Jakarta – Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto direncanakan akan bertemu dengan investor dan pelaku pasar modal usai masa libur Lebaran 2025. Pertemuan tersebut merupakan respons atas gejolak pasar modal yang sempat menyebabkan anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) beberapa waktu lalu, Senin, 7 April 2025.
Informasi mengenai rencana pertemuan ini pertama kali diungkapkan oleh Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan. Ia menyebutkan bahwa Presiden Prabowo ingin memberikan perhatian khusus terhadap situasi pasar modal yang sempat mengalami tekanan signifikan.
"Oh iya, nanti Presiden akan bertemu dengan anu, dengan investor market," kata Luhut kepada awak media saat ditemui di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Rabu, 19 Maret 2025.
Luhut juga menjelaskan bahwa penyusunan agenda pertemuan tersebut sedang dalam tahap koordinasi oleh Sekretaris Kabinet (Seskab) Teddy Indra Wijaya. Namun demikian, ia mengaku belum mengetahui secara pasti lokasi penyelenggaraan pertemuan, apakah akan digelar di Istana Kepresidenan atau tempat lain.
“Nanti lagi diatur oleh Pak anu, Pak Seskab yang atur. Saya enggak tahu,” ujarnya.
Merespons Gejolak Pasar Modal
Sebelumnya, IHSG sempat mengalami tekanan hebat hingga perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) dihentikan sementara (trading halt). Langkah ini dilakukan karena penurunan indeks menembus lebih dari 5 persen dalam satu hari. Situasi ini memicu kekhawatiran pasar dan menjadi perhatian pemerintah, termasuk Presiden Prabowo.
Di tengah spekulasi publik mengenai agenda Presiden, Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI), Jeffrey Hendrik, mengaku belum mendapatkan informasi resmi terkait pelaksanaan pertemuan tersebut.
“Belum,” jawab Jeffrey singkat saat dikonfirmasi melalui pesan tertulis pada Senin, 7 April 2025.
Meskipun belum ada konfirmasi detail dari pihak BEI, kabar pertemuan ini turut diperkuat oleh Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Sufmi Dasco Ahmad. Ia membenarkan bahwa Presiden Prabowo memiliki komitmen untuk menstabilkan kondisi pasar melalui dialog dengan para pelaku ekonomi.
Komitmen Pemerintah Menjaga Stabilitas Pasar
Rencana pertemuan Presiden Prabowo dengan investor dinilai sebagai langkah strategis untuk mengembalikan kepercayaan investor terhadap pasar modal Indonesia. Pemerintah dianggap perlu hadir secara langsung dalam situasi yang mengancam stabilitas keuangan nasional.
Analis pasar modal menilai, penurunan tajam IHSG dalam beberapa pekan terakhir disebabkan oleh kombinasi faktor eksternal dan internal, termasuk ketidakpastian arah kebijakan ekonomi pasca-pemilu serta tekanan global dari suku bunga tinggi di Amerika Serikat.
Dalam konteks ini, pertemuan Presiden dengan investor dapat memberikan sinyal positif terhadap komitmen pemerintah menjaga iklim investasi tetap kondusif.
Investor Menunggu Kepastian
Pelaku pasar berharap bahwa pertemuan tersebut dapat menghasilkan kebijakan yang konkret. Direktur Utama salah satu perusahaan sekuritas swasta di Jakarta yang enggan disebutkan namanya menyatakan bahwa dialog antara Presiden dan pelaku pasar adalah momentum penting untuk meredakan ketegangan.
"Pasar saat ini membutuhkan sinyal ketegasan dari pemerintah. Bukan hanya dalam bentuk wacana, tapi aksi nyata yang bisa menjaga stabilitas makro dan mikro ekonomi,” ujarnya.
Selain itu, pertemuan ini juga menjadi sinyal bahwa pemerintahan Prabowo Subianto membuka komunikasi aktif dengan pelaku industri keuangan. Hal ini sejalan dengan janji Presiden dalam kampanye untuk menciptakan iklim investasi yang inklusif dan responsif terhadap dinamika global.
Menanti Kejelasan Agenda
Meski sejumlah pihak menyambut baik rencana tersebut, hingga saat ini belum ada kejelasan lebih lanjut mengenai waktu dan tempat pelaksanaan pertemuan. Sekretariat Kabinet belum mengeluarkan pernyataan resmi, sementara Istana Kepresidenan belum memberikan konfirmasi detail.
Seiring dengan itu, para investor dan analis terus memantau perkembangan situasi politik dan ekonomi nasional pasca-Lebaran. Mereka berharap pertemuan ini benar-benar terjadi dan bukan sekadar wacana politik.
Sebagai informasi, perdagangan saham di BEI pernah mengalami tiga kali trading halt dalam satu bulan terakhir akibat fluktuasi ekstrem. Hal ini menimbulkan kekhawatiran atas kesehatan pasar modal domestik.