Batu Bara

Kenaikan Harga Batu Bara Jadi Kabar Baik RI

Kenaikan Harga Batu Bara Jadi Kabar Baik RI
Kenaikan Harga Batu Bara Jadi Kabar Baik RI

JAKARTA - Harga batu bara global kembali menunjukkan tren positif setelah sebelumnya mengalami penurunan. 

Data Refinitiv mencatat pada perdagangan Kamis, harga batu bara ditutup di posisi US$ 114,25 per ton, menguat 0,75% dari hari sebelumnya.

Kenaikan ini menjadi kabar gembira bagi eksportir Indonesia, terutama setelah harga batu bara sempat tumbang 1,7% pada Rabu. Momentum pemulihan ini memberi sinyal optimisme bagi sektor pertambangan domestik.

Dorongan dari Permintaan Listrik China

Kenaikan harga batu bara didorong oleh kondisi pasar China. Produksi listrik dari bahan bakar termal seperti batu bara melonjak pada Oktober, sementara output batu bara domestik justru menurun. Kondisi ini memicu kenaikan harga baik untuk pasokan lokal maupun impor.

Produksi listrik dari bahan bakar fosil China tercatat 513,8 miliar kWh pada Oktober, naik 7,3% dibanding bulan yang sama tahun sebelumnya. Angka ini merupakan yang tertinggi untuk bulan Oktober sejak 1998, menandakan peningkatan permintaan energi yang signifikan.

Selain itu, produksi listrik secara keseluruhan juga meningkat menjadi 800,2 miliar kWh, naik 7,9% dibanding Oktober tahun lalu. Lonjakan output ini memperkuat tekanan permintaan terhadap batu bara, karena sebagian besar pembangkit listrik termal menggunakan batu bara sebagai bahan bakar utama.

Keterbatasan Produksi Domestik Memicu Kenaikan Harga

Kebijakan pengetatan produksi domestik China juga berkontribusi pada kenaikan harga. Pemeriksaan keselamatan dan pembatasan kapasitas di beberapa tambang memaksa output batu bara menurun. Pada Oktober, total produksi batu bara China mencapai 406,75 juta ton, turun 2,3% dibanding bulan yang sama tahun 2024.

Meski demikian, produksi paruh pertama tahun ini tetap kuat, sehingga total output 10 bulan pertama masih meningkat 1,5% dari periode sama tahun lalu. Konsultan SteelHome mencatat harga batu bara termal di pelabuhan Qinhuangdao mencapai 835 yuan (US$117,44) per ton, naik 37% dari titik terendah empat tahun di 610 yuan per ton pada Juni.

Penurunan produksi domestik China mendorong kenaikan harga batu bara termal seaborne, termasuk dari pemasok utama Indonesia dan Australia. Hal ini menandakan peluang yang lebih besar bagi eksportir untuk memperoleh harga jual lebih tinggi.

Berkah bagi Eksportir Batu Bara Indonesia

Harga batu bara Indonesia dengan kadar energi 4.200 kilokalori per kilogram (kcal/kg) meningkat ke level tertinggi enam bulan, yaitu US$48,52 per ton pada pekan hingga 14 November. Sementara batu bara Australia dengan kadar 5.500 kcal/kg melonjak ke US$86,53 per ton, level tertinggi 11 bulan, naik 32% dari titik terendah empat tahun pada awal Juni.

Kenaikan harga ini menjadi berkah bagi eksportir Indonesia karena meski biaya kargo meningkat, volume impor China tetap kuat. Diperkirakan impor batu bara termal seaborne China mencapai 28,63 juta ton pada November, sedikit turun dari 29,2 juta ton pada Oktober.

Stok batu bara di pelabuhan-pelabuhan pesisir China diperkirakan turun menjadi 63 juta ton pada November, sekitar 16 juta ton lebih rendah dibanding November tahun lalu. Kondisi ini menunjukkan permintaan batu bara seaborne kemungkinan akan tetap kuat selama musim dingin, terutama jika output domestik tetap terbatas.

Proyeksi Permintaan Musim Dingin dan Dampak Ekonomi

Dengan terbatasnya peluang pembangkitan energi terbarukan seperti tenaga air, surya, dan angin, China diperkirakan akan terus meningkatkan pembangkitan listrik berbasis batu bara untuk memenuhi puncak permintaan musim dingin.

Kondisi ini memberikan tekanan positif bagi harga batu bara seaborne dan membuka peluang bagi Indonesia sebagai salah satu pemasok utama. Eksportir domestik dapat memanfaatkan momentum ini untuk memperoleh pendapatan lebih tinggi dari pasar global, mendukung stabilitas ekonomi nasional.

Selain itu, kenaikan harga batu bara juga mendorong optimisme sektor energi dan industri terkait. Dengan permintaan yang kuat dari China, ekspor batu bara Indonesia berpotensi tetap tinggi hingga akhir tahun, menandakan tren positif bagi sektor pertambangan dan perekonomian secara keseluruhan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index