Konsorsium Internasional Kembangkan Inovasi FBC Ramah Lingkungan

Kamis, 27 November 2025 | 09:22:32 WIB
Konsorsium Internasional Kembangkan Inovasi FBC Ramah Lingkungan

JAKARTA - Indonesia terus mempercepat pengembangan energi bersih melalui berbagai terobosan, termasuk membangun kemitraan riset yang melibatkan institusi dalam dan luar negeri. 

Upaya tersebut kini mendapat dorongan baru lewat pembentukan sebuah konsorsium internasional yang berfokus pada inovasi teknologi pembangkit listrik tenaga panas (thermal power plant), khususnya pemanfaatan sistem Fluidised Bed Combustion (FBC).

Konsorsium ini tidak hanya menyatukan kekuatan akademik dan industri, tetapi juga memposisikan Indonesia sebagai bagian dari jaringan riset global yang menekankan efisiensi energi dan pengurangan emisi. 

Proses pembentukannya disahkan dalam sebuah Memorandum of Agreement (MoA) yang ditandatangani pada Jumat di sela acara “91th IEA-FBC Meeting” di Bandung.

Kolaborasi Internasional untuk Teknologi Energi Bersih

Penandatanganan MoA tersebut dilakukan oleh ITB, Tsinghua University, dan PT Datong Jaya Indonesia, dengan kehadiran rektor serta guru besar ITB sebagai saksi. Kerja sama ini diarahkan untuk memperkuat kapasitas penelitian dan industrialisasi teknologi FBC, yang menjadi salah satu solusi kunci dalam transisi energi.

Bayu Aji Prakoso, Direktur Teknologi dari salah satu pihak konsorsium, menjelaskan pentingnya kesempatan bagi Indonesia untuk mengakses perkembangan teknologi generasi terbaru yang dihasilkan komunitas ilmiah internasional.

“Melalui forum ini, Indonesia dapat memperoleh akses lebih luas terhadap teknologi baru yang dikembangkan para ilmuwan internasional,” ujarnya dalam keterangan pers, Rabu. Ia menekankan bahwa transfer pengetahuan mengenai teknologi thermal generation, terutama FBC, sangat penting untuk menjawab kebutuhan energi di masa mendatang.

Tantangan PLTU Batu Bara dan Urgensi Inovasi

Perhatian besar juga diarahkan pada kondisi PLTU batu bara di Indonesia yang selama ini dikaitkan dengan isu pencemaran lingkungan. Menurut Prof. Ari Darmawan Pasek, inovasi menjadi kunci agar pembangkit tetap bisa menyediakan listrik terjangkau namun lebih ramah lingkungan.

“Belakangan ini PLTU batu bara menjadi sorotan karena persoalan pencemaran lingkungan dan emisi CO2. Perlu inovasi agar PLTU tetap menghasilkan listrik murah sekaligus lebih ramah lingkungan,” jelasnya.

Teknologi FBC dinilai mampu menjawab tantangan tersebut. Sistem ini dapat dimodifikasi untuk mengurangi emisi polutan, sekaligus memberikan fleksibilitas dalam pemanfaatan berbagai jenis bahan bakar. Melalui pendekatan yang lebih adaptif, PLTU diharapkan tetap optimal tanpa mengorbankan komitmen terhadap pengendalian emisi.

Peningkatan Cofiring Biomassa di PLTU Indonesia

Salah satu inovasi yang sudah berjalan dan terus dikembangkan adalah cofiring, yaitu pencampuran biomassa dengan batu bara dalam proses pembakaran. Plt. Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Tri Winarno, melaporkan perkembangan implementasi cofiring di beberapa PLTU Tanah Air.

Hingga Oktober 2025, tercatat tujuh PLTU sudah menerapkan teknologi cofiring, meningkat dari enam unit pada 2020. Total biomassa yang digunakan mencapai 1,8 juta ton dan menghasilkan listrik sebesar 1,78 juta megawatt hour (MWh).

Sementara itu, produksi listrik dari batu bara pada unit yang sama mencapai 193 juta TWh. Rasio pemanfaatan biomassa terhadap batu bara berada di angka 3,36 persen. Angka ini menunjukkan adanya kemajuan, meski pemerintah masih mendorong peningkatan porsi biomassa untuk memperkuat bauran energi bersih nasional.

Peran IEA-FBC dalam Mendorong Teknologi Rendah Emisi

Program kolaborasi teknologi internasional, IEA-FBC, menjadi payung besar bagi negara-negara yang bekerja sama dalam pengembangan teknologi FBC. Beranggotakan 19 negara, program ini berfokus pada inovasi energi bersih dengan karakteristik emisi NOX dan SO2 yang rendah, efisiensi tinggi, serta fleksibilitas bahan bakar.

Teknologi ini tidak hanya digunakan untuk pembangkit listrik, tetapi juga dapat diterapkan pada pengolahan limbah dan berbagai proses industri yang membutuhkan sistem pembakaran efisien dan ramah lingkungan.

Dengan bergabungnya Indonesia dalam kolaborasi ini serta pembentukan konsorsium baru, peluang penelitian dan industri dalam negeri untuk berkembang semakin besar. Indonesia juga memiliki posisi strategis untuk memanfaatkan teknologi FBC sekaligus menerapkan praktik terbaik dalam transisi energi yang lebih berkelanjutan.

Arah Baru Pengembangan Energi Thermal di Indonesia

Pembentukan konsorsium internasional ini menjadi langkah konkret Indonesia untuk memperkuat riset energi bersih.

Keberadaan ITB sebagai institusi akademik, Tsinghua University sebagai mitra riset global, dan PT Datong Jaya Indonesia sebagai pelaku industri menunjukkan komitmen kuat terhadap pengembangan teknologi yang relevan dengan kebutuhan masa depan.

Di tengah tuntutan global untuk menekan emisi, Indonesia memerlukan kombinasi antara teknologi efisien, riset mendalam, dan kapasitas industri. Konsorsium ini dapat menjadi fondasi percepatan inovasi, terutama dalam teknologi FBC yang memiliki fleksibilitas dan potensi pengurangan emisi signifikan.

Dengan kesepakatan yang telah diteken, Indonesia diharapkan mampu mempercepat adopsi teknologi ramah lingkungan sekaligus menjaga ketahanan energi nasional.

Terkini

Barcelona Dituntut Menang Besar Saat Hadapi Atletico Madrid

Selasa, 02 Desember 2025 | 10:38:35 WIB

Daftar Lengkap Pemenang Gran Gala del Calcio 2025

Selasa, 02 Desember 2025 | 10:38:34 WIB

Prediksi Juventus vs Udinese Coppa Italia 2025

Selasa, 02 Desember 2025 | 10:38:33 WIB

Prediksi Fulham vs Manchester City, Perebutan Poin Penting

Selasa, 02 Desember 2025 | 10:38:33 WIB