Danantara

Danantara Nilai Merger Garuda Pelita Air Tingkatkan Efisiensi

Danantara Nilai Merger Garuda Pelita Air Tingkatkan Efisiensi
Danantara Nilai Merger Garuda Pelita Air Tingkatkan Efisiensi

JAKARTA - Rencana penggabungan (merger) dua maskapai milik negara, Garuda Indonesia dan Pelita Air, kembali menjadi sorotan publik. Langkah strategis ini dipandang sebagai upaya untuk memperkuat industri penerbangan nasional sekaligus meningkatkan efisiensi operasional. Meski masih dalam tahap kajian, berbagai pihak menilai konsolidasi tersebut dapat membuka jalan baru bagi tata kelola penerbangan yang lebih produktif.

Efisiensi Jadi Tujuan Utama

CEO Danantara, Rosan Roeslani, menegaskan bahwa tujuan utama rencana merger adalah mendorong efisiensi dan produktivitas. Menurutnya, penggabungan Garuda Indonesia dan Pelita Air akan memberikan peluang untuk mengoptimalkan aset yang selama ini belum dimanfaatkan secara maksimal.

“Ya intinya kan untuk supaya lebih efisien, lebih meningkatkan produktivitas,” ujar Rosan di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (16 September 2023).

Ia menambahkan, efisiensi yang dimaksud mencakup optimalisasi aset, termasuk penggunaan jam terbang pesawat serta infrastruktur pendukung lainnya. “Dan juga mengoptimalkan aset-aset yang ada, baik dari segi jam terbangnya dan pesawat, dan lain-lain,” kata Rosan.

Meski begitu, Rosan menekankan bahwa seluruh aspek merger ini masih dalam tahap kajian. “Lagi dievaluasi semua,” ucapnya.

Latar Belakang Wacana Merger

Gagasan penggabungan ini pertama kali mencuat melalui Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Simon Aloysius Mantiri. Dalam rapat bersama Komisi VI DPR di Senayan, Kamis (11 September 2025), Simon mengungkapkan bahwa pihaknya tengah menjajaki langkah konsolidasi Pelita Air dengan Garuda Indonesia.

“Sebagai contoh, untuk airline kami, kita sedang penjajakan awal untuk penggabungan dengan Garuda Indonesia,” kata Simon.

Ia menjelaskan, Pertamina ingin lebih fokus pada bisnis inti mereka di bidang minyak, gas, dan energi terbarukan. Oleh karena itu, konsolidasi Pelita Air dengan Garuda dinilai sebagai langkah strategis untuk memperkuat industri penerbangan di bawah payung holding.

Respons Garuda Indonesia

Sementara itu, Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk, Wamildan Tsani, menegaskan bahwa rencana merger masih berada pada tahap awal penjajakan. Menurutnya, perseroan saat ini masih melakukan koordinasi dengan para pemangku kepentingan terkait sebelum mengambil keputusan final.

“Terkait dengan wacana konsolidasi BUMN sektor penerbangan hingga saat ini masih berada di tahap awal penjajakan, dan terkait hal tersebut Perseroan masih terus berkoordinasi dengan para pemangku kepentingan terkait,” kata Wamildan dalam keterbukaan informasi BEI, Selasa (16 September 2025).

Ia menambahkan, perkembangan lebih lanjut mengenai merger ini akan disampaikan jika sudah ada kemajuan signifikan. “Progres dari rencana merger ini akan kami sampaikan lebih lanjut sekiranya terdapat perkembangan signifikan berkaitan dengan tahapan maupun realisasi atas rencana strategis tersebut,” ujar Wamildan.

Potensi Manfaat Merger

Konsolidasi Garuda Indonesia dan Pelita Air dipandang dapat menghadirkan sejumlah manfaat strategis. Pertama, efisiensi operasional melalui penggabungan rute dan armada sehingga bisa menekan biaya. Kedua, peningkatan daya saing di pasar domestik maupun internasional karena sinergi keduanya berpotensi memperluas jangkauan layanan.

Selain itu, merger ini juga memungkinkan adanya integrasi dalam manajemen sumber daya manusia, perawatan armada, hingga pengelolaan infrastruktur bandara. Dengan optimalisasi tersebut, maskapai bisa lebih fokus pada peningkatan kualitas layanan kepada penumpang.

Tantangan Konsolidasi

Meski banyak peluang, rencana merger ini juga menghadapi tantangan besar. Salah satunya adalah persoalan persaingan usaha. Sejumlah pengamat menilai bahwa penggabungan dua maskapai pelat merah berpotensi mengurangi kompetisi sehat di industri penerbangan domestik.

Selain itu, proses harmonisasi budaya kerja dan sistem manajemen antarperusahaan juga bisa menjadi pekerjaan rumah yang tidak mudah. Garuda Indonesia yang sudah mapan dengan pengalaman panjang, tentu memiliki sistem berbeda dengan Pelita Air yang masih relatif baru di industri penerbangan komersial.

Sinyal Dukungan Pemerintah

Meski masih tahap penjajakan, pemerintah melalui Kementerian Perhubungan menyatakan bahwa keputusan terkait merger akan diserahkan pada holding. Menteri Perhubungan sebelumnya menekankan pentingnya konsolidasi BUMN penerbangan agar lebih efisien dan kompetitif, namun tetap memperhatikan kepentingan publik.

Langkah ini sejalan dengan strategi restrukturisasi BUMN yang selama ini didorong oleh pemerintah. Merger antarperusahaan pelat merah di sektor strategis diharapkan menciptakan entitas yang lebih kuat, efisien, dan mampu bersaing di pasar global.

Prospek Industri Penerbangan Nasional

Rencana penggabungan Garuda Indonesia dan Pelita Air hadir di tengah tren pemulihan industri penerbangan pascapandemi. Permintaan penumpang yang kembali meningkat menjadi peluang besar bagi maskapai untuk mengoptimalkan kapasitas armada.

Dengan konsolidasi, diharapkan maskapai nasional bisa menekan biaya operasional sekaligus memperbaiki neraca keuangan yang sempat tertekan akibat pandemi. Jika terealisasi, merger ini tidak hanya berimplikasi pada kinerja maskapai, tetapi juga dapat memperkuat ekosistem transportasi udara di Tanah Air.

Rencana merger Garuda Indonesia dan Pelita Air tengah menjadi perhatian publik. Meski masih dalam tahap kajian, berbagai pihak menaruh harapan bahwa konsolidasi ini bisa menciptakan efisiensi, produktivitas, serta memperkuat daya saing industri penerbangan nasional.

Namun demikian, keberhasilan merger akan sangat ditentukan oleh bagaimana manajemen mengatasi tantangan harmonisasi internal dan menjaga iklim persaingan sehat di industri. Jika berhasil, langkah ini dapat menjadi tonggak penting dalam transformasi BUMN penerbangan menuju entitas yang lebih solid dan berdaya saing global.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index