JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melonjak tajam pada pembukaan perdagangan Kamis (10/4/2025), menyentuh level apresiasi 5,07% sebelum terkoreksi tipis, namun tetap bertahan di zona hijau dengan kenaikan lebih dari 4%. Lonjakan signifikan ini didorong oleh kombinasi sentimen eksternal dan kinerja positif saham perbankan pelat merah yang menjadi motor penggerak utama pasar hari ini.
IHSG sempat dibuka melesat di level tertinggi dan mencatat pergerakan positif dengan 342 saham menguat, hanya 23 saham melemah, dan 109 saham stagnan. Nilai transaksi juga menunjukkan geliat tinggi pasar dengan Rp652 miliar berpindah tangan dalam lebih dari 23 ribu transaksi yang melibatkan 583 juta saham.
Saham Bank BUMN Pimpin Kenaikan
Saham-saham emiten bank milik negara yang tergabung dalam Himpunan Bank Negara (Himbara) menjadi penopang utama penguatan IHSG hari ini. Hingga pukul 09.10 WIB, saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) mencatat lonjakan 6,16% ke level Rp5.000 per saham. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) menyusul dengan kenaikan 4,95% ke Rp4.240 per saham, sementara PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) naik 4,96% ke Rp3.810 per saham.
PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) turut menguat 4,24% ke harga Rp860 per saham, dan PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) mengalami lonjakan paling signifikan di antara sesama bank BUMN dengan kenaikan 6,91% ke Rp2.320 per saham.
Dorongan Dividen Jumbo Picu Optimisme
Kenaikan harga saham bank-bank pelat merah tidak hanya disebabkan sentimen global, tetapi juga faktor fundamental dalam negeri. Mayoritas bank BUMN telah mengumumkan pembagian dividen jumbo kepada para pemegang saham atas kinerja tahun buku 2024. Beberapa di antaranya bahkan memberikan imbal hasil (dividend yield) mendekati 10%, berdasarkan harga penutupan perdagangan sebelumnya.
Analis pasar menyebut kombinasi antara aksi korporasi yang positif dan sentimen global menjadi kunci kenaikan IHSG. Menurut analis pasar modal dari Samuel Sekuritas, Rico Taniwijaya, “Pasar sangat merespons positif pengumuman dividen bank BUMN yang tinggi. Ini menunjukkan fundamental kuat yang menjadi daya tarik bagi investor, khususnya menjelang musim pembagian dividen.”
Sentimen Global: Trump Tunda Tarif 90 Hari
Faktor eksternal lain yang memperkuat pergerakan IHSG adalah keputusan mengejutkan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang menunda pengenaan tarif selama 90 hari terhadap sebagian besar negara mitra dagang. Dalam pernyataannya di platform X, Trump menyebut lebih dari 75 negara telah menyatakan niat untuk berdialog dan tidak membalas kebijakan tarif AS.
“Saya mengambil keputusan ini karena lebih dari 75 mitra dagang tidak melakukan pembalasan dan telah menghubungi kami untuk membahas isu-isu penting,” tulis Trump dalam unggahannya.
Namun, pengecualian besar berlaku bagi Tiongkok, yang tetap dikenakan tarif tinggi sebesar 125%. Trump menyatakan bahwa Tiongkok menunjukkan "kurangnya rasa hormat terhadap pasar dunia" sehingga AS mengambil langkah tegas.
“Berdasarkan kurangnya rasa hormat yang ditunjukkan China terhadap Pasar Dunia, saya dengan ini menaikkan tarif yang dikenakan kepada China oleh Amerika Serikat menjadi 125%, berlaku segera,” tulis Trump.
Ketidakpastian Masih Membayangi
Meski kebijakan penundaan tarif selama 90 hari memberikan angin segar bagi pasar, ketidakpastian masih membayangi. Tarif 10% secara menyeluruh tetap diberlakukan, dan kebijakan ini belum berlaku bagi semua negara. Beberapa tarif tambahan seperti untuk mobil, baja, dan aluminium masih aktif, serta rencana tarif baru untuk kayu dan obat-obatan akan tetap berjalan.
Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, menegaskan bahwa perang dagang belum benar-benar berakhir. “Penundaan ini hanyalah jeda sementara. Tarif-tarif penting lainnya tetap berlaku, dan masih ada negosiasi besar di depan,” ujarnya dalam konferensi pers.
Sektor Lain Juga Menguat
Kinerja positif IHSG hari ini juga tercermin dari kenaikan di seluruh sektor perdagangan. Sektor teknologi memimpin dengan lonjakan 5%, disusul sektor energi naik 3,79%, dan keuangan sebesar 3,02%. Ini menandakan bahwa investor tidak hanya terpaku pada saham perbankan, tetapi juga mulai merespons peluang di sektor lain.