BMK

Cuaca Ekstrem Akibat Sirkulasi Siklonik, BMKG Waspadai 5 Wilayah

Cuaca Ekstrem Akibat Sirkulasi Siklonik, BMKG Waspadai 5 Wilayah
Cuaca Ekstrem Akibat Sirkulasi Siklonik, BMKG Waspadai 5 Wilayah

JAKARTA - Fenomena sirkulasi siklonik kembali menjadi sorotan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Lembaga ini memperingatkan bahwa sejumlah wilayah di Indonesia berpotensi mengalami hujan sangat lebat pada Jumat, 10 Oktober 2025, akibat pengaruh sistem tekanan rendah dan pertemuan angin di beberapa wilayah perairan. 

Kondisi atmosfer yang tidak stabil ini memicu pembentukan awan-awan hujan tebal yang dapat memunculkan cuaca ekstrem dalam waktu singkat.

Prakirawan BMKG, Rira A. Damanik, menjelaskan bahwa potensi hujan sedang hingga sangat lebat tersebut merupakan dampak langsung dari adanya sirkulasi siklonik di sejumlah titik strategis perairan Indonesia dan sekitarnya. Sistem ini, menurutnya, berpotensi meningkatkan aktivitas konvektif di atmosfer yang berujung pada terbentuknya awan cumulonimbus secara luas.

Empat Sirkulasi Siklonik Ditemukan di Sekitar Indonesia

BMKG mencatat sedikitnya ada empat sirkulasi siklonik aktif yang kini terpantau melalui citra satelit dan analisis cuaca terkini. Keempatnya berada di:

Samudera Hindia sebelah barat Sumatera Barat,

Laut Cina Selatan bagian timur Vietnam,

Perairan timur Filipina,

Serta Samudera Pasifik utara Papua.

Keberadaan sistem tekanan rendah di beberapa wilayah ini memicu pembentukan daerah konvergensi atau pertemuan angin yang memanjang di sejumlah zona perairan Indonesia. Konvergensi tersebut menjadi jalur utama terbentuknya awan hujan berintensitas tinggi, sehingga potensi hujan ekstrem tidak bisa diabaikan.

Pertemuan Angin Perkuat Potensi Awan Hujan

Kondisi atmosfer saat ini memperlihatkan aktivitas konvergensi dan konfluensi yang cukup kuat. BMKG menjelaskan, daerah konvergensi — yaitu wilayah tempat bertemunya massa udara dari arah berbeda — kini terbentuk di berbagai area penting, antara lain:

Samudera Hindia barat Lampung hingga Bengkulu,

Laut Natuna Utara hingga Laut Cina Selatan,

Perairan timur Aceh,

Wilayah Papua hingga perairan utara Papua,

Dari Laut Natuna ke Natuna Utara,

Jawa Timur hingga Jawa Tengah,

Kalimantan Selatan hingga Kalimantan Tengah,

Kalimantan Timur hingga Sabah,

Sulawesi Tenggara hingga Sulawesi Tengah,

Nusa Tenggara Timur,

Laut Maluku hingga Sulawesi Utara,

Serta Laut Koral hingga Papua bagian selatan.

Pola konvergensi ini menjadi pemicu utama pertumbuhan awan hujan skala luas. Ketika udara lembap berkumpul di satu titik dan terangkat ke lapisan atmosfer yang lebih tinggi, terbentuklah awan cumulonimbus — awan penghasil hujan deras dan petir yang umum terjadi di wilayah tropis seperti Indonesia.

Konfluensi dan Sirkulasi Siklonik Memperkuat Cuaca Ekstrem

Selain konvergensi, BMKG juga mendeteksi adanya daerah konfluensi, yakni pertemuan dua aliran angin dari arah berbeda yang turut memperparah pembentukan awan hujan. Titik-titik konfluensi terpantau di:

Samudera Hindia barat Bengkulu,

Selat Malaka,

Laut Jawa,

Selat Karimata,

Laut Natuna,

Laut Cina Selatan,

Selat Makassar,

Laut Sulu,

Laut Sulawesi,

Laut Arafuru,

Dan Samudera Pasifik utara Papua.

Menurut Rira A. Damanik, kondisi atmosfer seperti ini merupakan kombinasi dari beberapa sistem cuaca yang saling memperkuat.\

“Kondisi atmosfer ini meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan, terutama di wilayah yang berada di sekitar sirkulasi siklonik dan sepanjang daerah konvergensi atau konfluensi tersebut,” jelasnya.

Dengan kata lain, sirkulasi siklonik dan pola angin yang saling bertemu menciptakan sistem yang kompleks dan dinamis, menyebabkan potensi hujan sangat lebat di beberapa daerah.

Lima Wilayah Dapat Peringatan Khusus dari BMKG

Berdasarkan hasil analisis dinamika atmosfer, BMKG mengeluarkan peringatan dini cuaca ekstrem untuk sejumlah wilayah. Lima daerah disebut memiliki risiko tertinggi terhadap hujan sedang hingga sangat lebat, yaitu:

Aceh

Sumatera Utara

Jawa Barat

Sulawesi Barat

Maluku Utara

Wilayah-wilayah tersebut dinilai memiliki tingkat kerawanan tinggi karena kombinasi antara kelembapan udara, sirkulasi siklonik, dan pola konvergensi yang intens. Dampaknya bisa berupa banjir, genangan, tanah longsor, dan gangguan transportasi, terutama di daerah dengan sistem drainase yang buruk.

Peringatan bagi Masyarakat dan Pemerintah Daerah

BMKG mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi cuaca ekstrem selama beberapa hari ke depan. Aktivitas di luar ruangan sebaiknya disesuaikan dengan kondisi cuaca, terutama di wilayah dengan intensitas hujan tinggi.

Selain itu, pemerintah daerah diimbau untuk menyiapkan langkah mitigasi seperti membersihkan saluran air, memantau daerah rawan longsor, serta memastikan kesiapsiagaan sistem peringatan dini bencana.

Cuaca ekstrem akibat sirkulasi siklonik bukan hanya berdampak pada daratan, tetapi juga dapat mengganggu aktivitas pelayaran dan penerbangan. Gelombang tinggi dan angin kencang bisa terjadi di beberapa perairan, sehingga nelayan maupun operator transportasi laut diharapkan memantau pembaruan informasi cuaca dari BMKG.

Dampak Siklonik Bisa Berubah Sewaktu-Waktu

BMKG menegaskan bahwa kondisi atmosfer yang dipaparkan bersifat dinamis dan dapat berubah dengan cepat. Karena itu, masyarakat disarankan untuk mengakses informasi cuaca terkini melalui aplikasi Info BMKG atau situs resmi bmkg.go.id.

Dengan adanya kombinasi sirkulasi siklonik, konvergensi, dan konfluensi di berbagai wilayah, Indonesia kini berada dalam periode yang membutuhkan kewaspadaan tinggi terhadap hujan sangat lebat, petir, dan potensi bencana hidrometeorologi.

Cuaca Tak Stabil, Kewaspadaan Jadi Kunci

Fenomena sirkulasi siklonik yang terjadi di sekitar perairan Indonesia membentuk sistem atmosfer kompleks yang dapat memicu cuaca ekstrem di banyak wilayah. Dari Aceh hingga Maluku Utara, potensi hujan lebat menjadi ancaman yang nyata.

Langkah cepat BMKG dalam memberikan peringatan dini menjadi bagian penting dalam upaya mitigasi. Namun, efektivitasnya tetap bergantung pada kesadaran masyarakat untuk memantau dan menindaklanjuti informasi cuaca secara berkala.

Dengan memahami pola cuaca dan menjaga kesiapsiagaan, risiko akibat cuaca ekstrem dapat diminimalkan. Cuaca boleh tak menentu, tetapi kewaspadaan adalah perlindungan terbaik di tengah ancaman siklonik yang mengintai.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index