Bursa Saham Asia Dibuka Menguat di Selasa Pagi: Indeks Lompatan yang Menggembirakan

Selasa, 11 Februari 2025 | 14:27:45 WIB
Bursa Saham Asia Dibuka Menguat di Selasa Pagi: Indeks Lompatan yang Menggembirakan

JAKARTA - Pasar bursa saham Asia memperoleh momentum positif kala dibuka pada perdagangan Selasa pagi, 11 Februari 2025. Penguatan yang dirasakan di sejumlah indeks Asia ini tidak terlepas dari jejak positif yang ditinggalkan oleh Wall Street pada penutupan perdagangan sebelumnya. Para investor kini semakin bergairah seiring berbagai sentimen yang mengitari pasar global, meski bayang-bayang kebijakan proteksionis yang diusulkan oleh Presiden AS Donald Trump masih menjadi perhatian utama.

Menurut laporan yang dihimpun dari CNBC, indeks ASX 200 di Australia menyaksikan peningkatan sebesar 0,24 persen saat pembukaan, dan kemudian berlanjut meroket hingga 28,6 poin atau 0,34 persen, menempatkannya pada posisi nyaman di angka 8.511,4. Keadaan serupa juga tercermin dalam bursa Korea Selatan, dimana indeks Kospi mengalami kenaikan sebesar 0,36 persen, sementara Kosdaq memperlihatkan ketahanan dan stabilitas dalam pergerakannya hari ini.

"Kami melihat optimisme yang cukup tinggi di pasar Asia hari ini, ini menunjukkan tanggapan positif dari bursa terhadap penguatan di Wall Street semalam," ujar seorang analis keuangan dari sebuah firma investasi terkemuka di Sydney dalam sebuah wawancara.

Namun, Jepang menjadi pengecualian. Hari ini bursa saham di Negeri Sakura tersebut ditutup seiring dengan perayaan hari libur nasional di negara itu. Hal ini meninggalkan potensi ketidakpastian kecil mengenai bagaimana indeks Nikkei akan bereaksi terhadap dinamika positif di pasar Asia pada sesi perdagangan selanjutnya.

Situasi yang lebih menantang tampaknya terjadi di pasar Indonesia. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan masih menghadapi tekanan jual yang cukup besar, meskipun terdapat secercah harapan akibat sentimen positif dari luar negeri. Pada penutupan kemarin, IHSG mengalami koreksi tajam hingga 1,4 persen, menetap di level 6.648.

Sebaliknya, Singapura menjadi pusat perhatian lain dengan capaian monumental dari indeks acuan Straits Times yang mencapai titik tertinggi intraday sepanjang masa angka 3.910,12 sehari sebelumnya. Pencapaian ini tidak hanya menjadi kebanggaan bagi pasar Singapura tetapi juga sinyal positif bagi investor di seluruh wilayah Asia Tenggara.

"Sangat menarik melihat bagaimana pasar Singapura telah menunjukkan resilience dan kemampuan bertumbuh di tengah tantangan global," kata seorang pakar pasar dari Singapura. "Ini memberi sinyal kuat bahwa investor masih memiliki kepercayaan meskipun ada potensi ketidakseimbangan akibat kebijakan tarif internasional," tambahnya.

Rencana tarif tambahan 25 persen pada impor baja dan aluminium oleh pemerintah AS memang sempat memicu kekhawatiran tersendiri di kalangan investor. Namun, respon terkini pasar menunjukkan bahwa kekhawatiran ini tidak sepenuhnya mencegah efek positif yang digiring oleh indikator-indikator ekonomi stabil di wilayah lain.

"Dalam konteks global, pasar cenderung melihat ke depan dengan mempertimbangkan dampak jangka panjang dari kebijakan-kebijakan tersebut, dan biasanya mengambil posisi yang lebih hati-hati untuk mengantisipasi perubahan mendadak," jelas analis pasar global dari Hong Kong.

Secara keseluruhan, sentimen positif yang terjadi pada saham-saham Asia pagi ini memberikan harapan akan adanya momentum positif yang berlanjut dalam beberapa hari ke depan, meskipun kewaspadaan tetap dijaga terhadap potensi kebijakan ekonomi dan pergerakan pasar global berikutnya. Setiap perubahan mendadak dalam kebijakan perdagangan, terutama dari ekonomi besar seperti Amerika Serikat, tentunya berpotensi menggeser pergerakan ini dalam hitungan jam.

Sebagaimana umumnya, investor disarankan untuk terus memonitor perkembangan terbaru dari kebijakan ekonomi global dan tetap fleksibel dalam strategi investasi mereka. Kondisi pasar yang dinamis dan terkadang tidak terprediksi memerlukan kejelian dan kecepatan respons dari para pelaku pasar.

"Pasar global saat ini adalah medan pertempuran antara sentimen ekonomi positif dan risiko kebijakan proteksionis. Siapa yang beradaptasi lebih cepat dan tepat, dialah yang akan menuai keuntungan tertinggi," pungkas peneliti ekonomi dari sebuah lembaga riset pasar internasional di London.

Terkini