Kinerja Keuangan BRI Semakin Efisien, Laba Rp13,80 Triliun Dicapai dengan Penurunan NPL dan Ekspansi Ekosistem Digital Melalui BRImo dan QRIS

Kinerja Keuangan BRI Semakin Efisien, Laba Rp13,80 Triliun Dicapai dengan Penurunan NPL dan Ekspansi Ekosistem Digital Melalui BRImo dan QRIS

JAKARTA PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI kembali menunjukkan kinerja cemerlang meski di tengah tekanan ekonomi global. Laba bersih konsolidasian yang berhasil dibukukan pada kuartal I 2025 mencapai Rp13,80 triliun. Keberhasilan ini tidak lepas dari fokus BRI terhadap pemberdayaan segmen Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang menjadi pilar utama bisnis perusahaan.

Dalam paparan kinerja keuangan Triwulan I 2025, Direktur Utama BRI, Hery Gunardi, menyampaikan bahwa kondisi perekonomian global masih dihantui oleh ketidakpastian. Tensi geopolitik dan perang tarif memberikan tekanan pada aktivitas perdagangan internasional dan rantai pasok.

“Namun, perlu dicatat bahwa ekonomi Indonesia, termasuk bisnis BRI, lebih banyak bergantung pada konsumsi domestik. Maka, meskipun ada depresiasi mata uang, perang tarif diproyeksikan tidak berdampak signifikan,” jelas Hery, Selasa (30/4).

Fokus Konsumsi Domestik dan UMKM Jadi Strategi BRI

Meskipun konsumsi domestik belum pulih sepenuhnya seperti sebelum pandemi, Hery menekankan bahwa BRI tetap teguh mendukung UMKM sebagai tulang punggung perekonomian nasional.

“Dalam kondisi tersebut, BRI terus memperkuat perannya sebagai bank yang pro-rakyat dengan tetap fokus menumbuhkembangkan UMKM Indonesia,” tambahnya.

Aset BRI per Maret 2025 tercatat sebesar Rp2.098,23 triliun atau tumbuh 5,49% secara tahunan (yoy). Sementara itu, penyaluran kredit juga tumbuh sebesar 4,97% yoy, mencapai Rp1.373,66 triliun. Dari jumlah tersebut, 81,97% disalurkan ke sektor UMKM dengan total sebesar Rp1.126,02 triliun.

Direktur Micro BRI, Akhmad Purwakajaya, menambahkan bahwa pertumbuhan kredit UMKM juga diiringi peningkatan layanan keuangan melalui AgenBRILink.

“Saat ini jumlah AgenBRILink mencapai 1,2 juta, tersebar di lebih dari 67 ribu desa dan mencatat volume transaksi sebesar Rp423 triliun selama kuartal pertama 2025,” jelas Akhmad.

Perbaikan Kualitas Kredit dan Likuiditas Terjaga

Direktur Manajemen Risiko BRI, Mucharom, menyampaikan bahwa rasio kredit bermasalah (NPL) membaik dari 3,11% pada akhir Maret 2024 menjadi 2,97% di 2025. Rasio Loan at Risk (LAR) juga turun dari 12,68% menjadi 11,12%. Hal ini menunjukkan penerapan manajemen risiko yang efektif dan prudent.

“Dengan rasio NPL Coverage sebesar 200,60%, BRI memiliki daya tahan kuat menghadapi dinamika ekonomi dan menjaga kepercayaan investor serta regulator,” terang Mucharom.

Dari sisi penghimpunan dana, Direktur Network & Retail Funding BRI, Aquarius Rudianto, menyebut bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun mencapai Rp1.421,60 triliun, dengan proporsi CASA (current account saving account) mencapai 65,77%.

“Kinerja CASA juga didorong oleh peningkatan transaksi melalui BRImo. Hingga akhir Maret 2025, BRImo memiliki 40,28 juta pengguna dengan total volume transaksi mencapai Rp1.599 triliun,” ungkap Aquarius.

Fondasi Digital Kuat, Modal dan Likuiditas Terjaga

BRI juga aktif membangun ekosistem digital. Lebih dari 4,3 juta merchant QRIS dan 344 ribu EDC telah terintegrasi ke dalam jaringan pembayaran digital BRI, dari pusat kota hingga pelosok desa.

Direktur Finance & Strategy BRI, Viviana Dyah Ayu, menambahkan bahwa posisi keuangan BRI dalam kondisi solid.

“Rasio Loan to Deposit (LDR) berada di level 86,03%, sedangkan Capital Adequacy Ratio (CAR) mencapai 24,03%, jauh di atas ketentuan minimal regulator,” jelas Viviana.

Menutup konferensi, Hery Gunardi menyampaikan keyakinannya terhadap masa depan BRI.

“Saat ini BRI memiliki lebih dari 221 juta rekening simpanan, 211 ribu pengguna QLola di segmen korporasi, serta 36.600 tenaga pemasar aktif. Ini adalah kekuatan strategis kami untuk terus bertumbuh,” tutup Hery.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index