BMKG

BMKG Peringatkan Gelombang Tinggi di Perairan NTT 12–15 Oktober

BMKG Peringatkan Gelombang Tinggi di Perairan NTT 12–15 Oktober
BMKG Peringatkan Gelombang Tinggi di Perairan NTT 12–15 Oktober

JAKARTA - Peringatan dini kembali dikeluarkan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) seiring meningkatnya potensi gelombang tinggi di sejumlah wilayah perairan Indonesia bagian timur. Gelombang laut di wilayah perairan Nusa Tenggara Timur (NTT) diperkirakan dapat mencapai ketinggian hingga 2,5 meter pada periode 12 hingga 15 Oktober 2025.

Peningkatan tinggi gelombang ini menjadi perhatian khusus mengingat wilayah perairan NTT merupakan jalur utama aktivitas transportasi laut dan perikanan masyarakat. BMKG mengingatkan agar para nelayan, operator kapal, dan pengguna jasa laut lainnya lebih waspada terhadap kondisi ini.

Peringatan Dini Cuaca Laut dari BMKG

Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Tenau Kupang, Yandri Anderudson Tungga, menyampaikan peringatan resmi mengenai potensi gelombang tinggi tersebut.

“Waspada potensi gelombang laut setinggi 1,25 hingga 2,5 meter di sejumlah wilayah perairan NTT pada 12-15 Oktober 2025,” kata Yandri di Kupang, Minggu.

Menurut Yandri, potensi gelombang tinggi tersebut mencakup beberapa wilayah perairan strategis di NTT, antara lain Selat Sape bagian selatan, Selat Sumba bagian barat, Laut Sawu, perairan selatan Sumba, perairan utara Sabu-Raijua, perairan selatan Timor-Rote, dan perairan selatan Sabu-Raijua.

Kondisi ini dipengaruhi oleh pola angin di wilayah NTT yang bergerak dari timur laut menuju tenggara dengan kecepatan angin 4 hingga 20 knot.

“Sementara secara sinoptik, pola angin di wilayah NTT umumnya bergerak dari timur laut menuju tenggara dengan kecepatan angin berkisar antara 4 hingga 20 knot,” jelas Yandri.

Angin Kencang Perkuat Gelombang

BMKG juga mencatat adanya kecepatan angin tertinggi di beberapa perairan NTT yang dapat memperkuat gelombang laut. Daerah tersebut meliputi perairan selatan Alor-Pantar, Selat Sumba, Selat Ombai, perairan selatan Sumba, perairan Sabu-Raijua, perairan utara Kupang-Rote, Selat Pukuafu, dan perairan selatan Timor-Rote.

Dengan kecepatan angin tinggi, gelombang laut diperkirakan lebih mudah terbentuk dan berpotensi membahayakan aktivitas pelayaran, terutama bagi kapal berukuran kecil dan perahu nelayan.

BMKG telah menerbitkan peringatan dini resmi yang berlaku mulai Minggu (12/10) hingga Rabu (15/10). Peringatan ini mencakup potensi gelombang tinggi dan angin kencang yang berisiko terhadap keamanan dan keselamatan pelayaran.

Nelayan dan Operator Kapal Diminta Waspada

Dalam peringatannya, BMKG juga menyampaikan saran keselamatan pelayaran bagi pengguna jasa transportasi laut. Pihaknya mengimbau agar aktivitas di laut mempertimbangkan kondisi cuaca terkini demi menghindari kecelakaan akibat cuaca ekstrem.

“Bagi pengguna perahu nelayan patut waspada apabila kecepatan angin mencapai 15 knot dan tinggi gelombang mencapai 1,25 meter,” ujar Yandri.

Sementara itu, bagi operator kapal tongkang, batas kewaspadaan ditetapkan saat kecepatan angin mencapai 16 knot dan tinggi gelombang 1,5 meter. Kondisi tersebut dapat mengganggu stabilitas pelayaran serta meningkatkan risiko kecelakaan laut.

BMKG juga mengimbau seluruh pemangku kepentingan di sektor maritim untuk memperbarui informasi cuaca secara berkala.

“Kami mengimbau kepada masyarakat dan pemangku kepentingan untuk terus mengikuti informasi terkini dan resmi dari BMKG,” tegas Yandri.

Pola Angin Menjadi Faktor Pemicu

Fenomena peningkatan tinggi gelombang laut ini berkaitan erat dengan pola angin yang bergerak konsisten dari timur laut ke tenggara. Kecepatan angin tinggi yang mencapai hingga 20 knot menjadi faktor pemicu terbentuknya gelombang signifikan di kawasan perairan selatan NTT.

Pola angin ini umum terjadi pada periode transisi musim di wilayah Indonesia bagian timur. Namun, ketika intensitasnya meningkat, dampaknya terhadap perairan laut juga semakin besar. Oleh karena itu, peringatan dini menjadi langkah penting untuk mencegah risiko yang lebih besar.

Perairan NTT Termasuk Jalur Vital

Perairan Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu jalur pelayaran penting di Indonesia bagian timur. Banyak aktivitas ekonomi bergantung pada kelancaran transportasi laut di kawasan ini, mulai dari distribusi barang, aktivitas pelabuhan, hingga penangkapan ikan.

Dengan potensi gelombang tinggi yang diperkirakan mencapai 2,5 meter, kegiatan tersebut dapat terganggu, terutama bagi kapal kecil dan nelayan tradisional. Oleh sebab itu, BMKG mengingatkan agar masyarakat tidak mengabaikan peringatan dini dan selalu memperhatikan prakiraan cuaca sebelum berlayar.

Peran Informasi Cuaca dalam Keselamatan Laut

Peringatan dini seperti ini merupakan bagian dari upaya mitigasi risiko cuaca ekstrem. Informasi cuaca yang cepat dan akurat memungkinkan nelayan, operator kapal, maupun otoritas pelabuhan mengambil langkah antisipatif untuk menjaga keselamatan di laut.

Dalam beberapa kasus sebelumnya, kecelakaan laut kerap terjadi karena kurangnya informasi cuaca atau diabaikannya peringatan resmi BMKG. Oleh karena itu, koordinasi antara masyarakat, pemerintah daerah, dan BMKG menjadi sangat penting dalam mengurangi risiko tersebut.

Imbauan Tindakan Antisipatif

BMKG menyarankan agar masyarakat pesisir dan pengguna jasa pelayaran:

Memantau informasi cuaca dan gelombang laut secara berkala.

Menunda perjalanan laut jika kondisi gelombang tinggi atau angin kencang.

Menggunakan alat keselamatan pelayaran secara lengkap.

Melapor ke otoritas setempat jika terjadi kondisi berbahaya di laut.

Dengan langkah antisipatif, risiko kecelakaan laut dapat ditekan seminimal mungkin.

Peningkatan gelombang laut di perairan Nusa Tenggara Timur pada 12–15 Oktober 2025 menjadi peringatan penting akan dinamika cuaca maritim Indonesia. Dengan ketinggian gelombang yang dapat mencapai 2,5 meter dan angin kencang hingga 20 knot, semua pihak perlu meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan.

Langkah antisipasi bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga pengguna laut, nelayan, dan masyarakat pesisir. Mematuhi peringatan dini BMKG menjadi kunci untuk menjaga keselamatan dan kelancaran aktivitas di laut.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index