Harga Minyak Dunia Anjlok Dipicu Isu Damai Ukraina-Rusia

Rabu, 26 November 2025 | 13:36:05 WIB
Harga Minyak Dunia Anjlok Dipicu Isu Damai Ukraina-Rusia

JAKARTA - Pergerakan harga minyak dunia kembali menunjukkan pelemahan signifikan pada perdagangan Selasa waktu setempat, yang berlanjut hingga Rabu pagi waktu Jakarta. 

Penurunan ini terjadi di tengah berkembangnya laporan bahwa Ukraina telah memberikan persetujuan awal terhadap kerangka kesepakatan damai dalam konflik dengan Rusia.

Informasi tersebut segera memicu respons pasar, yakni adanya potensi perubahan besar dalam arus suplai global apabila ketegangan geopolitik mereda. Situasi ini menjadi sorotan utama para pelaku pasar minyak yang terus memantau perkembangan dari kedua negara.

Dikutip dari CNBC, Rabu, harga minyak Brent tercatat turun 89 sen atau 1,4 persen menjadi USD 62,48 per barel. Sementara itu, West Texas Intermediate (WTI) merosot 89 sen atau 1,51 persen dan ditutup pada USD 57,95 per barel.

Sinyal Damai dari Kyiv dan Washington

Laporan dari ABC News dan CBS News menyebut bahwa seorang pejabat Amerika Serikat menyatakan Ukraina telah menyetujui persyaratan awal kesepakatan damai potensial. Meski demikian, konfirmasi penuh masih bergantung pada pembahasan kedua belah pihak.

Seorang pejabat Ukraina mengatakan kepada Reuters bahwa Kyiv mendukung esensi kerangka kerja perdamaian setelah melakukan pembicaraan dengan AS di Jenewa. Namun, ia menegaskan bahwa beberapa isu paling sensitif dari kerangka tersebut masih memerlukan diskusi lanjutan antara presiden kedua negara.

Kepala Dewan Keamanan dan Pertahanan Nasional Ukraina, Rustem Umerov, turut menyampaikan perkembangan penting. Menurut dia, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy dapat melakukan kunjungan ke Amerika Serikat dalam beberapa hari ke depan untuk merampungkan kesepakatan bersama Presiden Donald Trump. Upaya ini bertujuan untuk mengakhiri perang Ukraina dengan Rusia.

Namun, analis UBS Giovanni Staunovo mengingatkan bahwa kesepakatan tidak bisa disepakati sepihak. “Beberapa media melaporkan bahwa Ukraina menyetujui kesepakatan damai. Namun, perlu dua pihak untuk berunding, dan masih belum jelas apakah Rusia juga setuju,” ujarnya.

Jika kesepakatan damai benar-benar tercapai, sejumlah sanksi yang dikenakan kepada Rusia berpotensi dicabut. Langkah itu dapat melepaskan pasokan minyak yang selama ini terhambat ke pasar internasional.

Pada hari sebelumnya, kedua patokan harga minyak mentah sempat naik 1,3 persen. Kenaikan itu disebabkan keraguan terhadap proses damai, yang sempat menahan ekspektasi akan masuknya kembali pasokan minyak Rusia secara terbuka.

Keseimbangan Pasokan dan Permintaan Tahun 2026

Prospek pasar tahun 2026 menjadi perhatian besar pelaku energi global. Proyeksi menunjukkan bahwa keseimbangan pasokan dan permintaan minyak mentah cenderung lebih longgar, dengan pertumbuhan suplai yang diprediksi melampaui kenaikan permintaan.

Kekhawatiran kelebihan pasokan baru-baru ini menekan sentimen pasar, membuat pelaku industri lebih berhati-hati. Analis Pasar Senior Phillip Nova, Priyanka Sachdeva, menyampaikan pandangannya mengenai risiko jangka pendek. “Dalam jangka pendek, risiko utamanya adalah kelebihan pasokan dan tingkat harga saat ini tampak rentan,” jelasnya.

Momentum suplai global juga dipengaruhi perkembangan sanksi baru terhadap perusahaan minyak besar Rusia seperti Rosneft dan Lukoil. Regulasi yang melarang penjualan produk minyak yang dimurnikan dari minyak mentah Rusia ke wilayah Eropa membuat beberapa penyuling India mengurangi pembelian.

Di India, perusahaan swasta besar seperti Reliance dikabarkan menurunkan volume impor minyak Rusia. Hal ini membuat Rusia harus mencari pasar alternatif, dan China menjadi tujuan utama ekspor berikutnya.

Pada hari Selasa, Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengonfirmasi bahwa Moskow dan Beijing telah berdiskusi mengenai langkah memperluas ekspor minyak Rusia ke China. Upaya diversifikasi pasar ini menjadi salah satu strategi Rusia dalam menjaga pendapatan migas di tengah pembatasan global.

Meski demikian, analis pasar menilai fokus utama tetap tertuju pada potensi ketidakseimbangan pasokan dan permintaan pada periode mendatang. Kondisi tersebut dapat menjadi penentu arah harga minyak dalam jangka menengah.

Surplus Minyak dan Proyeksi Bank Global

Kekhawatiran mengenai pasokan berlebih semakin diperkuat dengan analisis terbaru dari Deutsche Bank. Dalam catatannya pada Senin, bank tersebut memperkirakan surplus minyak mentah pada tahun 2026 bisa mencapai sedikitnya 2 juta barel per hari. Bahkan, mereka belum melihat jalur yang jelas untuk kembali pada posisi defisit hingga setidaknya tahun 2027.

“Jalan menuju tahun 2026 masih bearish,” ujar analis Deutsche Bank, Michael Hsueh. Proyeksi ini memberi sinyal bahwa pasar minyak dapat menghadapi tekanan tambahan apabila tidak ada perubahan signifikan dalam dinamika permintaan global.

Di sisi lain, pasar minyak mendapat sedikit dorongan dari meningkatnya ekspektasi bahwa Federal Reserve Amerika Serikat akan memangkas suku bunga. Rencana pemangkasan tersebut diperkirakan akan dibahas pada pertemuan kebijakan tanggal 9–10 Desember.

Beberapa anggota The Fed menunjukkan dukungan terhadap pemangkasan suku bunga itu. Suku bunga yang lebih rendah biasanya berpotensi merangsang pertumbuhan ekonomi, yang pada akhirnya dapat meningkatkan permintaan minyak dunia.

Terkini