JAKARTA - Pergerakan pasar kripto sepanjang tahun 2025 berlangsung sangat dinamis dan penuh kejutan.
Harga aset digital kerap mengalami lonjakan dan koreksi tajam dalam waktu singkat. Kondisi tersebut dipengaruhi berbagai faktor global, mulai dari tekanan makroekonomi, perang tarif antarnegara, hingga sentimen terkait suku bunga dan regulasi yang terus berkembang.
Di tengah situasi pasar yang kerap jungkir balik, sebagian pelaku pasar justru melihat peluang. Alih-alih terbawa arus panic selling, banyak trader memilih menerapkan strategi buy the dip. Pendekatan ini dianggap mampu memanfaatkan penurunan harga sebagai peluang akumulasi aset dengan potensi keuntungan ketika harga kembali pulih.
Pintu Academy mengulas sejumlah strategi buy the dip yang umum digunakan trader. Strategi ini dirancang agar investor tetap memiliki peluang cuan meski pasar sedang bergejolak, selama dilakukan dengan perhitungan dan manajemen risiko yang tepat.
Pemahaman Dasar Strategi Buy The Dip
Buy the dip merupakan strategi investasi yang lazim diterapkan di pasar kripto maupun saham. Inti dari strategi ini adalah membeli aset ketika harga sedang mengalami penurunan, dengan harapan harga tersebut akan kembali naik pada waktu berikutnya.
Di pasar kripto, strategi buy the dip sangat populer, terutama di kalangan investor pemula. Alasannya karena metode ini relatif sederhana dan mudah dipahami. Investor cukup menunggu koreksi harga, lalu masuk ke pasar dengan keyakinan bahwa tren jangka panjang masih berpotensi naik.
Namun, strategi ini tidak sekadar membeli setiap kali harga turun. Pendekatan yang tepat adalah membeli koreksi harga yang terjadi dalam tren naik yang masih kuat. Dengan demikian, peluang meraih keuntungan lebih besar sebelum tren benar-benar berbalik arah.
Sebagai contoh, penerapan buy the dip pada aset seperti SOL sepanjang periode pasar bullish sebelumnya menunjukkan potensi keuntungan signifikan. Contoh tersebut sering dijadikan gambaran bagaimana strategi ini bekerja secara optimal ketika tren pasar mendukung.
Pola Rounding Bottom sebagai Sinyal Awal
Salah satu pola grafik yang kerap digunakan trader untuk menerapkan strategi buy the dip adalah rounding bottom. Pola ini biasanya terbentuk ketika tren penurunan mulai melemah dan pasar bersiap melakukan pembalikan arah.
Secara visual, rounding bottom berbentuk seperti huruf U. Pola ini muncul di akhir tren bearish yang panjang dan menandakan bahwa tekanan jual mulai berkurang. Harga bergerak perlahan dari fase penurunan menuju fase pemulihan dengan membentuk higher low yang diikuti higher high.
Dalam pola ini, pemulihan harga cenderung berlangsung lambat dan stabil. Aset sering bergerak di sekitar level terendah dalam waktu tertentu sebelum secara perlahan mendekati area resistance sebelumnya. Trader yang jeli dapat memanfaatkan fase ini untuk masuk secara bertahap.
Selain rounding bottom, pola lain seperti double bottom juga kerap muncul dalam fase serupa. Pola-pola tersebut dapat menjadi sinyal awal bahwa momentum penurunan mulai berakhir dan peluang buy the dip mulai terbuka.
Fase Akumulasi Wyckoff dan Peran Smart Money
Pendekatan lain yang sering digunakan trader adalah mengidentifikasi fase akumulasi berdasarkan teori Wyckoff. Menurut teori ini, fase akumulasi terjadi setelah suatu aset mengalami tren turun berkepanjangan dan harga mulai bergerak stabil dalam rentang tertentu.
Pada fase ini, harga cenderung bergerak sideways tanpa arah yang jelas. Namun, di balik pergerakan yang tampak datar tersebut, trader berpengalaman atau yang sering disebut smart money mulai melakukan akumulasi aset secara bertahap.
Dalam fase akumulasi Wyckoff, pola grafik yang muncul bisa beragam, seperti rounding bottom, double bottom, triple bottom, V-reversal, hingga cup and handle. Salah satu ciri penting dari fase ini adalah volume perdagangan yang stabil atau mulai menunjukkan peningkatan.
Strategi buy the dip dalam fase akumulasi Wyckoff mirip dengan penerapan pada rounding bottom. Trader biasanya menunggu terbentuknya higher low sebagai sinyal potensi pembalikan. Stop loss tetap perlu dipasang di area support atau titik terendah lokal untuk mengantisipasi risiko penurunan lanjutan.
Buy The Dip Saat Tren Kenaikan Kuat
Skenario ideal penerapan buy the dip adalah ketika pasar berada dalam tren kenaikan yang solid. Dalam kondisi ini, koreksi harga biasanya bersifat sementara sebelum harga kembali melanjutkan penguatan.
Dalam tren naik yang kuat, setiap penurunan harga dapat dimanfaatkan sebagai peluang beli. Contohnya, koreksi signifikan pada aset tertentu di level harga rendah dapat memberikan potensi keuntungan besar ketika harga kembali naik ke level sebelumnya.
Untuk mengidentifikasi tren kenaikan yang kuat, trader kerap menggunakan indikator teknikal seperti Exponential Moving Average atau Fibonacci Retracement. Harga yang memantul di area EMA tertentu dan membentuk higher low serta higher high sering dijadikan sinyal bahwa tren naik masih terjaga.
Dengan pendekatan ini, buy the dip tidak dilakukan secara sembarangan, melainkan berdasarkan analisis tren yang jelas. Hal tersebut membantu trader menghindari kesalahan masuk pasar saat tren sebenarnya sudah melemah.
Langkah Membeli Aset Crypto dengan Aman
Bagi investor yang ingin menerapkan strategi buy the dip, proses pembelian aset kripto kini semakin mudah. Salah satu caranya adalah melalui aplikasi Pintu yang menyediakan berbagai pilihan aset digital.
Pengguna dapat masuk ke halaman utama aplikasi, lalu menuju menu market untuk mencari aset kripto yang diinginkan. Di halaman token, tersedia grafik pergerakan harga dalam berbagai rentang waktu yang dapat membantu analisis sebelum membeli.
Setelah menentukan nominal pembelian, pengguna cukup melanjutkan transaksi sesuai petunjuk hingga pembelian selesai. Keamanan pengguna juga menjadi perhatian, karena platform tersebut berada di bawah pengawasan otoritas terkait.
Dengan memahami strategi buy the dip secara menyeluruh dan menerapkannya secara disiplin, trader memiliki peluang untuk tetap bertahan dan meraih potensi keuntungan di tengah volatilitas pasar kripto sepanjang 2025.