JAKARTA - Rencana perubahan tarif masuk Museum Louvre kembali menjadi sorotan dunia internasional.
Bukan hanya karena besarnya kenaikan yang mencapai 45 persen, tetapi juga karena aturan baru ini hanya berlaku bagi turis dari luar Uni Eropa. Kebijakan tersebut memicu perdebatan mengenai aksesibilitas wisata budaya serta dampaknya bagi jutaan pengunjung mancanegara yang menjadikan Louvre sebagai destinasi utama.
Mulai 14 Januari 2026, wisatawan dari luar EEA (European Economic Area) akan dikenakan biaya 32 euro—sekitar Rp618 ribu per orang.
Bagi banyak pihak, langkah ini menunjukkan bagaimana institusi budaya terbesar di dunia berusaha mengimbangi kebutuhan finansial yang meningkat, di tengah situasi keamanan yang tengah menjadi perhatian.
Tarif Baru dan Kontroversi Kebijakan Wisata
Kebijakan tarif ini diputuskan oleh dewan direksi Louvre pada Kamis, 27 November 2025. Aturan tersebut tidak berlaku untuk penduduk Uni Eropa, Islandia, Liechtenstein, dan Norwegia. Sementara pengunjung dari negara seperti Amerika Serikat, Inggris, Tiongkok, hingga Indonesia akan membayar tiket 10 euro lebih mahal dari tarif saat ini.
Amerika Serikat tercatat sebagai penyumbang turis asing terbesar di Louvre, sementara Tiongkok berada di posisi ketiga. Berdasarkan laporan aktivitas museum 2024, sebanyak 69 persen dari total 8,7 juta pengunjung Louvre berasal dari luar negeri.
Melansir Euro News, kenaikan harga tiket ini dirancang untuk membantu Louvre mengumpulkan dana tambahan hingga 20 juta euro (sekitar Rp386,3 miliar). Dana tersebut ditujukan untuk mengatasi "masalah struktural" serta membiayai perombakan museum seni paling ramai pengunjung di dunia tersebut.
Namun, kebijakan ini mendapat kritik keras dari serikat pekerja. CFDT, federasi serikat pekerja terbesar di Prancis, memperingatkan bahwa penghapusan tarif universal dapat dianggap sebagai bentuk “diskriminasi”.
Tren Baru Wisata Prancis dan Peningkatan Keamanan
Kebijakan harga Louvre diperkirakan akan menjadi acuan bagi destinasi budaya besar lainnya di Prancis. Menteri Kebudayaan Prancis, Rachida Dati, menyatakan bahwa struktur harga baru akan diterapkan pada 2026 untuk “semua operator budaya nasional”.
Istana Versailles bahkan telah mempertimbangkan kenaikan 3 euro bagi pengunjung non-EEA, meskipun usulan ini belum mendapatkan persetujuan dewan.
Di sisi lain, Louvre sedang mempercepat proyek peningkatan keamanan setelah pencurian besar yang terjadi pada 19 Oktober 2025. Laurence des Cars, Kepala Museum Louvre, mengumumkan bahwa museum akan memasang sistem anti-intrusi baru serta menambah sekitar 100 kamera CCTV yang ditargetkan beroperasi pada akhir 2026.
Sistem pengamanan terbaru ini diklaim akan memberikan “perlindungan penuh terhadap lingkungan museum”, meski detail teknisnya belum dijelaskan secara rinci. Sistem anti-penyusup dijadwalkan mulai dipasang dalam waktu dua minggu dari pengumuman tersebut.
Pendanaan, Perombakan, dan Rencana Jangka Panjang Louvre
Dalam pemaparannya kepada Komite Urusan Kebudayaan Majelis Nasional, des Cars menegaskan bahwa peningkatan keamanan merupakan bagian dari rencana besar bernama “Louvre New Renaissance”. Program tersebut telah berlangsung selama satu dekade dan akan terus berjalan hingga proses modernisasi selesai pada 2031.
“Setelah keterkejutan, setelah emosi, setelah penilaian, saatnya bertindak,” ujarnya. Lebih dari 20 langkah darurat akan diterapkan, termasuk pembentukan posisi baru bernama “koordinator keamanan”.
Modernisasi yang dicanangkan mencakup pembaruan infrastruktur, pengurangan kepadatan pengunjung, serta pembangunan galeri khusus untuk Mona Lisa. Anggaran yang diproyeksikan mencapai 800 juta euro atau hampir Rp15,5 triliun.
Kasus pencurian perhiasan senilai 88 juta euro juga masih menjadi pembahasan hangat. Des Cars menyebutkan bahwa pelaku menggunakan pemotong cakram yang biasanya digunakan untuk beton—sebuah teknik yang dianggap mustahil ketika etalase Galeri Apollo diganti pada tahun 2019.
Tekanan Turis Massal dan Sistem Lama yang Usang
Meski Louvre dikenal sebagai simbol kemegahan budaya dunia, tantangan besar datang dari pariwisata massal yang terus meningkat. Dalam beberapa tahun terakhir, museum telah membatasi jumlah pengunjung harian hingga 30.000 orang demi menjaga kenyamanan dan keamanan.
Des Cars menjelaskan bahwa piramida kaca ikonik yang dibuka pada 1989 awalnya dirancang hanya untuk sekitar empat juta pengunjung per tahun. Namun pada 2025 saja, lebih dari delapan juta orang telah mengunjungi Louvre.
Menurutnya, modernisasi besar pada 1980-an kini “secara teknis sudah usang”. Peralatan yang digunakan telah bekerja melampaui kapasitas selama empat dekade, sehingga pembaruan menyeluruh menjadi keharusan.
Ia juga mengungkapkan detail penting terkait kasus pencurian. Peralatan yang digunakan pencuri bukanlah alat sembarangan, melainkan pemotong cakram khusus beton. “Ini adalah metode yang sama sekali tidak terbayangkan ketika etalase di Galeri Apollo diganti pada 2019,” ujarnya.
Perubahan Louvre dan Dampaknya bagi Wisata Dunia
Kenaikan harga tiket Louvre bukan sekadar kebijakan tarif, melainkan bagian dari perubahan besar yang melibatkan keamanan, modernisasi sarana, dan pengelolaan pengunjung.
Meski kontroversial, langkah ini mencerminkan upaya Louvre menjaga keberlanjutan operasional di tengah tekanan wisata massal dan kebutuhan infrastruktur yang makin kompleks.
Dengan aturan baru yang hanya berlaku bagi turis luar Uni Eropa, dinamika wisata dunia diperkirakan akan berubah. Louvre tetap menjadi magnet global, tetapi pengunjung dari luar EEA perlu menyesuaikan diri dengan kebijakan tarif baru pada 2026.