Etanol

Negara-Negara dengan Konsumsi Etanol Tertinggi di Dunia Tahun 2018

Negara-Negara dengan Konsumsi Etanol Tertinggi di Dunia Tahun 2018
Negara-Negara dengan Konsumsi Etanol Tertinggi di Dunia Tahun 2018

JAKARTA - Dalam upaya mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil dan menekan emisi karbon, sejumlah negara mulai melirik etanol sebagai alternatif ramah lingkungan. Berdasarkan data dari United States Department of Agriculture (USDA), penggunaan etanol untuk bahan bakar menunjukkan tren yang meningkat di berbagai belahan dunia.

Etanol, yang dikenal juga sebagai bioetanol, merupakan bahan bakar berbasis nabati yang umumnya diproduksi dari jagung, tebu, atau biomassa lain. 

Penggunaannya tidak hanya berfungsi sebagai bahan bakar mandiri, tetapi juga kerap dijadikan campuran dalam bensin guna menurunkan kadar emisi gas buang. Di tengah meningkatnya perhatian global terhadap isu lingkungan dan energi bersih, konsumsi etanol menjadi indikator penting bagi arah kebijakan energi berkelanjutan di banyak negara.

Amerika Serikat, Pemimpin Konsumsi Etanol Global

Menurut data USDA, Amerika Serikat (AS) menjadi negara dengan tingkat konsumsi etanol tertinggi di dunia. Pada tahun 2018, AS tercatat telah mengonsumsi sekitar 14,4 miliar galon etanol untuk kebutuhan bahan bakar, baik sebagai bahan utama maupun campuran dalam bensin (BBM).

Angka tersebut menegaskan dominasi Amerika Serikat dalam pemanfaatan bioetanol sebagai bagian dari kebijakan energi nasionalnya. Keberhasilan ini tidak terlepas dari infrastruktur produksi yang sudah mapan, dukungan kebijakan pemerintah, serta keterlibatan industri otomotif yang mendukung penggunaan bahan bakar campuran berbasis etanol.

Selain itu, Amerika Serikat juga menjadi salah satu produsen terbesar etanol di dunia, dengan bahan baku utama berupa jagung. Produksi etanol dalam negeri tidak hanya memenuhi kebutuhan pasar domestik, tetapi juga memasok ekspor ke berbagai negara lain. Hal ini memperkuat posisi AS sebagai pemain utama dalam pasar energi terbarukan global.

Brasil dan Negara Asia Ikut Mengembangkan Bahan Bakar Nabati

Masih mengacu pada laporan USDA tahun 2018, negara Brasil menempati posisi kedua setelah Amerika Serikat dalam hal konsumsi etanol. Negara di Amerika Selatan ini memang telah lama dikenal sebagai pionir penggunaan bahan bakar berbasis tebu, yang menjadi sumber utama etanol di Brasil. 

Program bahan bakar etanol di negara tersebut bahkan telah berjalan sejak dekade 1970-an melalui program “Proálcool”, yang bertujuan mengurangi ketergantungan terhadap minyak impor.

Selain Brasil, China juga menunjukkan perkembangan signifikan dalam penggunaan etanol sebagai campuran bahan bakar. Dengan meningkatnya kebutuhan energi domestik dan komitmen terhadap pengurangan emisi karbon, pemerintah China secara bertahap memperluas kebijakan mandatori pencampuran etanol dalam bensin di berbagai provinsi.

Tidak hanya di benua Amerika dan Asia Timur, beberapa negara lain turut mencatatkan konsumsi etanol yang cukup tinggi pada tahun yang sama. Kanada, India, dan Thailand termasuk di antaranya. 

Kanada, misalnya, menerapkan standar bahan bakar rendah karbon yang mendorong penggunaan bioetanol sebagai campuran wajib dalam bensin. Sementara itu, India mulai memperluas produksi etanol berbasis tebu untuk mendukung kebijakan energi hijau nasional, dan Thailand gencar mengembangkan bahan bakar E10 hingga E20 untuk kendaraan bermotor.

Eropa dan Asia Timur Mulai Menyesuaikan Diri

Di kawasan Eropa, penggunaan etanol juga terus meningkat meski belum sebesar Amerika dan Brasil. Berdasarkan data USDA tahun 2018, negara-negara seperti Jerman, Prancis, dan Inggris Raya telah aktif menggunakan etanol sebagai bagian dari strategi energi berkelanjutan mereka.

Jerman, misalnya, menerapkan campuran bahan bakar yang mengandung etanol hingga 10% (E10), sebagai langkah konkret dalam mendukung target pengurangan emisi karbon Uni Eropa. Prancis dan Inggris pun menempuh kebijakan serupa dengan memperluas penggunaan biofuel di sektor transportasi.

Di kawasan Asia Timur, Jepang menjadi salah satu negara yang mengadopsi etanol sebagai bahan campuran BBM untuk kendaraan bermotor. Walau konsumsi totalnya masih di bawah negara-negara besar lainnya, Jepang berfokus pada inovasi teknologi dan efisiensi produksi untuk mengembangkan bahan bakar nabati secara berkelanjutan.

Tren Global Menuju Energi Lebih Bersih

Jika ditelaah secara keseluruhan, daftar negara dengan konsumsi etanol tertinggi pada tahun 2018 menunjukkan komitmen global terhadap transisi energi bersih. Dengan Amerika Serikat dan Brasil sebagai dua pemain utama, disusul oleh China, Kanada, India, Thailand, Jerman, Argentina, Prancis, Jepang, dan Inggris Raya, peta penggunaan etanol kian meluas dari Amerika hingga Asia dan Eropa.

Langkah-langkah yang diambil berbagai negara tersebut mencerminkan upaya nyata dalam menekan dampak perubahan iklim sekaligus memperkuat ketahanan energi domestik. Penggunaan etanol tidak hanya mendukung keberlanjutan lingkungan, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru melalui pengembangan industri bioenergi.

Namun demikian, tantangan masih ada, terutama terkait efisiensi produksi, ketersediaan bahan baku, serta dampak sosial-ekonomi terhadap sektor pertanian. Oleh karena itu, kebijakan yang seimbang antara kepentingan energi, pangan, dan lingkungan menjadi kunci keberhasilan pengembangan etanol di masa depan.

Data dari United States Department of Agriculture (USDA) menunjukkan bahwa penggunaan etanol sebagai bahan bakar telah menjadi tren global sejak lama. 

Dengan 14,4 miliar galon konsumsi di Amerika Serikat pada tahun 2018, serta keterlibatan negara-negara lain seperti Brasil, China, Kanada, India, Thailand, Jerman, Argentina, Prancis, Jepang, dan Inggris Raya, arah kebijakan energi dunia jelas mengarah pada sumber yang lebih ramah lingkungan. Perkembangan ini menjadi bukti nyata bahwa dunia sedang bergerak menuju era energi bersih dan berkelanjutan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index