JAKARTA - Kasus gagal bayar yang menjerat Wanaartha Life tidak hanya menjadi skandal besar di industri asuransi Indonesia, tetapi juga membuka babak baru dalam kerja sama penegakan hukum internasional.
Di balik kerugian besar yang dialami ribuan nasabah, sosok Evelina F. Pietruschka kini menjadi salah satu buronan ekonomi paling dicari Interpol. Perjalanan panjang aparat hukum untuk memburu sang mantan bos Wanaartha menunjukkan bahwa keadilan untuk para korban masih jauh dari kata selesai.
Buronan Kelas Kakap: Eks Direktur Wanaartha Life Diburu Internasional
Evelina Pietruschka bukan nama sembarangan di dunia perasuransian nasional. Ia pernah menjabat sebagai Presiden Direktur Wanaartha Life sejak 1999, kemudian naik menjadi Presiden Komisaris pada 2011. Kiprahnya juga merambah ke berbagai asosiasi industri penting. Dari Vice Chairman Dewan Asuransi Indonesia (2001–2002), Chairman (2002–2005), Ketua Umum Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (2005–2011), hingga Chairman Federasi Asosiasi Perasuransian Indonesia (FAPI) 2007–2008. Bahkan, Evelina pernah menjabat Sekretaris Jenderal ASEAN Insurance Council, memperkuat pengaruhnya hingga level regional.
Namun, reputasi panjang itu runtuh setelah Wanaartha Life terseret kasus penggelapan dana besar-besaran yang merugikan ribuan nasabah. Status Evelina kini berubah: dari tokoh penting industri keuangan menjadi buronan internasional yang keberadaannya terus dicari oleh Interpol.
Upaya Penangkapan yang Rumit: Anak Evelina Sempat Ditahan di AS
Proses pengejaran Evelina dan keluarganya bukan perkara mudah. Sekretaris NCB Interpol Indonesia, Untung Widyatmoko, mengungkapkan bahwa anak Evelina, Rezanantha Pietruschka, sempat berhasil ditangkap di California, Amerika Serikat. Namun, proses hukum tidak berjalan mulus karena ia berhasil bebas setelah membayar jaminan (bail).
"Karena dia ada bail, namanya pelaku-pelaku tindak pidana ekonomi tidak ada yang kismin, nggak ada yang miskin semua kaya, semua bisa menyewa lawyer," ujar Untung
Kondisi ini membuat aparat hukum Indonesia terus menjalin komunikasi dengan sejumlah lembaga penegak hukum AS seperti U.S. Department of Homeland Security, Immigration and Customs Enforcement (ICE), dan Federal Bureau of Investigation (FBI). Kolaborasi lintas negara menjadi kunci untuk menangkap keluarga Pietruschka yang diduga bersembunyi di luar negeri.
Upaya Korban: Nasabah Turun Tangan Lakukan Pencarian
Tidak hanya aparat penegak hukum, sejumlah korban Wanaartha Life pun melakukan langkah nekat demi mencari keadilan. Setelah lebih dari empat tahun menunggu kepastian, beberapa nasabah memutuskan untuk melakukan investigasi mandiri. Salah satunya bahkan rela terbang langsung ke California, Amerika Serikat, demi bertemu Evelina.
Dalam tayangan video yang diterima CNBC Indonesia pada Oktober 2023, terlihat dua nasabah mendatangi kompleks perumahan mewah di Beverly Hills dengan menggunakan mobil Tesla. Mereka berniat meminta pertanggungjawaban langsung dari Evelina. Namun, sebelum sempat masuk ke kompleks, keduanya dihadang oleh petugas keamanan setempat.
Petugas keamanan kemudian menghubungi penghuni rumah yang dimaksud. Saat telepon diangkat, suara yang diduga kuat sebagai Evelina terdengar. Meski begitu, ia menolak bertemu dengan para korban.
"Ternyata Evelyn yang bicara, dia menolak saya untuk masuk dan tidak mengizinkan saya untuk masuk," ujar salah satu nasabah dalam video tersebut.
Jejak Kehidupan Mewah di Amerika Serikat
Meski menjadi buronan, keberadaan Evelina dan keluarganya diduga tetap menjalani kehidupan mewah di luar negeri. Berdasarkan data dari Clustrmaps, keluarga Pietruschka memiliki properti bernilai tinggi di kawasan Beverly Hills. Situs marketplace properti Zillow memperkirakan rumah tersebut bernilai jutaan dolar AS, atau setara puluhan hingga ratusan miliar rupiah.
Kendati demikian, CNBC Indonesia tidak dapat memverifikasi secara independen keabsahan data tersebut. Namun, dugaan ini semakin memperkuat persepsi publik bahwa para pelaku kasus asuransi besar kerap menikmati hasil kejahatan sambil menghindari jerat hukum di luar negeri.
Kasus yang Masih Jauh dari Akhir
Perburuan terhadap Evelina Pietruschka mencerminkan kompleksitas dalam menangani kejahatan ekonomi lintas negara. Meski kerja sama internasional telah dijalin, keberhasilan menangkap buronan seperti Evelina masih sangat bergantung pada proses hukum negara tempat ia bersembunyi. Selain itu, faktor kemampuan finansial pelaku untuk membayar pengacara terbaik dan menggunakan celah hukum juga menjadi tantangan tersendiri.
Di sisi lain, kasus Wanaartha Life menjadi peringatan keras bagi regulator dan industri keuangan. Lemahnya pengawasan dan kurangnya perlindungan konsumen membuka celah bagi kejahatan terorganisir yang merugikan banyak pihak. Ribuan nasabah yang menjadi korban hingga kini masih menunggu kepastian pengembalian dana mereka — sesuatu yang mungkin baru terwujud jika para pelaku berhasil dibawa ke pengadilan.
Jalan Panjang Menuju Keadilan
Kisah perburuan Evelina Pietruschka bukan sekadar tentang seorang buronan ekonomi. Ini adalah cermin dari perjuangan panjang korban untuk mendapatkan keadilan dan tantangan nyata penegakan hukum internasional. Di tengah derasnya arus globalisasi, kejahatan keuangan semakin sulit diberantas tanpa kolaborasi lintas negara yang kuat.
Selama Evelina dan keluarganya masih bebas, luka bagi para korban Wanaartha belum akan sembuh. Kasus ini sekaligus menjadi pengingat bahwa hukum harus terus beradaptasi menghadapi kejahatan ekonomi berskala global — agar tidak ada lagi pelaku yang bisa lari dari tanggung jawab di balik tembok kekayaan dan kekuasaan.