JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup perdagangan pekan lalu dengan pelemahan cukup tajam. Meski indeks tertekan, sejumlah analis justru melihat adanya peluang untuk mengoleksi saham-saham pilihan yang masih menjanjikan keuntungan. Rekomendasi ini muncul di tengah ketidakpastian global dan dinamika pasar dalam negeri.
IHSG Terkoreksi, Transaksi Menurun
IHSG ditutup melemah 209,10 poin atau minus 2,57 persen ke level 7.915. Sepanjang pekan, indeks tercatat empat kali terkoreksi dan hanya satu kali menguat. Dengan demikian, performa IHSG turun 4,14 persen dalam sepekan.
Data perdagangan menunjukkan nilai transaksi investor mencapai Rp28,55 triliun dengan volume 40,27 miliar saham. Sementara itu, kapitalisasi pasar turun 5,23 persen dari Rp15.560 triliun menjadi Rp14.746 triliun.
Selain itu, rata-rata volume transaksi harian juga melemah 10,33 persen dari 42,32 miliar menjadi 32,95 miliar lembar. Penurunan turut terjadi pada rata-rata nilai transaksi harian sebesar 2,44 persen ke Rp27,46 triliun, serta frekuensi transaksi harian yang susut 7,37 persen menjadi 2,71 juta kali.
Sekretaris Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI) Kautsar Primadi Nurahmad menegaskan bahwa selama periode 13–17 Oktober 2025, perdagangan ditutup negatif. “Adapun investor asing hari ini mencatatkan nilai beli bersih Rp3,03 triliun dan sepanjang tahun 2025 ini, investor asing mencatatkan nilai jual bersih Rp51,55 triliun,” ujarnya.
Faktor Eksternal Tekan Pasar
Menurut VP Equity Retail Kiwoom Sekuritas Indonesia, Oktavianus Audi, penurunan indeks pekan lalu tidak bisa dilepaskan dari faktor eksternal. Beberapa di antaranya adalah kekhawatiran terhadap potensi government shutdown di Amerika Serikat, meningkatnya ketegangan perdagangan dengan China, hingga kekhawatiran gelembung pada sektor kecerdasan buatan (AI).
Selain faktor global, aksi ambil untung di saham-saham konglomerasi setelah kenaikan signifikan, serta keluarnya dana asing dari saham perbankan, turut memperdalam pelemahan IHSG.
“IHSG diperkirakan bergerak mixed cenderung melemah setelah menembus level support jangka panjang di 8.000, dengan kisaran pergerakan antara 7.780 hingga 8.030,” kata Oktavianus.
Dari sisi teknikal, indikator moving average 200 hari (MA200) menunjukkan tren pelemahan. Relative strength index (RSI) juga menurun, sementara volume transaksi berada di bawah rata-rata 20 hari terakhir, menandakan tekanan jual masih relatif terbatas.
Prospek Kebijakan Moneter dan Komoditas
Pasar kini menanti keputusan suku bunga Bank Indonesia (BI) yang diperkirakan akan kembali dipangkas 25 basis poin ke level 4,5 persen. Kebijakan ini sejalan dengan ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed sebesar 25–50 basis poin hingga akhir 2025.
Menurut Oktavianus, langkah ini berpotensi menurunkan biaya dana (cost of fund) sehingga bisa memberi sentimen positif bagi pasar saham. Di sisi lain, kenaikan harga emas sebagai komoditas safe haven yang menembus level US$4.400 per troy ounce juga dipandang mendukung kinerja emiten pertambangan terkait.
Sementara itu, pernyataan Presiden AS Donald Trump mengenai penundaan tarif impor baru sebesar 100 persen terhadap China memberi angin segar. Pernyataan tersebut mengurangi ketegangan global dan sedikit meredakan kekhawatiran pelaku pasar.
Saham-Saham Rekomendasi Pekan Ini
Meski IHSG tengah tertekan, analis menilai ada sejumlah saham yang tetap berpotensi menguat. Berdasarkan analisis teknikal, Oktavianus merekomendasikan beberapa saham unggulan untuk dicermati investor pekan ini.
Pertama, saham PT United Tractors Tbk (UNTR) yang pekan lalu ditutup menguat 3,57 persen ke level 26.950. Ia memproyeksi UNTR dapat melanjutkan penguatan hingga 28.700.
Kedua, saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang naik 2,40 persen ke posisi 7.475. Menurut proyeksi, saham bank besar ini berpotensi menembus level 8.000 dalam waktu dekat.
Selain rekomendasi dari Kiwoom Sekuritas, Analis Teknikal MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana, juga menilai IHSG masih berisiko melanjutkan koreksi. Namun, peluang technical rebound dalam jangka pendek tetap terbuka. Ia memperkirakan indeks bergerak pada kisaran support 7.760 dan resistance 8.017.
Pelemahan IHSG pada pekan lalu memang menunjukkan adanya tekanan dari faktor global maupun domestik. Meski begitu, rekomendasi saham dari para analis menegaskan bahwa peluang keuntungan tetap terbuka bagi investor yang jeli membaca momentum.
UNTR dan BBCA menjadi dua saham pilihan yang berpotensi mencatat kenaikan dalam jangka pendek. Sementara itu, perkembangan suku bunga BI, kebijakan The Fed, serta dinamika harga komoditas global akan terus menjadi katalis utama pergerakan pasar.
Bagi investor, kondisi pasar saat ini justru bisa menjadi kesempatan untuk mengoleksi saham berkualitas dengan harga menarik. Dengan strategi yang tepat, pelemahan IHSG tidak selalu berarti hambatan, melainkan bisa menjadi pintu masuk menuju cuan di pekan depan.