JAKARTA - Pemulihan aktivitas pendidikan tinggi di wilayah Sumatra menjadi perhatian utama pemerintah setelah banjir besar melanda sejumlah daerah.
Melalui berbagai langkah strategis, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) kini bergerak cepat memulihkan kampus yang terdampak agar kegiatan akademik dapat kembali berjalan normal.
Sekretaris Jenderal Kemdiktisaintek, Togar M. Simatupang, menegaskan bahwa upaya pemulihan dilakukan secara terstruktur dan bertahap. Ia menyebutkan bahwa kerusakan yang dialami kampus tidak hanya sebatas bangunan, tetapi juga mencakup layanan dasar seperti listrik, akses jalan, serta gangguan jaringan komunikasi.
"Jumlah sivitas akademika yang terdampak langsung setidaknya berjumlah 6.437 orang. Sejauh ini belum diperoleh laporan jumlah korban jiwa atau hilang. Seiring proses verifikasi di lapangan, data ini akan terus diperbarui," katanya.
dampak kerusakan kampus dan mobilisasi awal
Dari laporan awal, sedikitnya 30 perguruan tinggi mengalami kerusakan ringan hingga berat. Beberapa kampus bahkan tidak dapat diakses karena jalan menuju lokasi tertutup material banjir. Kondisi ini membuat kegiatan akademik lumpuh sementara dan memunculkan kebutuhan mendesak berupa bantuan logistik, ruang belajar darurat, serta dukungan psikososial bagi sivitas akademika.
Togar menjelaskan bahwa Kemdiktisaintek langsung menerjunkan tim untuk memetakan dampak dan menentukan prioritas pemulihan. Pendekatan ini dilakukan agar perguruan tinggi yang terdampak bisa mendapatkan bantuan yang paling relevan dan cepat.
Bantuan penanganan melalui program pengabdian kepada masyarakat turut digerakkan. Respons ini berfokus pada intervensi cepat, inovatif, dan berbasis sains dengan melibatkan mahasiswa, dosen, serta pemerintah setempat.
dua tahap pemulihan: darurat dan jangka panjang
Togar menerangkan bahwa penanganan bencana dilakukan melalui dua fase besar. Pada Respons Tahap Tanggap Darurat, yang berlangsung hingga 31 Desember 2025, fokus diarahkan pada pemenuhan kebutuhan mendesak.
Termasuk di dalamnya pembersihan area kampus, penyediaan ruang belajar sementara, bantuan logistik, hingga dukungan kesehatan dan keselamatan.
Setelah itu, pemulihan masuk ke Tahap Rehabilitasi pada 2026. Pada fase ini pemerintah memprioritaskan perbaikan permanen fasilitas kampus, pembangunan ulang sarana yang rusak, dan penguatan sistem pembelajaran agar lebih siap terhadap bencana.
"Kementerian juga terus memobilisasi sumber daya perguruan tinggi yang ada, baik di wilayah sekitar maupun seluruh penjuru Indonesia untuk membantu serta memberi dukungan kepada pihak-pihak yang terdampak bencana," ujarnya.
peran perguruan tinggi terdampak dan kampus pendukung
Sebanyak 13 perguruan tinggi yang berada di wilayah terdampak yaitu Aceh, Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan Jambi ditunjuk sebagai posko pusat koordinasi akademik. Kampus-kampus ini bertugas mengatur pelaksanaan program di lapangan, termasuk pendataan kebutuhan, distribusi bantuan, dan penyediaan tenaga relawan.
Sementara itu, perguruan tinggi dari luar daerah terdampak yang memiliki kapasitas teknologi maupun keahlian khusus didorong untuk memberikan dukungan teknis. Bentuk dukungan yang dimaksud dapat berupa tenaga ahli, perangkat pendukung penelitian, sistem monitoring, hingga inovasi teknologi mitigasi.
Keterlibatan luas ini menjadi bukti bahwa ekosistem perguruan tinggi memiliki potensi besar dalam memperkuat ketangguhan pendidikan menghadapi bencana.
relaksasi pembelajaran dan rencana bantuan bagi mahasiswa
Memahami situasi sulit yang dialami sivitas akademika, Kemdiktisaintek juga mendorong pimpinan perguruan tinggi untuk memberikan relaksasi pembelajaran. Kebijakan ini mencakup fleksibilitas kehadiran, penyesuaian penilaian, hingga kelonggaran waktu penyelesaian tugas.
"Kelonggaran ini diberikan untuk memastikan keberlanjutan studi dapat berlangsung secara adaptif dan manusiawi," ucap Togar.
Tidak hanya itu, melalui Pusat Pembiayaan dan Asesmen Pendidikan Tinggi (PPAPT), pemerintah menyiapkan bantuan finansial khusus bagi mahasiswa terdampak langsung. Skema yang sedang disiapkan adalah bantuan biaya hidup pascabencana.
Program ini nantinya akan dikoordinasikan bersama Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti), PTN, dan PTS terkait. Tujuannya adalah memastikan mahasiswa tetap dapat melanjutkan pendidikan tanpa terhambat kondisi ekonomi pascabencana.
kolaborasi lintas lembaga sebagai kunci pemulihan
Pemulihan pendidikan tinggi tidak dapat dilakukan oleh satu lembaga saja. Pemerintah pusat, perguruan tinggi, pemerintah daerah, relawan, hingga masyarakat menjadi bagian penting dari proses pemulihan jangka panjang.
Arah kebijakan yang disampaikan Kemdiktisaintek menunjukkan fokus besar pada pemulihan cepat, adaptif, dan berkelanjutan. Dengan keterlibatan banyak pihak, diharapkan kampus-kampus terdampak dapat kembali bangkit, dan sektor pendidikan tinggi di Sumatra pulih secara menyeluruh.