JAKARTA - PT CIMB Niaga Auto Finance (CNAF) menilai bahwa pelemahan daya beli masyarakat menjadi hambatan signifikan bagi pertumbuhan pembiayaan investasi di industri multifinance sepanjang 2025.
Presiden Direktur CNAF, Ristiawan Suherman, menyebut bahwa kondisi makroekonomi yang tidak stabil turut memperburuk risiko kredit.
“Tahun 2025 ini adalah tahun yang cukup menantang bagi industri pembiayaan termasuk pembiayaan investasi. Salah satu tantangan yang dihadapi adalah risiko kredit yang cukup besar seiring dengan penurunan daya beli masyarakat,” ujarnya.
Ristiawan menambahkan, penurunan daya beli memicu penundaan perluasan usaha oleh para pelaku bisnis, yang berdampak langsung pada permintaan pembiayaan investasi. Kondisi ini membuat industri multifinance harus berhati-hati dalam menyalurkan kredit agar tetap sehat dan berkelanjutan.
CNAF Perkuat Prinsip Kehati-hatian
Untuk menghadapi tantangan tersebut, CNAF menekankan penerapan prinsip prudential dan selektivitas dalam menyalurkan pembiayaan. Perusahaan juga menambah proses verifikasi melalui pihak ketiga guna memastikan genuinity dan kemampuan calon nasabah.
“CNAF juga menambahkan proses verifikasi melalui pihak ketiga untuk memastikan genuinity dan ability calon nasabah. Hal ini dilakukan guna menjaga kesehatan portofolio dan mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan,” jelas Ristiawan.
Langkah ini diambil agar risiko kredit dapat diminimalkan dan portofolio pembiayaan tetap kuat meski menghadapi tekanan dari penurunan daya beli masyarakat.
Pertumbuhan Pembiayaan Investasi Tetap Positif
Meski menghadapi tantangan, CNAF mencatat kinerja pembiayaan investasi yang positif. Sepanjang Januari hingga September 2025, perseroan menyalurkan pembiayaan baru untuk investasi sebesar Rp638 miliar, naik 18% year-on-year (YoY) dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp541 miliar.
“Pembiayaan baru untuk investasi ini berkontribusi sebesar 7% terhadap total keseluruhan portofolio CNAF yang tercatat sebesar Rp11,07 triliun sampai dengan September 2025,” ungkap Ristiawan.
Pembiayaan investasi di CNAF didominasi sektor industri jasa, khususnya jasa konstruksi mesin dan jasa pengadaan alat kesehatan, yang mengambil komposisi sekitar 40% dari total realisasi kredit per September 2025.
Tren Industri Multifinance Menurut OJK
Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat bahwa pembiayaan investasi di industri multifinance mencapai Rp177,33 triliun per Juni 2025, tumbuh 8,18% YoY. Namun, secara bulanan (month-to-month/MtM), pembiayaan investasi turun 0,56% dari posisi sebelumnya Rp178,38 triliun.
Secara keseluruhan, pembiayaan investasi menempati posisi kedua terbesar setelah pembiayaan multiguna, meski pembiayaan multiguna justru turun 3,93% YoY menjadi Rp242,32 triliun. Sementara itu, pembiayaan modal kerja menempati posisi ketiga, tumbuh 6,36% menjadi Rp51,01 triliun per Juni 2025.
Data ini menunjukkan bahwa meskipun tekanan daya beli membebani pertumbuhan, sektor pembiayaan investasi tetap menjadi pendorong penting di industri multifinance, khususnya bagi pelaku usaha yang membutuhkan ekspansi dan pengadaan peralatan.
Menjaga Kesehatan Portofolio di Tengah Tantangan
Ristiawan menegaskan, dalam kondisi pasar yang penuh tantangan, strategi kehati-hatian menjadi kunci. CNAF terus menyeleksi calon nasabah secara cermat dan memverifikasi kemampuan pembayaran melalui pihak ketiga. Hal ini memastikan bahwa pertumbuhan portofolio tidak mengorbankan kualitas kredit.
“Dengan menjaga kualitas portofolio, kami bisa mendorong pertumbuhan berkelanjutan, sekaligus memitigasi risiko yang timbul akibat penurunan daya beli,” tambah Ristiawan.
Langkah-langkah tersebut sekaligus menjadi bukti bahwa CNAF siap menghadapi dinamika ekonomi dan tetap menjaga kepercayaan nasabah serta stabilitas portofolio, sambil memanfaatkan peluang pembiayaan investasi yang tetap ada di sektor jasa dan industri pendukung lainnya.
Dengan strategi selektif dan penerapan prinsip prudential yang konsisten, CIMB Niaga Auto Finance tetap optimis menghadapi tantangan daya beli masyarakat, sambil memastikan pertumbuhan portofolio pembiayaan investasi tetap sehat dan berkelanjutan sepanjang 2025.