Harga Batu Bara Menguat Dipicu Ekspektasi Stimulus China

Rabu, 26 November 2025 | 13:35:58 WIB
Harga Batu Bara Menguat Dipicu Ekspektasi Stimulus China

JAKARTA - Pergerakan harga batu bara kembali menjadi sorotan pelaku pasar global setelah komoditas energi ini mengalami penguatan signifikan pada perdagangan Senin, 24 November 2025. 

Di tengah ketidakpastian ekonomi global, batu bara justru menunjukkan tren pemulihan, dipicu meningkatnya optimisme bahwa China akan mengumumkan stimulus baru untuk memperkuat ekonomi domestiknya.

Lonjakan harapan atas kebijakan pemulihan ekonomi negeri Tirai Bambu tersebut kembali mengangkat permintaan komoditas energi, termasuk batu bara. Kondisi ini membuat harga batu bara menyentuh level tertinggi sejak Agustus 2025, menandai kebangkitan baru setelah melemah dalam beberapa bulan terakhir.

Harga Batu Bara Newcastle Kembali Menguat

Kenaikan harga paling mencolok terlihat pada kontrak batu bara Newcastle untuk pengiriman November 2025. Harga komoditas ini naik US$ 0,25% sehingga mencapai US$ 111,15 per ton. Sementara itu, kontrak Desember 2025 juga menunjukkan penguatan meski lebih tipis, naik US$ 0,05 ke level US$ 112,45 per ton.

Berbeda tipis dengan dua periode tersebut, batu bara Newcastle untuk Januari 2026 justru melemah US$ 0,1 hingga berada di level US$ 112,65 per ton. Meski demikian, koreksi kecil ini tidak menghalangi tren penguatan yang terlihat jelas dalam beberapa pekan terakhir.

Gerakan harga tersebut menunjukkan bahwa pasar merespons positif berbagai sinyal pemulihan, termasuk indikasi kebijakan lanjutan di China yang sering menjadi motor utama permintaan batu bara global.

Harga Batu Bara Rotterdam Bergerak Beragam

Dinamika pergerakan harga juga terjadi di pasar Eropa. Batu bara Rotterdam untuk kontrak November 2025 naik US$ 0,55 sehingga berada pada level US$ 95,85 per ton. Namun, kontrak Desember 2025 justru melemah US$ 0,4 hingga berada di harga US$ 96,3 per ton.

Tidak hanya itu, kontrak Januari 2026 juga mengalami penurunan tipis, turun US$ 0,5 dan mencatatkan harga US$ 96,75 per ton. Pergerakan beragam ini menunjukkan adanya sentimen campuran di pasar Eropa, meski secara umum tren penguatan masih terasa karena dukungan fundamental dari permintaan global.

Data dari Trading Economics memperkuat gambaran tersebut. Dalam satu bulan terakhir, harga batu bara tercatat naik 7,18%, menggambarkan pemulihan yang cukup kuat meski masih 21,31% lebih rendah dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.

Perbandingan ini menunjukkan bahwa meski meningkat, harga batu bara masih berada jauh di bawah level ekstrem tahun sebelumnya, sehingga ruang untuk koreksi maupun penguatan lanjutan masih terbuka lebar.

Tren Harga Batu Bara dalam Perspektif Historis

Jika melihat jejak harga secara lebih luas, batu bara pernah mencapai puncak tertingginya sepanjang sejarah pada September 2022, yaitu US$ 457,80 per ton. Catatan tersebut menjadi penanda penting gejolak energi global saat itu, yang dipengaruhi berbagai faktor geopolitik dan ketidakseimbangan suplai.

Dibandingkan dengan kondisi saat ini, harga batu bara jauh lebih rendah dan cenderung stabil, meski masih menunjukkan volatilitas akibat dinamika global. Pembaruan data terakhir dilakukan pada 25 November 2025, sekaligus mengonfirmasi bahwa kenaikan terbaru membawa harga batu bara ke level tertinggi sejak akhir Agustus.

Sentimen pasar kembali bergerak positif setelah mencuat kabar bahwa pemerintah China tengah mempertimbangkan stimulus tambahan untuk mendukung sektor properti dan stabilitas ekonomi secara keseluruhan. Ini penting, mengingat sektor properti memiliki kontribusi signifikan terhadap konsumsi energi di negara tersebut.

Ekspektasi Stimulus China Jadi Penggerak Utama

China sebagai konsumen batu bara terbesar dunia memiliki pengaruh besar terhadap arah pergerakan harga komoditas ini. Permintaan energi negara tersebut kerap menjadi indikator penting bagi pelaku pasar global. Ketika muncul informasi bahwa Beijing tengah menyiapkan langkah baru untuk menstabilkan sektor properti yang melemah, pasar batu bara pun merespons dengan cepat.

Beijing dilaporkan tengah mempertimbangkan tindakan tambahan guna menahan pelemahan sektor properti, yang selama ini menjadi salah satu tulang punggung perekonomian nasional. Kekhawatiran bahwa pelemahan lebih lanjut dapat mengganggu stabilitas sistem keuangan menjadikan stimulus baru sangat dinantikan.

Dengan adanya potensi kebijakan tersebut, para pelaku pasar melihat peluang bahwa konsumsi batu bara akan kembali meningkat, terutama dari sektor industri dan konstruksi yang memerlukan energi dalam jumlah besar. Ekspektasi inilah yang kemudian menjadi pendorong dari kenaikan harga terbaru.

Kondisi ini menunjukkan betapa eratnya hubungan antara kebijakan ekonomi China dan pergerakan harga komoditas di pasar internasional. Sentimen positif dari China kerap mengangkat harga batu bara, sementara ketidakpastian atau perlambatan ekonomi biasanya menekan permintaan.

Terkini