JAKARTA - Upaya Indonesia untuk mempercepat transisi menuju energi bersih mendapat dukungan dari investor global. Ketertarikan dunia internasional terhadap dekarbonisasi sektor maritim nasional terbukti melalui kehadiran perusahaan energi asal Prancis HDF Energy, NEA South East Asia (NEA SEA), dan lembaga kerja sama pembangunan Jerman GIZ, yang resmi menandatangani perjanjian kerja sama pengembangan hidrogen hijau untuk kapal feri antar-pulau di Tanah Air.
Kolaborasi strategis ini menjadi langkah penting dalam mempercepat pemanfaatan bahan bakar alternatif rendah emisi, sekaligus menandai masuknya investasi besar asing ke sektor transportasi laut berkelanjutan di Indonesia.
Fokus Pengembangan Infrastruktur Transportasi Laut Bersih
- Baca Juga Investasi Hidrogen Hijau Mulai Masuk RI
Proyek kerja sama ini bertujuan mengevaluasi sekaligus membangun infrastruktur hidrogen hijau sebagai bahan bakar bersih bagi kapal penyeberangan. Inisiatif tersebut merupakan bagian dari program H2Uppp yang didukung oleh Kementerian Federal Jerman untuk Urusan Ekonomi dan Energi, yang fokus mempercepat pemanfaatan energi bersih di negara-negara berkembang.
Penandatanganan dilakukan dalam Indonesia Sustainability Forum 2025 dan menjadi kelanjutan dari nota kesepahaman (MoU) antara HDF Energy, Kementerian Perhubungan, PLN, dan ASDP Indonesia Ferry pada April 2025, bersama International Maritime Organization (IMO).
“Kami sedang membuka jalan bagi rute kapal feri bertenaga hidrogen pertama di Indonesia, serta menuju masa depan maritim yang lebih bersih di seluruh kepulauan nusantara,” ujar Mathieu Géze, Director for Asia-Pacific HDF Energy sekaligus Presiden Direktur PT HDF Energy Indonesia.
Studi Kelayakan Menyeluruh: Dari Produksi Hingga Bunkering
Di bawah kemitraan publik-swasta ini, GIZ, HDF, dan NEA SEA akan melakukan kajian menyeluruh mengenai kelayakan teknis dan ekonomi infrastruktur hidrogen. Fokusnya mencakup rantai pasok penuh—mulai dari produksi, penyimpanan, transportasi, hingga pengisian bahan bakar (bunkering) kapal.
Infrastruktur tersebut dirancang agar terintegrasi dengan jaringan energi pelabuhan dan sistem kelistrikan kepulauan, termasuk di rute Kupang–Rote yang dioperasikan oleh ASDP. Jika berhasil diterapkan, teknologi ini dapat menjadi model untuk rute pelayaran lain di Indonesia.
Penerapan hidrogen sebagai pengganti bahan bakar diesel diharapkan mampu menekan biaya energi jangka panjang, meningkatkan ketahanan pasokan energi nasional, serta memperbaiki kualitas udara di wilayah pesisir. Hal ini menjadi sangat penting bagi Indonesia sebagai negara kepulauan yang mengandalkan transportasi laut sebagai penghubung utama antarwilayah.
Investasi Miliaran Dolar di Timur Indonesia
HDF Energy juga tengah mengembangkan 23 pembangkit listrik hidrogen Renewstable® di kawasan Indonesia Timur, dengan potensi investasi mencapai USD 2,3 miliar atau setara Rp 36 triliun. Fasilitas ini akan menggabungkan energi surya dan sistem penyimpanan hidrogen untuk menghasilkan listrik 100% bersih tanpa emisi.
Hidrogen dari proyek tersebut tidak hanya akan digunakan untuk kebutuhan energi lokal, tetapi juga akan mendukung konversi kapal feri menjadi sistem propulsi fuel cell berdaya tinggi. Langkah ini akan mempercepat peralihan transportasi laut ke teknologi rendah karbon.
“Hidrogen hijau berada di inti transisi energi, dan melalui H2Uppp kami mendukung kewirausahaan lokal serta pengembangan proyek yang mendorong pertumbuhan ekonomi dan transfer teknologi,” kata Lisa Tinschert, Director of Energy Programme GIZ Indonesia/ASEAN.
Dukung Peta Jalan Net Zero Emission Indonesia
Selain membawa investasi dan teknologi baru, proyek ini juga mendukung peta jalan Net Zero Emission Indonesia. Pemerintah menargetkan emisi karbon bersih nol pada 2060 atau lebih cepat, dengan hidrogen menjadi salah satu pilar utama dalam strategi energi bersih nasional.
Dekarbonisasi sektor maritim menjadi sangat krusial mengingat peran besar transportasi laut dalam aktivitas ekonomi nasional. Dengan lebih dari 17.000 pulau, Indonesia membutuhkan sistem transportasi yang efisien, berkelanjutan, dan ramah lingkungan.
Melalui kolaborasi ini, Indonesia berpeluang menjadi salah satu negara pertama di kawasan Asia Tenggara yang mengoperasikan kapal feri bertenaga hidrogen, sekaligus memperkuat posisinya dalam rantai pasok global energi bersih.
Dampak Ganda untuk Ekonomi Kepulauan
Penerapan hidrogen hijau dalam sektor transportasi laut tidak hanya berdampak positif bagi lingkungan, tetapi juga membuka peluang industri baru di sektor energi bersih. Pembangunan infrastruktur dan pembangkit hidrogen dapat menciptakan lapangan kerja lokal, meningkatkan aktivitas ekonomi di wilayah pesisir, serta memperkuat konektivitas antarwilayah.
Selain itu, keberhasilan proyek ini dapat menjadi model bagi pelabuhan dan operator kapal feri lainnya untuk melakukan konversi serupa. Hal ini akan mempercepat transformasi menyeluruh di industri maritim nasional.
Kolaborasi Global untuk Transisi Energi Nasional
Investasi HDF Energy, NEA SEA, dan GIZ merupakan contoh nyata pentingnya kolaborasi global dalam mendukung transisi energi Indonesia. Dengan memanfaatkan keahlian dan teknologi dari negara maju, Indonesia dapat mempercepat penerapan energi rendah karbon secara efektif dan efisien.
Kolaborasi ini juga memperlihatkan kepercayaan investor asing terhadap arah kebijakan energi Indonesia. Kepastian regulasi dan komitmen pemerintah terhadap dekarbonisasi menjadi faktor penting yang menarik minat investasi berskala besar.
Dengan masuknya investasi asing dan dukungan teknologi dari Eropa, Indonesia kini semakin dekat dengan masa depan maritim rendah emisi. Transformasi menuju hidrogen hijau bukan sekadar upaya menjaga lingkungan, tetapi juga menjadi strategi penting dalam memperkuat daya saing ekonomi kepulauan dan mewujudkan target Net Zero Emission secara nasional.