmen menengah mulai bergerak naik, mendorong produsen memperluas kapasitas secara hati-hati.

“Konsumsi masyarakat, khususnya segmen menengah mulai pulih sehingga permintaan terhadap pakaian jadi dan household textiles meningkat,” jelasnya.

Peningkatan ini membuat produsen di sektor hilir lebih percaya diri melakukan investasi skala kecil hingga menengah. Produk seperti apparel, garmen, hingga household textiles mengalami peningkatan permintaan yang merata, baik untuk pasar domestik maupun ekspor yang mulai stabil.

Selain itu, technical textiles untuk kebutuhan industri, kesehatan, dan kebutuhan fungsional lainnya juga menunjukkan tren peningkatan.

Peluang dari Tren Produk Berkelanjutan

Momentum pemulihan industri TPT juga didorong oleh perubahan permintaan global. Konsumen dunia kini lebih peduli terhadap keberlanjutan, membuat produk ramah lingkungan memiliki daya saing lebih tinggi.

Ketiga, perubahan preferensi global menuju produk berkelanjutan menciptakan peluang baru bagi industri yang telah berinvestasi dalam serat daur ulang, low-impact processes, dan sistem produksi efisien.

Menurut Anne, semakin banyak anggota AGTI yang kini melihat peningkatan permintaan dari buyer internasional untuk kategori produk berstandar sustainability.

Selain household dan apparel, produk berbasis circular economy juga meningkat pesat. Material hasil daur ulang dan recycled blended fibers menjadi segmen dengan permintaan lebih konsisten seiring meningkatnya penerapan kebijakan ESG global.

“Secara keseluruhan, dorongan pasar domestik, penertiban impor ilegal, serta transisi ke produk bernilai tambah dan berkelanjutan menjadi faktor utama yang menggerakkan pemulihan industri di akhir tahun ini,” pungkasnya.

Terkini