JAKARTA - Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) mengungkapkan kondisi industri perbankan sepanjang 2025 masih mengalami pertumbuhan, meski bersifat moderat.
Ketua Umum Perbanas, Hery Gunardi, menyebut bahwa aset industri perbankan tercatat tumbuh 9,43% secara tahunan (year on year/YoY) per Juni 2025.
Dari sisi kredit atau pembiayaan, pertumbuhan juga tercatat positif sebesar 7,7% YoY pada periode yang sama.
Sementara itu, dana masyarakat yang terkumpul di perbankan tumbuh 8,4% YoY, menunjukkan adanya kepercayaan publik terhadap sistem perbankan nasional.
Likuiditas Bank Masih Terjaga
Hery menjelaskan bahwa rasio loan to deposit (LDR) berada di angka 84,2%, menandakan bank masih memiliki dana yang cukup likuid. “Kondisi ini menunjukkan masih banyak ruang bagi bank untuk menyalurkan kredit atau pembiayaan,” kata Hery dalam agenda 40 Bisnis Indonesia Group Conference, Jakarta, Senin.
Likuiditas yang terjaga ini memberi fleksibilitas bagi perbankan untuk mendorong pertumbuhan kredit produktif, terutama untuk sektor UMKM dan pembiayaan korporasi.
Bank dapat memanfaatkan posisi likuiditas ini untuk mendukung perekonomian sekaligus menjaga stabilitas keuangan domestik.
Kinerja NIM dan Permodalan Bank
Net interest margin (NIM) industri perbankan Indonesia berada di level 4,58%, menurut Hery.
Ia menekankan bahwa permodalan bank sangat kuat, mencapai 26,2%, tertinggi di kawasan ASEAN, jauh lebih tinggi dibandingkan perbankan Singapura, Malaysia, dan Thailand.
Kekuatan permodalan ini menjadi penopang penting dalam menghadapi risiko ekonomi maupun volatilitas pasar.
NIM yang sehat juga menjadi daya tarik bagi investor asing, yang melihat potensi bisnis perbankan Indonesia tetap menguntungkan.
Rasio Kredit Bermasalah dan Loan at Risk
Hery menambahkan, rasio loan at risk (LAR) industri perbankan cukup landai dibandingkan masa pandemi.
Sementara itu, NPL gross atau kredit macet tetap terjaga di level 2,2%, menandakan kualitas aset perbankan masih cukup baik.
Kondisi ini menunjukkan industri perbankan Indonesia relatif stabil dan mampu mempertahankan kinerja positif meskipun menghadapi tantangan ekonomi global. Dengan NIM yang lebih baik dibandingkan negara ASEAN lainnya, Indonesia menjadi target menarik bagi bank asing yang ingin berekspansi di pasar domestik.
Kesimpulan: Prospek Moderat Tapi Optimistis
Secara umum, industri perbankan Indonesia masih menunjukkan performa baik pada 2025.
Pertumbuhan aset, kredit, dan dana masyarakat tetap positif, sementara likuiditas dan permodalan bank berada pada posisi kuat.
Faktor ini memberi ruang bagi perbankan untuk menyalurkan pembiayaan lebih luas dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Hery menegaskan, kombinasi antara NIM tinggi, permodalan kuat, dan rasio kredit bermasalah rendah membuat Indonesia menjadi destinasi menarik bagi investor regional maupun global.
Dengan pengelolaan risiko yang cermat dan dukungan regulasi, industri perbankan diproyeksikan terus tumbuh secara moderat namun berkelanjutan di tahun-tahun mendatang. Hal ini menegaskan bahwa meski tantangan ada, fundamental perbankan Indonesia tetap kokoh dan siap menghadapi dinamika ekonomi global.