Tren Mobil Listrik Bekas di Indonesia Menurut Pedagang

Selasa, 02 Desember 2025 | 14:39:31 WIB
Tren Mobil Listrik Bekas di Indonesia Menurut Pedagang

JAKARTA - Meski penjualan mobil listrik baru meningkat, pedagang mobil bekas di Indonesia masih berhati-hati memasukkan stok kendaraan listrik, terutama dari China. 

Risiko depresiasi harga menjadi salah satu alasan utama.

Rama dari Rama Dagang Mobil di Bintaro mengatakan, harga mobil listrik baru terus turun sehingga ikut menekan harga di pasar mobil bekas. “Saya belum mau ambil mobil China. Soalnya mobil China saat ini yang bagus kan mobil listrik, kalau mobil bensinnya kurang," ujarnya, Senin.

Selain harga, garansi mobil listrik bekas juga menjadi pertimbangan, karena beberapa jaminan resmi gugur saat dijual sebagai kendaraan bekas.

Harga Mobil Listrik Bekas Turun Signifikan

Depresiasi harga mobil listrik bekas menjadi tantangan besar bagi pedagang. Penurunan harga bisa mencapai 30 persen dari harga awal, sehingga margin keuntungan menjadi tipis.

Rama menambahkan, sulit bersaing dengan harga mobil listrik baru yang semakin terjangkau, terutama setelah hadirnya model seperti Atto 1. “Trennya mobil bekas listrik emang belum ke sana sepertinya. Karena orang beli baru. Terus ada beberapa garansi yang gugur kalau mobil bekas listrik,” jelasnya.

Faktor ini membuat sebagian besar pedagang lebih memilih menunggu pasar stabil sebelum memasukkan stok mobil listrik bekas.

Mobil China Bensin Mulai Menarik di Pasar Bekas

Sementara tren mobil listrik bekas belum menggeliat, model mobil China bermesin bensin justru mulai diminati. Andi, pemilik showroom Jordy Motor di MGK Kemayoran, mengakui permintaan mobil China bensin meningkat karena harga yang lebih terjangkau dan teknologi yang cukup modern.

“Kami sempat ambil stok mobil China, dan ternyata mobil bensinnya juga lagi jalan. Mungkin karena harganya murah dan teknologinya canggih, jadi orang beli tanpa banyak mikir soal risiko kerusakan,” kata Andi.

Contohnya, Wuling Almaz cukup diminati karena harga bekasnya mulai turun signifikan. Tahun 2019, harga bekas Almaz berkisar Rp 140–150 juta, membuatnya menarik bagi pembeli yang ingin mobil baru tetapi dengan harga terjangkau.

Persaingan Mobil Jepang Tetap Kuat

Meski mobil China mulai merambah pasar bekas, kendaraan Jepang tetap menjadi favorit. Model seperti Toyota Avanza masih menjadi pilihan “aman” bagi pembeli karena keandalan dan jumlah unit yang banyak di pasaran.

“Anda bisa lihat, kalau mobil Jepang, harga segitu paling aman Avanza, ya karena sudah ‘sejuta umat’. Kalau model lain, misalnya CR-V, dapatnya tahun-tahun lama, mungkin 2012–2013,” ucap Andi.

Hal ini menunjukkan bahwa loyalitas konsumen terhadap mobil Jepang tetap tinggi, meski pasar mobil listrik dan mobil China semakin berkembang.

Tren Mobil Listrik Baru vs Bekas

Data GIIAS 2025 menunjukkan, dari total 1.077 sesi test drive, BinguoEV menjadi model paling banyak dicoba (63 persen), diikuti Cloud EV (17 persen), Air EV (15 persen), Alvez (3 persen), dan Almaz (2 persen).

Fenomena ini menandakan minat konsumen terhadap mobil listrik baru cukup tinggi, namun belum sepenuhnya diterjemahkan ke pasar mobil bekas. Pedagang pun cenderung menunggu perkembangan harga dan stabilitas garansi sebelum berani mengambil risiko.

Kendati begitu, pedagang percaya bahwa tren mobil listrik bekas akan berkembang seiring meningkatnya jumlah mobil listrik baru di jalan dan kesadaran konsumen akan kendaraan ramah lingkungan.

Terkini

Cititrans Siapkan Armada Lengkap Hadapi Libur Nataru 2025

Selasa, 02 Desember 2025 | 15:52:18 WIB

Obligasi TOBA Rp 425 Miliar Siap Jatuh Tempo Maret 2026

Selasa, 02 Desember 2025 | 15:52:16 WIB

Phapros Kuartal III-2025 Catat Kinerja Positif dan Strategi

Selasa, 02 Desember 2025 | 15:52:15 WIB

Posisi Tempat Tidur Kamar Tidur yang Perlu Dihindari

Selasa, 02 Desember 2025 | 15:52:13 WIB

GOTO Klarifikasi Isu Merger dengan Grab dan Danantara

Selasa, 02 Desember 2025 | 15:52:11 WIB