JAKARTA - Pelaku pasar minyak tengah menghadapi fase ketidakpastian baru setelah harga minyak kembali rebound pada penutupan perdagangan Rabu waktu setempat.
Kenaikan yang terjadi hanya sehari setelah harga menyentuh titik terendah dalam satu bulan ini menunjukkan bahwa dinamika pasar masih sangat sensitif terhadap informasi pasokan global maupun perkembangan geopolitik.
Menjelang libur Thanksgiving di Amerika Serikat (AS), perhatian pasar tertuju pada dua faktor utama: kondisi suplai minyak mentah dunia dan proses negosiasi damai antara Rusia dan Ukraina. Kedua isu tersebut menjadi penentu arah harga minyak dalam jangka pendek, seiring kekhawatiran pasar terkait potensi kelebihan pasokan.
Harga Minyak Bangkit dari Level Terendah
Mengutip laporan Reuters, harga minyak Brent menguat 1,04% ke posisi US$ 63,13 per barel. Sementara itu, West Texas Intermediate (WTI) mencatat peningkatan 1,21% menjadi US$ 58,65 per barel.
Kenaikan ini terjadi setelah data terbaru dari Administrasi Informasi Energi AS (EIA) menunjukan lonjakan signifikan pada persediaan minyak mentah. Dalam sepekan terakhir, stok minyak AS meningkat 2,8 juta barel menjadi 426,9 juta barel—melampaui ekspektasi analis yang memperkirakan kenaikan tipis 55 ribu barel.
“Kita jelas berada di jalur menuju kelebihan pasokan yang cukup besar. Lonjakan stok minyak ini menjadi sinyal kuat,” ujar John Kilduff, Partner di Again Capital.
Kondisi tersebut memicu kekhawatiran bahwa pasar minyak akan kembali menghadapi tekanan dari sisi suplai, terutama jika produsen besar mempertahankan produksi tanpa perubahan.
Produksi AS Menurun, OPEC+ Tetap Berhati-hati
Sementara itu, Baker Hughes melaporkan penurunan jumlah rig minyak aktif di AS sebanyak 12 unit menjadi 407 rig. Angka ini merupakan level terendah sejak September 2021.
Penurunan aktivitas rig umumnya menjadi indikator adanya moderasi produksi dalam beberapa bulan ke depan, sehingga bisa memberi keseimbangan pada pasar jika permintaan tetap stabil.
Di sisi lain, tiga sumber OPEC+ menyebut bahwa aliansi tersebut tampaknya akan mempertahankan level produksi saat ini pada pertemuan Minggu mendatang. Sikap berhati-hati kartel membuat pelaku pasar tetap menunggu kepastian arah kebijakan pasokan global.
Harapan terhadap penurunan suku bunga acuan The Fed pada Desember ikut mendorong optimisme. Pelonggaran kebijakan moneter dapat mendorong permintaan energi, sehingga memberi sedikit penopang bagi harga minyak yang sempat melemah.
Dinamika Negosiasi Damai Rusia–Ukraina Tekan Volatilitas
Selain data pasokan, pasar minyak juga dipengaruhi oleh perkembangan diplomasi antara Rusia dan Ukraina. Pernyataan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy kepada para pemimpin Eropa mengenai kesediaannya melanjutkan kerangka kesepakatan damai yang didukung AS sempat menekan harga minyak hingga ke level terendah satu bulan.
“Faktanya, kesepakatan damai belum tercapai dan akan sulit memuaskan semua pihak,” kata Andrew Lipow, Presiden Lipow Oil Associates.
Presiden AS Donald Trump menyampaikan bahwa Washington telah meminta perwakilannya bertemu secara terpisah dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan pejabat Ukraina. Salah satu pejabat Ukraina bahkan menyebut Zelenskiy berpotensi mengunjungi AS dalam waktu dekat untuk memfinalisasi kesepakatan.
Menurut Tony Sycamore, analis IG Markets, jika kesepakatan damai tercapai dan sanksi energi Barat terhadap Rusia dicabut, harga WTI dapat turun menuju kisaran US$ 55 per barel. “Risikonya cenderung ke arah harga yang lebih rendah, kecuali pembicaraan kembali buntu,” ujarnya.
Aktivitas Pasokan Global Kembali Bergerak
Sentimen pasokan juga dipengaruhi oleh perkembangan terbaru di kawasan Laut Hitam. Konsorsium Pipa Kaspia (Caspian Pipeline Consortium/CPC), yang memasok sekitar 1,5% produksi minyak dunia, mengumumkan telah melanjutkan proses pemuatan minyak setelah sebelumnya dihentikan akibat serangan drone Ukraina.
Kembalinya aliran minyak melalui pipa CPC menambah variabel baru bagi pasar yang sudah sensitif terhadap perubahan pasokan. Meski porsi kontribusinya relatif kecil, stabilitas pasokan dari jalur ini penting bagi pasar Eropa dan Asia.
Perkembangan tersebut juga melengkapi gambaran kompleks pasar minyak saat ini yang dipengaruhi oleh kombinasi faktor geopolitik, kebijakan produksi, serta sinyal ekonomi global.
Pasar Menanti Kejelasan Arah Harga Minyak
Dengan volatilitas yang masih tinggi, pelaku pasar kini menantikan kejelasan lebih lanjut terkait arah pasokan global. Pertemuan OPEC+ menjadi titik perhatian utama, terutama mengenai apakah kartel akan mempertahankan produksi atau mulai melakukan penyesuaian menghadapi potensi kelebihan pasokan.
Sementara itu, perkembangan diplomasi Rusia–Ukraina juga akan menentukan arah pasar. Setiap kemajuan negosiasi dapat mempercepat pelepasan sanksi energi, yang berpotensi mengubah suplai global secara signifikan.
Dalam beberapa hari ke depan, harga minyak berpotensi tetap berfluktuasi seiring pasar menantikan kepastian dari sejumlah agenda penting tersebut.