JAKARTA - Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu'ti, telah mengumumkan perombakan besar dalam sistem evaluasi pendidikan di Indonesia. Mulai 2025, Ujian Nasional (UN), yang sempat ditiadakan, akan digelar kembali namun dengan konsep dan nama baru, yaitu Tes Kemampuan Akademik (TKA).
Tes Kemampuan Akademik: Konsep Baru Evaluasi Pendidikan
TKA, sebagai pengganti UN, dirancang untuk mengatasi berbagai kritik yang diterima sistem ujian akhir selama ini. Abdul Mu'ti menjelaskan bahwa TKA memiliki sejumlah perbedaan mendasar dibandingkan dengan UN yang sebelumnya dikenal. Salah satu perbedaan paling menonjol adalah sifatnya yang tidak wajib. "TKA tidak diwajibkan, artinya baik siswa SD maupun SMA tidak harus mengikuti tes ini," jelas Mu'ti dalam keterangannya di Kantor Kemendikdasmen, Jakarta.
Alasan Tidak Diwajibkannya TKA
Mu'ti menegaskan bahwa keputusan untuk tidak mewajibkan TKA diambil untuk mengurangi beban dan stres di kalangan siswa. Banyak masyarakat yang menilai bahwa ujian akhir dapat menjadi sumber tekanan emosional yang berlebihan. "Kalau dulu diwajibkan, siswa jadi stres karena merasa terpaksa. Kini, dengan sifatnya yang opsional, diharapkan tekanan tersebut berkurang. Jika ada siswa yang merasa berpotensi stres saat mengikuti ujian, mereka diimbau untuk tidak mengikutinya," ungkap Mu'ti.
Peluang dan Manfaat TKA Bagi Siswa
Meskipun tidak wajib, TKA menawarkan sejumlah keuntungan bagi siswa yang memilih untuk mengikutinya. Salah satu keuntungan utamanya adalah membuka lebih banyak kesempatan bagi siswa yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, baik di dalam maupun luar negeri. "TKA adalah kesempatan bagi mereka yang siap secara mental dan ingin melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi,” kata Mu'ti.
Lebih lanjut, Abdul Mu'ti memaparkan bahwa perombakan ini juga dimaksudkan untuk memenuhi permintaan dari berbagai perguruan tinggi. Banyak institusi pendidikan tinggi, terutama yang berada di luar negeri, menginginkan agar siswa Indonesia memiliki nilai individu sebagai salah satu indikator seleksi. "Ini adalah cara untuk meningkatkan daya saing siswa Indonesia di tingkat internasional,” tambahnya.
Implikasi Bagi Siswa dan Orang Tua
Dengan diluncurkannya TKA, para orang tua dan siswa perlu menyusun strategi baru dalam merencanakan masa depan pendidikan mereka. Siswa yang memiliki rencana pendidikan jangka panjang, terutama yang menargetkan universitas ternama baik di dalam maupun luar negeri, sebaiknya mempertimbangkan untuk mengikuti TKA.
Namun, siswa yang lebih memilih jalur dengan tekanan akademik lebih ringan atau yang merasa tidak siap untuk menghadapi tes ini juga tetap memiliki opsi untuk melanjutkan pendidikan tanpa nilai dari TKA. Hal ini memberikan fleksibilitas dan pilihan sesuai dengan kemampuan dan keadaan individu.
TKA Sebagai Sarana Evaluasi Dampak Pendidikan
Penyelenggaraan TKA juga berfungsi sebagai alat evaluasi dampak pendidikan yang lebih luas. Dengan nilai individu yang diperoleh, siswa dapat merancang peta jalan pendidikan mereka sendiri, sementara pihak sekolah dan pemerintah dapat menggunakan data tersebut untuk menyusun kebijakan pendidikan yang lebih tepat sasaran.
Langkah Baru dalam Sistem Pendidikan Indonesia
Perubahan dari UN ke TKA adalah langkah besar dalam sistem pendidikan Indonesia. Dengan tidak mewajibkan TKA, sistem baru ini memberikan ruang yang lebih besar bagi pertimbangan individual siswa dan memberikan peluang lebih besar bagi mereka yang ingin menonjolkan prestasi akademiknya secara internasional. Ini juga menunjukkan perhatian mendalam pemerintah terhadap kesejahteraan mental siswa, yang selama ini menjadi sorotan.
Abdul Mu'ti optimis bahwa TKA akan membawa angin segar bagi dunia pendidikan Indonesia. "Kami berharap sistem ini dapat menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi siswa untuk belajar dan berprestasi sesuai dengan minat dan bakat mereka," tutupnya.
Dengan perubahan ini, diharapkan nilai dari TKA bisa menjadi salah satu cara untuk mengukur dan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia serta mempersiapkan siswa untuk tantangan global yang semakin kompleks.